Mohon tunggu...
Khusnul Fadhilah
Khusnul Fadhilah Mohon Tunggu... Mahasiswa

Seorang gadis berparas cantik dengan jilbab pashmina-nya.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Tumbuh di Era Serba Instan: Bagaimana Dampaknya bagi Kesabaran Anak?

3 Juli 2025   13:16 Diperbarui: 3 Juli 2025   13:16 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Di zaman sekarang, segala sesuatu bisa didapat dengan cepat. Mau makan? Tinggal pesan lewat aplikasi. Ingin menonton film? Tinggal klik di platform streaming. Bahkan mainan dan hiburan anak bisa muncul dalam hitungan detik lewat ponsel. Dunia yang serba instan ini memang memberikan banyak kemudahan, tapi kita jarang menyadari bahwa di balik itu, ada konsekuensi besar terhadap karakter anak salah satunya adalah menurunnya kemampuan untuk bersabar.

Apa Itu Kesabaran dan Kenapa Anak Perlu Memilikinya?

Kesabaran bukan cuma soal bisa menunggu. Lebih dari itu, kesabaran adalah kemampuan untuk mengendalikan diri ketika harus menghadapi situasi yang tidak sesuai keinginan misalnya saat mainan rusak, atau saat harus antre. Dalam psikologi perkembangan, ini termasuk dalam kemampuan regulasi diri, dan sangat penting untuk keberhasilan anak di masa depan baik secara akademik, sosial, maupun emosional.

Menurut Harvard Center on the Developing Child (2014), menyebutkan bahwa kemampuan mengendalikan dorongan (inhibitory control) adalah bagian dari fungsi eksekutif otak yang berkembang pada masa kanak-kanak dan sangat dipengaruhi oleh pengalaman sehari-hari. 

Apa yang Terjadi Jika Anak Terbiasa Hidup Serba Instan?

Banyak anak sekarang tumbuh dengan pengalaman "langsung dapat" misalnya main game yang tidak ada waktu tunggunya, atau video yang otomatis terus berjalan. Ini tanpa disadari membuat anak jadi kurang terlatih untuk menunggu atau menghadapi penundaan. Psikolog Jean Twenge (2017) menyebut bahwa anak-anak digital (iGen) cenderung memiliki tingkat toleransi frustrasi yang lebih rendah dibanding generasi sebelumnya. Mereka lebih mudah bosan, mudah kesal, dan kurang gigih saat dihadapkan pada tantangan.

Apa Dampaknya Jika Anak Tidak Terlatih Bersabar?

1. Cepat marah dan putus asa saat tidak mendapatkan sesuatu sesuai keinginan.

2. Sulit berkonsentrasi dan bertahan dalam proses belajar karena terbiasa dengan hasil instan.

3. Tantangan dalam bersosialisasi, misalnya tidak sabar menunggu giliran atau tidak tahan bermain lama dengan aturan.

4. Lebih rentan terhadap stres, karena tidak terbiasa menghadapi rasa tidak nyaman.

Bagaimana Lingkungan Bisa Membantu Anak Belajar Sabar?

Meski hidup di era instan, bukan berarti anak tidak bisa belajar sabar. Justru, keluarga dan lingkungan sekitar berperan penting dalam membantu anak melatih kemampuan tersebut. Beberapa hal yang bisa dilakukan:

- Ajak anak melakukan aktivitas yang butuh proses, seperti membuat prakarya, bermain blok, atau menanam tanaman.

- Latih anak menunggu secara bertahap, seperti menunggu giliran main atau menunggu makanan disiapkan.

- Jadilah contoh yang baik misalnya tetap tenang saat antre atau saat menghadapi kesulitan.

- Gunakan cerita dan dongeng untuk menanamkan nilai tentang sabar dan usaha.

Hidup di era serba instan memang membawa banyak kemudahan, tetapi tanpa disadari, hal ini juga berdampak pada perkembangan karakter anak, terutama dalam hal kesabaran. Anak yang terbiasa mendapat sesuatu secara cepat cenderung memiliki toleransi rendah terhadap frustrasi, sulit mengatur emosi, dan kurang gigih dalam proses belajar. 

Oleh karena itu, peran keluarga dan lingkungan sangat penting dalam membantu anak mengembangkan kesabaran. Melalui aktivitas sederhana yang menuntut proses, komunikasi yang sabar, dan keteladanan dari orang dewasa, anak dapat belajar bahwa tidak semua hal harus instan, dan bahwa menunggu serta berusaha adalah bagian alami dari kehidupan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun