Mohon tunggu...
Fiksi Islami

Ikhtiar dan Berdoa

2 Agustus 2018   12:24 Diperbarui: 2 Agustus 2018   12:31 1078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Eh.. Kayra udah pulang, Gimana ra hasil tes tadi? " Ibu berkata

" Iyah gimana hasilnya tadi ra? " Ayah berkata

" Gagal, aku gagal lagi " (Muka cemberut bercampur marah)

" Mungkin belum rezekinya harus lebih bersabar dan jangan menyerah " Ibu berkata

" Iya benar apa yang ibu katakan kamu harus terus berjuang jangan pantang menyerah " Ayah berkata

Mereka benar bahwa hidup harus terus berjuang. Keesokan hari, aku telusuri sepanjang jalan hanya seorang diri demi untuk berjuang lagi melamar kesana kemari tanpa mengenal lelah, panas, haus dan capek. Sudah banyak aku menaruh lamaran kerja dan udah banyak juga aku di tolak. Semua aku serahkan semuanya pada allah, aku cuma hanya bisa berjuang dan berdoa.

Berhari-hari, berbulan-bulan sudah berlalu tapi satu pun dari lamaran yang aku lamar belum juga ada panggilan. Aku hampir putus asa tak ingin rasanya aku berjuang tetapi aku sadar bahwa aku harus terus berjuang.

" Perjuangan tidak akan mungkin mengkhianati hasil "

Satu tahun lamanya aku masih tetap dalam kegagalan, menjadi dokter gagal sampai mencari pekerjaan pun gagal. Dari kegagalan-kegagalan yang aku alami, aku hanya terdiam mengurung diri di kamar meratapi nasibku yang gagal. aku pun tidak ingin bicara dengan siapa-siapa aku hanya ingin sendiri. Meskipun kedua orang tuaku selalu memberikan semangat agar aku bangkit kembali tetapi aku menghiraukan semua itu. Bagiku sudah cukup tak ada lagi kata bangkit karena semuanya sudah gagal percuma saja aku bangkit kalau pada akhirnya harus gagal. Semua omongan orang tua aku hiraukan sakit rasanya hati ini semua yang di lakukan selalu gagal.

Hari-hari aku selalu terdiam mengurung diri, tak pernah aku ceritakan semua beban perasaanku kepada mereka karena aku tidak ingin mereka ikut larut dalam kesedihanku biarkan aku sendiri yang merasakan ini semua. Meskipun aku tau mereka juga merasakan apa yang aku rasa. Ketika itu ibu menanyakan kepadaku tentang perasaanku.

" Ra, ibu tau kamu merasa sedih tapi sampai kapan kamu harus begini terus "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Fiksi Islami Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun