Lelaki berambut putih dan berkaca mata ini, menyandang nama Hans Rianto Sukandi alias Liem Tjong Han. Lahir pada 4 April 1947, dalam karya kreatifnya ia sengaja menggunakan nama pena Hans atau Hans Jaladara.
Pada masa keemasan komik di Indonesia, nama ini dikenal luas sebagai satu seorang komikus terkenal. Tak bisa dimungkiri, nama Hans melejit tinggi bersama kepopuleran serial cerita silat Panji Tengkorak.
Itu sebabnya dalam jagat dunia komik Indonesia, Hans Jaladara termasuk salah satu tonggak penting. Namanya tertoreh tinta emas dalam peta sejarah komik Indonesia yang tercatat abadi.
Dia dikenal luas bersama komikus penting lainnya seperti Ganes Th (Si Buta dari Gua Hantu), Djair (Jaka Sembung), Hasmi (Gundala Putra Petir), Wid NS (Godam), dan Jan Mintaraga (Sebuah Noda Hitam).
Selain cerita silat Panji Tengkorak, karya-karya komik Hans Jaladara lainnya antara lain Walet Merah, Si Rase Terbang, Pendekar Bulupitu, Tridas, Setan Kepala Terbang, dan Intan Permata Rimba.
Sekilas Komik Panji Tengkorak
Kelahiran Panji Tengkorak ditandainya dengan penerbitan perdana komik cetak cerita silat Panji Tengkorak. Penerbit Dwi Djaja yang menangani karya kreatif tersebut, merilis komik tersebut pada tahun 1968.
Tokoh utamanya seorang pendekar misterius, yang dalam tampilannya menggunakan topeng tengkorak. Dia diselimuti emosi yang membara untuk menuntut balas atas kematian orang yang dicintainya secara mengenaskan.
Karakter Panji cukup menarik perhatian, sebab tidak berlaku sebagaimana lazimnya di mana sang pahlawan adalah si protagonis. Hans melahirkan jagoannya sebagai sosok antihero dengan isu kesehatan mental.
Topeng tengkorak yang dikenakan Panji menjadi jelas sebagai simbol sosok yang terluka dalam,
hidup dalam kepahitan, dan menanggung derita dari masa lalu. Simbol figur dengan beban dendam kesumat yang haus keadilan.
Secara keseluruhan, Panji Tengkorak dibukukan dalam lima jilid utama, yakni Panji Tengkorak, Dewi Bunga, Alas Purba, Duel di Atas Darah dan Karang, dan Pulau Tiga Iblis.