Tahap berikutnya terjadi pada tahun 1950-an, di mana komik Indonesia diwarnai dengan adaptasi dari komik Barat. Sejak ini, komik Indonesia kemudian berkembang secara meluas.
Pada bagian ini dipaparkan tiga komikus dengan karya-karyanya yang khas, menghadirkan karakter tokoh komik yang kuat.
Ada Kho Wan Gie dengan karakter Put On; Raden Ahmad (RA) Kosasih dengan kisah Sri Asih; dan John Lo dengan karyanya Putri Bintang dan Garuda Putih.
Komik Indonesia Era Kejayaan
Era Kejayaan berlangsung dalam kurun waktu 1960-an hingga 1970-an. Era ini mencatat enam nama komikus di mana nama Hans Jaladara hadir di dalamnya.
Ada Ganes Thiar Santosa (Ganes Th) dengan karakter Si Buta dari Gua Hantu, Djair Warni Ponakanda dengan tokoh Jaka Sembung, dan Harya Suryaminata (Hasmi) dengan sosok Gundala Putra Petir.
Disusul Widodo Noor Slamet (Wid NS) dengan karakter Godam, Suwalbiyanto (Jan Mintaraga) dengan kisah Sebuah Noda Hitam, dan terakhir Hans Rianto (Hans Jaladara) dengan sosok Panji Tengkorak.
Komik Indonesia Era Indie dan Daring
Pada bagian terakhir, Era Indie dan Daring, diwarnai dengan kondisi era komik cetak yang telah meredup. Namun, datangnya internet (2000-an) membuat komik Indonesia kembali merebak.
Pada masa internet ini, komik (daring) Indonesia malah meluas tetapi di kalangan tertentu. Dalam hal ini, seiring dengan bermunculan komunitas-komunitas.
Tutur Visual Kompas ini hanya menghadirkan dua nama dengan karya-karya yang mewakilinya. Ada Faza Ibnu Ubaydillah (Faza Meonk) dengan Si Juki dan Nurfadli Mursyid dengan Tahilalats.
Mari Membaca Evolusi Komik Indonesia
DEMIKIANLAH Kompas Interaktif ini mencatat keberadaan Hans Jaladara dan Panji Tengkorak di peta sejarah perjalanan komik Indonesia dari masa ke masa.