Selebihnya, kita pun tahu bagaimana Tom Cruise memerankan adegan ini. Dalam wawancara bersama sang sutradara Christopher McQuarrie, keduanya mengonfirmasi adegan-adegan tersebut dibuat senyata mungkin.
Mission: Impossible---The Final Reckoning: Memilin Masa Lalu dalam Gerak Maju
Sebagai penyuka film berbasis cerita, maka menikmati Mission: Impossible---The Final Reckoning akan membawa kenikmatan tersendiri. Film ini melakukan flashback dengan cara memilin yang elegan.
Cerita dibangun dengan baik oleh Erik Jendresen dan Christopher McQuarrie berdasarkan kreator film seri TV Bruce Geller. Plot berjalan deras tanpa memberikan ruang berlarut-larut dalam nostalgia.
Tanpa perlu pengamatan khusus, kita diberi tahu jelas bagaimana masa lalu diangkut ke depan. Bukan hanya penggunaan "teknologi" zaman doeloe, melainkan juga pola pikir, karakter, dan benda masa lalu.
Lebih dari itu, dalam sekelebat, Ethan dipertontonkan kembali pada wajah-wajah dari masa lalu. Orang-orang yang pernah mewarnai perjalanannya dan harus mengembuskan napas di jalan yang ia tempuh.
Apa yang dihasilkan dari refleksi atau ingatan akan masa lalu? Bijak dan kebijaksanaan, manusiawi dan kemanusiaan. Lebih dari itu, bagi Ethan Hunt, adalah keyakinan dan kerelaan untuk memilih jalannya.
Luther Stickell, rekan setimnya, mendefinisikan dengan baik untuk Ethan. "Our lives are not defined by any one action. Our lives are the sum of our choices," ujarnya.
Jelas, film Mission: Impossible---The Final Reckoning bukan film drama. Namun, usai kamera menjauh dari Trafalgar Square dan film diakhiri, penonton terdiam. Masing-masing membawa pulang "rasa" yang diperolehnya.
Saya tercenung, terasa sesak dengan rasa haru. Dan, membawa pulang perasaan yang mengingatkan. DI balik dunia yang berjalan biasa-biasa saja, ada orang-orang yang melakukan sesuatu untuk membuatnya lebih baik.***