Melalui bangunan keseluruhan cerita Mission: Impossible---The Final Reckoning, saya yakin inilah akhir dari perjalanan "Reckoning". Namun, membuka pintu untuk menempuh jalur baru perjalanan lain.
Alasannya sederhana saja, sebab "The Final Reckoning" sesungguhnya adalah "Dead Reckoning Part Two" yang perlu tutup buku. Kedua, kehadiran dua karakter baru sebagai "anggota tim".
Keduanya bergabung di film ini, yakni seorang pembunuh bayaran bernama Paris (Pom Klementieff) dan Degas (Greg Tarzan Davis), karakter yang berasal dari salah satu anggota tim antagonis.
Eksploitasi Adegan di Mission: Impossible---The Final Reckoning
Pada dasarnya, film Mission: Impossible---The Final Reckoning (2025) mengikut cerita yang dilanjutkan berdasarkan film sebelumnya, yakni Mission: Impossible---Dead Reckoning Part One (2023).
Dikisahkan, kedigdayaan entitas AI supercanggih yang dikenal sebagai "The Entity", sedang menuju puncaknya. Entitas ini telah menguasai berbagai sistem keamanan global---berbagai negara adidaya.
Tentu cerita dibuat kompleks dengan sisipan konflik berbagai kepentingan. Itu sebabnya, salah satu permasalahan besar yang muncul dalam film ini adalah waktu, yang disimbolkan dengan Ethan yang harus (terus) berlari.
Jika berpegang pada asumsi sederhana, maka plot kedua film sama saja. Formula dasarnya adalah menghadapi tantangan untuk meraih tujuan mulia yang membawa kebaikan bagi dunia dan umat manusia.
Namun pada film kedua ini, boleh dikata semua elemennya di-boost sedemikian rupa. Dalam bahasa Himawan Pratista, pengulas film di Montase yang juga pengajar, "ancaman yang lebih besar, musuh lebih kuat, skala konflik lebih global, dan aksi lebih heboh."
Pembeda pada setiap petualangan Ethan Hunt adalah kehadiran adegan ikonik. Pada The Final Reckoning penonton akan dipuaskan dengan dua paket sekaligus, yakni adegan di dalam kapal selam dan di pesawat.
Adegan berlama-lama di kapal selam tersebut adalah di dalam bangkai Sevastopol, yang tergeletak di bawah permukaan es di Arktik. Sementara perkelahian di pesawat, menggunakan  biplane klasik tahun 1940-an.