Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Infobesia

Bertugas di Gabus, Pati, Jateng. Direktur sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. Redaktur Media Didaktik Indonesia [MDI]: bimbingan belajar, penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah bereputasi SINTA. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Api Tiga Hati

19 September 2025   18:13 Diperbarui: 19 September 2025   18:17 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi by kam/ai

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Di sebuah lembah yang dikelilingi perbukitan tandus, hiduplah tiga prajurit terbaik dari kerajaan. Ada Brama, sang komandan dengan semangat membara. Ada Tri, pemuda yang selalu membawa tombak bermata tiga. Dan yang terakhir adalah Agni, seorang ahli strategi yang memancarkan aura panas layaknya api (pawaka).

Mereka ditugaskan untuk mengusir kawanan perampok yang sering mengganggu para petani. Namun, perampok itu bukan sembarangan. Mereka dipimpin oleh seorang petarung yang begitu kuat hingga tak pernah ada yang mampu mengalahkannya.

"Kita akan menyerang dari tiga arah," usul Agni. "Brama, kau serang dari depan sebagai pengalih. Aku akan menyerang dari samping untuk memecah formasi. Dan Tri, kau serang dari belakang."

Brama setuju. Dengan semangat yang berkobar layaknya dahana (api), ia memimpin serangan. Tembakan panah dan lemparan tombak mulai bertebaran. Brama maju dengan berani, pedangnya memantulkan cahaya murub (menyala) di bawah sinar matahari.

Para perampok terfokus pada serangan Brama. Inilah kesempatan Tri dan Agni. Mereka bergerak cepat, menyelinap di balik pepohonan. Tri melempar tombak tiga mata miliknya dengan presisi, membuat para perampok kalang kabut. Sementara Agni menyulut obor, menciptakan kobaran api yang membuat area pertempuran semakin mencekam.

Pemimpin perampok, yang tak pernah gentar, kini merasakan panas dari serangan gabungan ini. Ia melihat api berkobar di sekitarnya (rananggana), lalu melihat bayangan tiga prajurit yang bergerak lincah seperti bayangan di tengah pertarungan.

Ketika pemimpin perampok lengah, ketiga prajurit itu berkumpul, berdiri dengan formasi segitiga yang kokoh. Brama menyerang dengan pukulan, Agni dengan taktik, dan Tri dengan tombaknya. Ketiganya bersinergi, bagaikan satu tubuh yang digerakkan oleh satu pikiran.

"Kalian tidak bisa mengalahkanku!" seru pemimpin perampok.

"Mungkin satu dari kami tidak bisa," jawab Brama. "Tapi tiga hati yang menyala bersama, bagai satu kobaran api, tidak akan terkalahkan."

Dengan satu serangan pamungkas yang serentak, mereka berhasil melumpuhkan pemimpin perampok. Kawanan itu pun menyerah dan lari tunggang langgang.

Ketiga prajurit itu kembali ke desa dengan kemenangan. Mereka tahu bahwa yang membawa mereka pada kemenangan bukanlah kekuatan perorangan, melainkan persatuan tiga hati yang membara. Mereka membuktikan bahwa sekuat apa pun musuh, ia akan takluk di hadapan "api tiga hati" yang pantang menyerah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun