Mohon tunggu...
Khairunnisa Musari
Khairunnisa Musari Mohon Tunggu... lainnya -

"Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu telunjuk (tulisan) mampu menembus jutaan kepala" - Sayyid Quthb. Untuk artikel 'serius', sila mampir ke khairunnisamusari.blogspot.com dan/atau http://www.scribd.com/Khairunnisa%20Musari...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Siapa Bilang Sahabatan Lawan Jenis Itu Gak Mungkin....!

1 November 2012   13:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:06 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_221110" align="alignleft" width="300" caption="Sumber: nian-di-hati.blogspot.com"][/caption]

Ketika perjodohan sedang berlangsung, Abi, calon suami saya kala itu pernah bertanya, “Siapa saja sahabat perempuannya Iis?”

“O, banyak. Iis punya banyak sahabat perempuan. Ada Elisabet, Shinta, ...  Ya pokoknya banyak. Susah mau nyebutkan satu persatu...” jawab saya samabil mengerenyit heran dengan pertanyaan tersebut.

“Kenapa kok tanya-tanya sahabat perempuannya Iis?” tanya saya.

“Enggak apa-apa. Saya cuma merasa Iis tidak punya banyak sahabat perempuan. Yang saya tahu hampir semua teman atau sahabat yang diceritain Iis selalu laki-laki semua. Hendri, Rio, Resky, Ferry, Mas Iwan, ... bla-bla” jelas Abi yang belum menikahi saya saat itu sembari menyebut satu-persatu teman-teman cowok saya.

“Tuh kan, banyakan teman lakinya daripada teman ceweknya. Saya jarang mendengar Iis bercerita tentang teman-teman perempuannya...” seru Abi lagi.

Hmmmfffff....

Sejak saat itu, pertanyaan tersebut sering berkelebat di pikiran saya hingga saat ini. Meski saya tidak pernah merasa membedakan teman antara lawan jenis maupun yang sejenis, tapi ternyata Abi atau juga mungkin orang lain menangkap bahwa saya lebih banyak berinteraksi dengan teman-teman lawan jenis.

Yaaaaaaa, kayaknya sih memang ada benarnya. Tapi juga tidak sepenuhnya benar. Saya ingat banget, dulu waktu masih kuliah S1, saya dan 10 orang teman mendirikan warnet dengan nama Phi.Net di wilayah Tenggilis, Surabaya. Ya, belajar berwirausaha lah. Dari semua yang bergabung, nyatanya memang hanya saya satu-satunya perempuan. Saya yang saat itu jauh dari keluarga dan tidak punya saudara dekat di Surabaya, sangat terbantu sekali karena memiliki banyak sahabat cowok. Mereka sering mengantarkan saya ke mana-mana. Beberapa diantaranya adalah anak-anak Teknik sehingga kerap kami belajar bareng pula.

Setelah menikah, saya sangat merasa kehilangan mereka. Saya tahu, mereka menjaga jarak karena saya sudah menikah. Terlebih lagi, pergaulan sahabat-sahabat saya yang model anak gaul itu beda banget dengan model suami saya yang alim bin kalem ala anak Rohis yang celananya cingkrang. Hehehe. Awal-awal, ketika mereka mengunjungi saya ke rumah kontrakan, mereka duduk dengan  kaki selonjor atau sambil tidur-tiduran. Kemudian, ketika suami saya datang ke rumah, mereka langsung otomatis merubah cara duduk dan berbungkuk-bungkuk ria menyalami suami saya. Kalau sudah begitu, suasana ngobrol menjadi berubah. Caranya duduk sudah serius. Caranya bicara juga jadi serius. Kalau sudah begitu, tak lama mereka pasti pamit pulang...

[caption id="attachment_221112" align="alignright" width="300" caption="Sumber: zimbio.com"]

13517778661868658746
13517778661868658746
[/caption] Waktu pun berlalu hingga belasan tahun. Meski kami tak banyak berjumpa, tapi beberapa diantara mereka masih tidak berubah ke saya. Misalnya, Hendri. Lima tahun lalu, ketika saya kembali ke Surabaya, Hendri lah yang boncengin saya naik sepeda motor keliling-keliling Gubeng Airlangga, Gubeng Kertajaya, Dharmawangsa untuk mencari kos-kosan sekitar 2-3 hari. Hendri juga yang mengantarkan saya ke pernikahan seseorang yang dulu bersamaan dengan Abi juga pernah hendak melamar saya. Aduuuuuuh, Hendri memang sahabat cowok saya yang baik. Selalu berusaha meluangkan waktu untuk menemani saya, terutama pada saat-saat genting...

Saya ingat, sahabat-sahabat saya pernah mengira saya lebih dari sahabat dengan Hendri. Gara-garanya, setiap bulan Hendri selalu menitipkan uang kiriman orangtuanya kepada saya untuk saya atur agar tidak langsung habis. Saya yang mengatur uang makan dan pengeluarannya Hendri agar ia bisa menyisihkan untuk menabung. Saya paham, bagi banyak orang, apa yang kami lakukan mungkin tidak lazim. Tapi saya yang terbiasa sendirian sebagai perempuan diantara teman laki-laki di warnet tidak terlalu menganggapnya aneh. Apalagi saya anak Teknik. Saya juga pernah menjadi Ketua Kelompok Studi Mahasiswa (KSM) alias Himpunan Mahasiswa Jurusan (Himajur). Kalau sudah berkumpul dengan teman-teman cowok, sudah otomatis kan yang perempuan yang akan didaulat menjadi manajer rumah tangganya...

Hmffffh...

Sekarang, ketika saya kuliah lagi di Surabaya, rasa-rasanya sahabat saya kembali bertambah. Dan rata-rata semua adalah bapak-bapak alias cowok lagi. Ada sih sahabat perempuan, sangat dekat, tapi kayaknya hanya dia saja. Satu orang. Mbak Candra. Ya, bagaimana lagi ya. Hal tersebut bukan di luar kendali saya. Situasi saya di Surabaya yang tidak memiliki saudara tentu saja membutuhkan interaksi dekat dengan orang lain untuk bisa saling membantu.

Kemarin, selama 3 hari berturut-turut, saya menemani Pak Idris. Pak Idris adalah kawan sekelas saya yang merupakan salah satu pejabat di perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Saya menemani Pak Idris karena beliau hendak menjalani ujian hari Rabu kemarin. Sudah jauh-jauh hari saya menyanggupi untuk meluangkan waktu menemani Pak Idris belajar hingga waktu ujian. Kebetulan saya juga mengkondisikan agar saya memperoleh jadwal konsultasi sehingga waktu saya di Surabaya kian efektif. Ya, saya menemani beliau konsultasi, membantu latihan tanya-jawab, membantu mengetikkan dan mencetakkan ralat disertasi, juga membantu mengeditkan power point untuk presentasi.

Mbak Candra pernah mengirimkan SMS ke saya yang seolah hendak mengatakan bahwa saya lebih menyayangi Pak Idris daripada menyayangi Mbak Candra. Saya menolak. Saya memang pernah belanin ke Yogyakarta selama 3 hari untuk membantu mengetikkan materi kualifikasi disertasi Pak Idris. Saya menginap di rumahnya. Tapi kepada Mbak Candra pun saya merasa selalu belanin. Dari Lumajang, saya mau meluangkan bertemu Mbak Candra di Surabaya hanya untuk mengajarkan mengaji. Waktu Mbak Candra  hendak maju ujian, saya pula yang membuatkan power point untuk presentasinya. Saya bahkan bersedia menginap bersamanya untuk membantunya mengedit disertasinya, menguruskan administrasi, dan lain sebagainya. Sejak bersahabat dengan Mbak Candra, sejak saat itu pula saya selalu mendoakannya di setiap waktu mustajab agar ia memiliki buah hati setelah 14 tahun perkawinan menanti. Alhamdulillah, Allah menjawab doa kami...

Ya, namun tetap saja bersahabat dengan lawan jenis kerap disalahpahami oleh orang lain dan selalu ada celah untuk diragukan. Seperti saya, saya kalau sudah menyayangi seseorang, maka tentu akan meluangkan waktu untuk membantu orang yang saya sayangi. Bagi saya, kata ‘sayang’ adalah kata umum yang selalu saya utarakan kepada seseorang yang benar-benar sudah menjadi bagian dari orang dekat saya. Jika saya bersahabat dengan seseorang, hal tersebut sudah otomatis membuat saya menyayangi mereka.

Seperti halnya Mbak Candra dan Pak Idris, saya sangat merasakan juga rasa sayang mereka kepada saya. Mbak Candra juga suka berkorban dan meluangkan waktu jika saya membutuhkannya. Pak Idris demikian pula. Tiga tahun lalu, ketika saya hamil N3, saya berkunjung ke Yogya dan menginap di rumahnya Pak Idris. Pak Idris tidak mengizinkan saya untuk tidur di kamar tamu di lantai atas. Pak Idris menyuruh saya tidur di kamar pribadinya di lantai 1. Pak Idris dan istrinya mengungsi di kamar lain karena khawatir kalau saya naik turun akan melelahkan. Tuh kan, baik kan Pak Idris dan Bu Idris. Kalau saya pulang, Bu Idris juga selalu membawakan aneka macam penganan. Bu Idris dan saya sering berdiskusi bagaimana caranya menyemangati pak Idris untuk menyelesaikan studinya. Bu Idris minta saya untuk sering-sering mengingatkan Pak Idris agar mau mengerjakan disertasinya...

Satu tahapan telah Pak Idris lalui kemarin. Butuh waktu setahun untuk mengembalikan semangatnya. Ketika beliau pulang ke Yogya kemarin, Pak Idris mengirimkan SMS ke saya: “Terimakasih atas bantuan, bimbingan, support, dan doanya sehingga dgn segala keterbatasan saya bisa lolos kualifikasi. Nuwun”.

[caption id="attachment_221114" align="alignleft" width="300" caption="Sumber: cherrybam.com"]

13517779721724835970
13517779721724835970
[/caption] Alhamdulillah, kemarin tidak hanya Pak Idris, tetapi juga Mas Leo maju ujian. Ketika tahajud, saya menitipkan permintaan kepadaNya untuk memudahkan Mas Leo dan Pak Idris dalam menghadapi ujian. Alhamdulillah, saya bisa menemani mereka ketika sedang ujian. Saya pun menjadi partner tanya-jawab untuk Mas Leo. Mas Leo, orang Magetan, salah satu direktur sebuah BUMD Pemprov Jatim. Meskipun beliau pejabat dan petinggi di lingkaran elit Jatim, tetapi orangnya rendah hati. Saya senang berdiskusi dengan Mas Leo. Mas Leo juga banyak memberikan ilmu pasar modal untuk saya. Mas Leo beberapa kali memperkenalkan saya kepada koleganya sebagai tokoh muda calon pemimpin masa depan. Dan Mas Leo selalu menegur saya dengan “Kamu tuh kok gak pernah mau di-marketing-i sih”. Hehehehehe, Mas Leo suka tidak terima kalau saya menjawab “Mas Leo lebay, Iis pake dibilangi tokoh muda segala. Iis ini kan hanya ibu rumah tangga....”.

Hmfffffhhh, ternyata bisa kan kita memiliki sahabat lawan jenis. Saya sangat terbantu memiliki mereka. Seperti halnya Adjie, selama beberapa pekan ini dia selalu mengantar jemput saya. Berasa kan kalau sedikit-sedikit naik taksi atau becak akan menguras kantong. Ya, saya bukan hanya terbantu dalam urusan menghemat uang belanja, tapi juga kehadiran mereka membuat saya tidak merasa kesepian. Syukurlah Adjie masih jomblo sehingga saya tidak begitu sungkan jika meminta tolong kepadanya. Ya, setelah menikah, saya mulai mengerti bahwa tidak semua istri sahabat cowok saya senang jika suaminya bersahabat dengan perempuan. Seorang sahabat saya di Jakarta kalau hendak menelpon saya suka mencuri-curi waktu tanpa sepengetahuan istrinya. Ketika saya ceritakan ke Bapak Ibu saya, ternyata Bapak Ibu saya juga memiliki pengalaman dengan koleganya. “Temannya Bapak itu ke Bapak ya tidak terlalu ramah kalau ada istrinya. Tapi kalau istrinya gak ada, beda banget. Padahal itukan laki sama laki ya tetap dipermasalahkan. Ya wajar saja kalau laki sama  perempuan juga tambah dicemburui.....” cerita Bapak saya.

Ya, saya tidak pernah memilih untuk memiliki sahabat sesama jenis atau lawan jenis. Yang jelas, saya membutuhkan mereka. Berkutat dengan laptop sepanjang hari atau mobilitas seharian akan membawa lelah jiwa dan lelah fisik. Tidak hanya saya, bapak-bapak dari luar Jawa yang saya temui dan mereka harus dalam waktu yang lama tinggal di Surabaya pun merasakan hal tersebut. Percayalah, para penuntut ilmu selalu memiliki momen-momen di mana diri menjadi mellow. Kesepian dan kesendirian dengan tuntutan disertasi yang harus dihadapi merupakan perjuangan tersendiri yang harus dihadapi. Belum lagi keterbatasan dana. Perjuangan ilmu berpuncak pada masa-masa ini. Belakangan inilah saya baru menemukan bahwa perpustakaan adalah tempat terindah bagi mereka-mereka yang mengalami mellow. Di perpustakaan pulalah saya banyak bertemu bapak-bapak yang akhirnya menjadi teman berbagi. Mmm, lagi-lagi ketemunya bapak-bapak kan....

Ya, pernah seseorang mengatakan kepada saya bahwa mustahil perempuan bisa bersahabat dengan laki-laki. Tapi saya tidak sependapat. Setiap orang memiliki latar belakang masing-masing sehingga berpendapat berbeda. Sama halnya dengan saya. Mobilitas dan sering berada dalam kesendirian sesungguhnya dapat menjadi penyakit hati yang melemahkan diri. Pikiran menjadi melanglang buana tidak jelas. Gundah dan galau selalu mengiringi. Keberadaan teman atau sahabat sangat dibutuhkan agar pikiran menjadi lebih jernih. Selama tidak ada itikat tidak baik di sana, saya percaya bahwa persahabatan berbeda jenis itu dapat terjadi. Terlebih lagi jika persahabatan ini dilatarbelakangi oleh perasaan senasib sepenanggungan di tanah rantau. Memang tak semua orang dapat menjadi sahabat kita dan kita juga tak bisa menjadi sahabat bagi semua orang. Terkadang persahabatan juga membutuhkan chemistry. Tidak bisa dipungkiri, jika saya atau mereka sampai belanin sesuatu, itu karena rasa sayang memang sudah hadir atas persahabatan ini. Dan jika saya sudah bersahabat, tentu saja ada doa yang saya pintakan pula untuk mereka ketika mereka membutuhkan. Saya percaya, jika Allah dilibatkan dalam sebuah persahabatan, maka Allah pun akan menjaga diri kami dalam persahabatan ini serta mengikat hati kami karena Allah. Yang jelas, tidak benar juga kan kalau sahabatan lawan jenis itu tidak mungkin... :-)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun