Mohon tunggu...
Khaidir Asmuni
Khaidir Asmuni Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Alumnus filsafat UGM

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Reenactment Ajaran Bung Karno: Mengungkap Ikatan Emosional Budiman dengan Ibu Mega

14 Januari 2023   03:21 Diperbarui: 14 Januari 2023   04:09 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penekanan marhaenisme yang hanya bersifat 'kognitif' atau hapalan saja dapat menyebabkan kesalahan serius dalam pemahaman tentang apa yang terkandung didalamnya. Marhaen lebih dari itu. Dia memancing munculnya kasadaran sebagai sebuah bangsa.

Tidak hanya tentang marhaen di dalam tayangan Seaword TV Budiman juga ke tempat suasana sidang saat Bung Karno membacakan pledoi Indonesia Menggugat. Dan kemudian ke Gedung Asia Afrika di saat Indonesia menjadi pemimpin dunia dalam Konferensi Asia Afrika.

Tempo mencatat besarnya nama Bung Karno di masa itu. Presiden Sukarno membakar semangat para peserta dari 29 negara di Asia dan Afrika dalam Konferensi Asia-Afrika pada 1955 di Gedung Merdeka, Bandung. Selama 40 menit, tak kurang dari sepuluh kali tepuk tangan panjang memotong pidato proklamator Republik Indonesia itu.

Ajakan Budiman ke Gedung Asia Afrika dan melakukan reenactment tentang peristiwa besar itu tidak terlepas dari apa yang diungkapkan oleh Ibu Mega yang menginginkan agar Indonesia menjadi sebuah bangsa yang besar.

Budiman membeberkan kepada media massa keinginan Megawati Soekarnoputri mengenai arah yang perlu ditempuh Indonesia agar bisa menjadi hebat seiring teknologi yang maju dengan pesat.

Megawati ingin Indonesia dipimpin oleh pemimpin yang paham geopolitik serta implikasi dari kemajuan teknologi terhadap kondisi dunia di masa berikutnya.

Pesan pesan Megawati dalam HUT PDIP ke-50 dipandang juga mengandung etika politik yang tinggi bagi para kader. Dari masalah kepatuhan terhadap konstitusi (terkait jabatan presiden 2 periode) hingga penerapan disiplin partai yang harus dijalankan.

Disiplin itu menyangkut juga militansi, mobilitas dan kesetiaan kader terhadap PDIP. Terkait pesan pesan inilah, nama Budiman memang mencuat. Selama ini, Budiman menjadi salah satu kader loyal yang menilai parpol tidak untuk mengejar kekayaan dan jabatan.

Menurut Budiman, berpolitik itu bukan hanya sekadar ikut pemilu atau menjadi caleg, atau menjadi menteri, presiden atau lainnya. Baginya, politik itu misi hidup dengan kandungan misi sosial.

Dengan pandangan ini pula marwah partai berpotensi akan terangkat. Salah satu contoh yang diajarkan Ibu Mega (dalam pandangan Budiman) adalah penerapan harga diri. Kita menyadari bahwa sikap PDIP yang ditunggu rakyat terkait calon presiden 2024 tak lantas membuat Mega mengumumkan calonnya. Hal ini menjadi bagian bahwa PDIP tak bisa didikte oleh dinamika politik dari luar yang sarat akan kepentingan. Bagi PDIP masalah kebangsaan yang saat ini muncul lebih menjadi prioritas.

Ibu Mega menyadari dengan perkembangan dunia saat ini, moralitas kader menghadapi tantangan yang kompleks. Partai tak hanya masalah indoktrinasi, tapi juga membutuhkan refleksi tentang pilihan moral yang harus ditimbang satu sama lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun