Mohon tunggu...
Khadeeja08
Khadeeja08 Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Dunia ini dipenuhi orang-orang baik. Jika kamu tidak menemukannya jadilah salah satunya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seorang Ibu Aktif di Luar Rumah? Simak Penjelasannya

18 Maret 2023   13:00 Diperbarui: 18 Maret 2023   13:21 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Untuk seorang ibu, prioritaskanlah perhatian kepada keluarga, terkhusus anak-anakmu.

Ustadz Adi Hidayat, Lc., M.A.

 "Apresiasi tertinggi dari allah kepada seseorang yang telah berumah tangga bukan tentang profesi dunianya, tapi bagaimana ibu bisa optimal menjadi seorang ibu dengan tugasnya". Nasehat Ustadz Adi Hidayat, Lc., M.A. membuka awal ceramahnya kemarin tepatnya pada tanggal 14 Maret 2023.

 Jika menikah tapi belum dikaruniai seorang anak maka belum tugasnya, maka jadilah seorang istri dengan tugasnya, yaitu menjadi istri yang baik untuk suami. Jadi seorang ibu untuk masuk surga itu tingkat tertingginya bukan karena aktif mendampingi kegiatan diluar bukan karena aktif mengikuti kegiatan dengan teman rekan kerjanya, namun yang paling utama itu adalah bagaimana anak di rumah.

Sehingga ketika suami pulang dengan membawa suatu hasil dari kegiatannya dalam lelahnya ia hanya tinggal menikmati candanya, dimana masalah keluarga sudah di selesaikan oleh istrinya.

 Ada seorang sahabat, ia tidak pernah puasa sunah puasanya hanya ramadhan saja, tidak pernah shalat sunah salatnya shalat fardhu saja,namun ia mentaati suaminya,menjaga kehormatan keluarganya dia menempatkan masalah di rumah sebagai tugas utamanya maka dikatakanlah padanya ketika kembali ke yaumul hisab untuk cepat memasuki pintu surga dari arah mana saja pintu yang hendak dimasuki, tanpa hisab.

 Jika seorang ibu diberi kebebasan oleh suaminya untuk boleh mengikuti kegiatan di luar semacam pengajian, maka itu juga baik untuk dioptimalkan namun setelah itu bawalah ilmu itu pada anak, kalau perlu ajak anak untuk mengikuti kegiatan yang positif seperti pengajian ini.

Kegiatan diluar itu boleh bagi seorang ibu, namun jangan sampai ibu aktif di luar tapi anak dititipkan pada orang lain sehingga ia mendapat karakter dari seorang perawat nya bukan dari ibunya. Jadi wajar kalo anak tidak mengenal ibunya, menjadi tidak akrab sehingga menyebabkan ia harus mencari jati dirinya diluar rumah karena tidak dekat dengan ibunya.

 Apakah seorang ibu akan bangga melihat anak merubah penampilannya dengan semaunya? Apakah seorang ibu tidak khawatir kalau anak mencari perhatian diluar? Bahkan ada seorang ibu yang bahkan tidak sempat menyapa anaknya, cuman ketemu berangkat lalu ketemu untuk tidur dan begitu seterusnya.

Jika terus seperti ini lalu sebenarnya apa yang dicari dari yang dikumpulkan itu? Untuk apa kegiatan sibukmu di luar jika anaknya sendiri tak di pikirkan?.

 Dikisahkan bahwa istri nabi muhammad saw. Yaitu Sayyidah Khodijah itu selalu menyelesaikan masalah keluarganya sebelum beliau datang sehingga tak pernah terdengar dalam telinga kita bahwa fatimah pernah merewelkan nabi, Ummu kulsum juga demikian.

Karena apa?  Karena peran Sayyidah Khodijah, beliau mengerti optimalnya harus dimulai dari beliau, sehingga ketika nabi pulang tidak ada beban yang bertambah lagi untuk suami tercinta.Silahkan punya aktivitas diluar rumah tapi seorang ibu akan lebih dimuliakan sebagai seorang ibu atau istri itu ketika pulang kembali ke akhirat. Maka yang perlu diperhatikan pertama ini adalah prioritas keluarga terutama anak.

Selanjutnya yang kedua yang perlu diperhatikan adalah tentang harta. Dikisahkan dahulu Sayyidah Khodijah meskipun beliau mendapatkan penghasilan dari aktivitas dagangnya namun beliau tidak pernah mejadikan hartanya hanya untuk dirinya pribadi.

Bahkan beliau tidak pernah membuat perjanjian pra nikah, karena prinsip beliau itu apapun yang diusahakannya, maka akan dikumpulkan menjadi satu dengan tujuan untuk mensupport cita-cita agar mendapatkan bagian tertinggi di hadapan allah.

 Maka bagi seorang ibu, jika memiliki sebuah harta yang ia dapatkan sendiri dengan usahanya, maka jadikanlah menjadi satu, jadikan harta bersama, lalu rumuskan lah harta itu untuk anak-anak. Anak pertama mau kemana bikin tabungan, bikin persiapan juga anak kedua, anak ketiga, dan seterusnya.

 Dan yang perlu diperhatikan ketiga, yang terakhir adalah luangkanlah waktu untuk berdiskusi, bicara, ngobrol, untuk saling menguatkan bukan untuk mengungkit kekurangan. Karena di zaman sekarang ini banyak kasus seorang ibu yang hanya membiarkan anaknya untuk melakukan aktivitasnya tanpa memperdulikan apa saja yang baru ia lewati, bahkan ada yang menitipkan anaknya kepada saudaranya tanpa pernah menanyakan kemajuannya.

karena hal yang ia utamakan hanya yang penting memberikan anaknya uang bulanan. Ia lupa bahwa anak juga butuh perhatian. Bahkan meskipun seorang anak mengeluhkan masalahnya sekalipun ia tak memperdulikannya, bahkan malah memarahinya.

 Jika hal semacam ini tak terlewatkan untuk menjaga hubugan baik dengan keluarganya maka allah akan menjaga ikatan pertalian rumah tangganya, sehingga dijaga dari sifat-sifat rentan yang kemungkinan bergeser atau menodai kehidupan rumah tangganya. Dahulu nabi jika sibuk tak pernah pulang beliau selalu meminta izin kepada istrinya serta menjelaskan apa yang akan beliau kerjakan, lalu istri nabi tersebut selalu menjawab dengan jawaban yang tenang, sehingga membuat nabi pergi meninggalkan rumah dengan keadaan tenang karena mengingat kata-kata istri beliau yang selalu menguatkan.

Sehingga sepeninggal Sayyidah Khodijah pun dialog nabi dan istrinya selalu terbawa dalam mimpi nabi, karena dialog tersebut nyambung dan sudah sampai pada jiwa nabi. Maka ciptakankah suasana itu.

 Kesimpulannya adalah yang pertama tingkatkan hubungan dengan allah dengan skema sholat dengan baik. Kedua jadilah ibu yang paripurna yang memperhatikan keadaan anak keluarga dengan sempurna, sekalipun ada aktivitas di luar pastikan yang di dalam rumah itu baik dulu.

Ketiga pintu dialog yang dibuka untuk saling menguatkan dengan pasangan itu terjaga, optimal, istiqomah lah dengan 3 ini. Maka tenanglah seorang ibu hingga akhir hayatnya, jika sudah menata ke 3 prinsip ini dengan baik. Jangan sampai menyalahkan anak jika tidak tumbuh baik sebagaimana mestinya, utamanya tanyakan dulu pada diri sendiri bagaimana selama ini cara kita mendidik.

Sekian, semoga bermanfaat dan jika ada kesalahan dalam penulisan saya memohon maaf yang sebesar-besarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun