Mohon tunggu...
Muhammad Keysya Gibrand A
Muhammad Keysya Gibrand A Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Airlangga

Hobi olahraga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Saat Anak Terjebak Gula dan Risiko Diabetes

12 September 2025   23:55 Diperbarui: 12 September 2025   22:57 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Zaman sekarang, rasanya sulit memisahkan anak muda dari yang namanya minuman manis kekinian. Kopi dengan sirup aneka rasa, sampai teh dengan berbagai topping sudah jadi bagian dari gaya hidup. Sembari nongkrong, mengerjakan tugas, atau sekedar scroll postingan di media sosial, minuman manis seolah jadi teman wajib. Tapi, pernah tidak kita kepikiran, di balik rasa manis yang membuat ketagihan itu, ada bahaya besar yang mengintai? Bahaya itu bernama diabetes, penyakit yang diam-diam bisa merusak masa depan kita, Generasi Z.

Dulu, diabetes sering dianggap sebagai penyakit orang tua. Tapi sekarang, faktanya sudah berubah. Menurut data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada awal 2023, kasus diabetes pada anak dan remaja meningkat drastis hingga 70 kali lipat. Angka ini benar-benar membuat kaget dan jadi peringatan keras buat kita semua. Artinya, risiko diabetes bukan lagi ancaman di masa tua, tapi telah ada di depan mata kita. Gaya hidup kita yang serba praktis, kurang aktivitas fisik, dan dikelilingi oleh makanan minuman tinggi gula jadi penyebab utamanya. Kita lebih sering memilih pesan makanan cepat saji dan minuman berasa daripada mengonsumsi makanan sehat seperti buah dan sayur.

Masalahnya, kita sering kali tidak sadar dengan jebakan gula ini. Banyaknya iklan di media sosial yang menampilkan influencer menikmati minuman manis membuat kita merasa itu adalah hal yang wajar dan keren. Padahal, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan batas konsumsi gula harian tidak lebih dari 50 gram atau sekitar empat sendok makan. Coba bayangkan, satu gelas minuman boba saja bisa mengandung gula jauh di atas batas anjuran tersebut. Akumulasi gula berlebih inilah yang memaksa pankreas bekerja ekstra keras memproduksi insulin, yang jika terjadi terus-menerus bisa memicu resistensi insulin, langkah awal menuju diabetes melitus tipe 2.

Sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat, saya merasa kita perlu lebih sadar dan peduli. Ini bukan cuma soal penampilan atau berat badan, tapi soal investasi kesehatan jangka panjang. Pentingnya edukasi ini terbukti efektif. Sebuah jurnal tentang promosi kesehatan pada remaja di Yogyakarta menunjukkan bahwa kegiatan sosialisasi dapat meningkatkan pemahaman siswa secara signifikan tentang pencegahan dan pengendalian diabetes (Ardila et al., 2024). Hal ini membuktikan bahwa pengetahuan adalah kunci awal untuk mengubah perilaku. Kita dapat mulai dari hal kecil, seperti mengurangi jajan minuman manis, memilih ukuran yang lebih kecil, atau meminta kadar gula yang lebih sedikit. Menggantinya dengan air mineral juga jadi alternatif yang lebih sehat.

Pada akhirnya, menjadi "Generasi Manis" bukan berarti kita pasrah terjebak dalam manisnya gula yang mematikan. Justru, kita harus jadi generasi yang cerdas dalam memilih asupan dan peduli terhadap kesehatan diri sendiri serta orang di sekitar. Masa depan kita terlalu berharga untuk ditukar dengan kenikmatan sesaat dari segelas minuman manis. Pengetahuan yang kita miliki harus diubah menjadi aksi nyata. Mari kita mulai bergerak, karena mencegah jelas lebih baik daripada mengobati, seperti slogan andalan anak kesehatan masyarakat.

KATA KUNCI: Diabetes, Edukasi, Gula, Kesehatan, Remaja

 

DAFTAR PUSTAKA

Ardila, M., Humolungo, D. T. W. S., Amukti, D. P. dan Akrom. (2024). 'Promosi Kesehatan Pencegahan dan Pengendalian Diabetes Melitus pada Remaja', Jurnal Abdimas Indonesia, 4(2), pp. 534--540.

Diamanty Meiliana (2023). Kasus Diabetes Anak Meningkat 70 Kali Lipat, Menkes: Kalau Tak Ditangani, Bisa Stroke dan Sakit Jantung. https://nasional.kompas.com/read/2023/02/03/13372701/kasus-diabetes-anak-meningkat-70-kali-lipat-menkes-kalau-tak-ditangani-bisa [online] (diakses tanggal 28 Agustus 2025)

World Health Organisation (2015). Guideline: Sugars intake for adults and children.[online]https://iris.who.int/bitstream/handle/10665/149782/9789241549028_eng.pdf?sequence=1.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun