Hyang Brahma...,
altar merah membalut indah istana suciMu.
Kau tabur manik-manik cinta,
menebar jiwa-jiwa dalam aksara 'Ang'
ke empat arah penjuru mata angin.
Terciptalah kami mahkluk-mahkluk lemah
dari api cintaMu yang membara.
Kini, hambaMu tertunduk lesu
menatapMu dalam doa beribu maaf
akan dosa dan khilaf:
"Ampuni hambaMu, Hyang Brahma!"
Anak-anak kecil tanpa dosa,
meratap pilu di camp pengungsi,
merelakan masa riangnya terenggut api amarahMu.
Kuncup-kuncup kembang penabur aroma,
berharap cemas 'kan layu
sebelum sempat menatap mentari
dan bercengkrama dengan kumbang di putik cintanya.
Tunas-tunas muda,
pun berharap sempat menari bersama rintik rinai pagi
diiringi nyanyian burung-burung,
mendendangkan sebait kisah alam semestaMu.
HambaMu memohon, Hyang Brahma:
"Berilah mereka kasih suciMu,
agar sempat mereguk nikmat dunia.
Izinkanlah Hyang Wisnu merawatnya dengan kasih cinta.
Dan bila saatnya tiba,
biarlah Hyang Iswara memupus harapannya.
Janganlah Engkau tebar api amarahMu
pada hambaMu yang tak berdaya.
Biarlah api suciMu menjadi pelita jalan hidupnya."
Semoga, hambaMu yang laknat dan durjana,
insyaf mengumbar syahwat,
karna hentakan 'Gada' suciMu.