Mohon tunggu...
Renita Yulistiana
Renita Yulistiana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan

I wish I found some better sounds no one's ever heard ❤️😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terima Kasih 2020: Bagian Satu

14 November 2020   00:29 Diperbarui: 14 November 2020   00:40 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku menyeduh satu kemasan coklat hangat dan menuangnya di sebuah gelas bening bertuliskan "good life". Hampir saja aku berpikir, gelas tersebut diantar oleh Ryan Tedder bersama rekan-rekannya di OneRepublic---sebagai promosi singlenya. Sore itu, aku melihat Ancol--menerawang dari jendela lantai 6 sebuah gedung bilangan, Jakarta Utara. "Mendung ya." Sahutku pelan, yang memang ditujukan ke diriku sendiri.

Kembali bercokol mengerjakan tabel logical framework yang membuatku lopak lapik. Ditandai dengan seringnya aku menggoyangkan kaki, sambil membuat suara gendang dengan kedua tanganku di meja. Sesekali frustasi, aku dengan sukarela menembangkan lagu Linkin Park, "What I've Done. I'll face myself..." sambil berjoget santai.

Aku terserempak, pada kumpulan laku sejak awal tahun 2020--yang cialat. Sembari menunggu kemampuan berpikir ilmiahku kembali, aku menyibukan diri untuk menulisi buku catatan dengan nama atau peristiwa yang kutemui sepanjang tahun. Ternyata, perjalananku tahun ini profitabel juga.

Aku banyak berbincang dengan beberapa penulis besar meskipun dalam jaringan. Aku juga pernah bercelopar mulut dengan penulis idaman---yang bukunya pernah kuceritakan dengan luwes di sebuah taman kota tempat langganan berlapak pada suatu sore, kepada relawan sebaya. Sebelum hujan mengguyuri lapak kami.

Aku beberapa kali diundang oleh Universitas dan komunitas. Dipercaya menjadi narasumber dan membagikan pengalaman selama berkegiatan sosial. Hingga aku dikirimi sebuah plakat, yang selalu kujaga dan persiapkan untuk kupameri kepada anak atau suamiku kelak. Ditambah beberapa e-sertifikat yang kudapat selama mengikuti kegiatan kala pandemi.

Aku belajar mengkomunikasikan segala sesuatu. Saking seringnya menginduki sebuah kegiatan virtual. Terbiasa mendengarkan, membuatku pelan-pelan mengambil pelajaran. Hal ini juga membuatku mulai peduli, untuk memilih spot cerah yang bisa menunjang kepercayaan diri.

Aku berhasil mengarsip dan menyelesaikan beberapa projek yang sangat berat, dengan beres. Meskipun, aku terpaksa mempelajari menyusun editorial plan--sebuah metode baru yang sangat molek diaplikasikan dalam pekerjaan dan rencana ke depan.

Aku merutinkan aktivitas menulis dan membaca sesuai target. Yang membuatku merasa haus belajar dan mempelajari beberapa kosakata, serta hal-hal yang belum kupahami. Sehingga, aku ingin merupa sosok Anjani dalam novel: Laut Bercerita karya Leila S. Chudori. Atau meniru hangatnya Kennedy kala berteman dengan Soekarno.

Tahun 2020 juga menentengku berkenalan pada empat orang laki-laki dengan perawakan beragam, dan kami sedang berproses membuat sesuatu. Ada penulis ulung, yang berbadan kurus namun cukup tinggi, dengan ornamen jenggot di dagunya. Ada musisi kawakan, yang memiliki bobot lebih berisi dibanding penulis, ia berambut agak panjang dan rutin diikat. Ada juga sosok atletis, dengan postur ideal yang melengkapi minor detail di antara kami. Sementara satu di antaranya, masih terkatup---belum sempat kutemui.

Bagian satu akan menjadi pengingat, bahwasanya 2020 bukanlah tahun yang puntung.
--

Renita Yulistiana
Yang sedang berusaha optimis hehe
14 November 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun