Mohon tunggu...
Renita Yulistiana
Renita Yulistiana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan

I wish I found some better sounds no one's ever heard ❤️😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kenapa Anak Harus Menang?

20 September 2020   15:34 Diperbarui: 20 September 2020   22:48 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku meletakan masker berwarna biru, dengan gambar Tayo di atas meja belajar kayu merk Olympic--yang dibelikan ayah dua bulan lalu. Setelahnya, aku bergegas mandi untuk membersihkan tubuh usai tiga puluh menit bermain sepeda di sekitar rumah.

Hal ini adalah aturan di rumahku, yang dibuat oleh ibu. Ia mengizinkanku bermain, asal menjalankan protokol kesehatan. Sebuah anjuran yang sudah sangat bosan kudengar sebenarnya. Tapi ya mau bagaimana. Serunya, ibu jadi banyak kegiatan. Ia membuat keran buatan, dari ember bekas cat berwarna putih yang dilubangi pada bagian depan--diletakan di halaman rumahku. Tidak lupa, sabun aroma jeruk nipis bersanding di sampingnya. Agak sedikit kecewa. Soalnya, aku lebih suka harum buah apel. Tapi tidak apa-apa.

Setiap pagi, ibu rutin mengisi air dan sabun jika sudah habis. Jika belum habis, ibu tetap rutin mengganti air di dalam ember. Namun, ibu tidak menambahkan isi sabun. Dua bulan ini, ibu juga sering mengurus tanaman. Aku tidak ingat namanya, susah susah sekali. Tapi, tanaman daun sirih masih menjadi idolanya. Karena, ibu dan ayah sering pakai air rebusan daun sirih, untuk membersihkan matanya, yang sudah agak buram.

Aku bernama Nur Awal. Siswa kelas 8 SMP di sekolah swasta daerah Depok. Arti dari namaku bisa ditafsirkan dengan mudah. Nur berarti cahaya dan Awal berarti permulaan. Nur Awal = "Cahaya di Awal", karena aku adalah anak pertama dan satu satunya hingga sekarang. 

Ayahku seorang pengantar paket di salah satu perusahaan jasa pengiriman. Sementara ibu, fokus mengurusku dan rumah tangga. Sesekali, ia membuat donat kentang--jika ada pesanan dari tetangga. Kata mereka, donat ibuku enak dan murah. Harganya hanya dua ribu rupiah. Sering juga dikasih bonus, jika membeli di atas tiga puluh buah.

Aku senang, hidup bersama ibu dan ayah. Tapi, ketika ada covid-19. Aku kesal sekali, ayah jadi jarang pulang tepat waktu dan ibu kadang sering cemas. Aku bisa merasakan, mungkin ibu khawatir karena ayah sering berkeliling. Sama sepertiku, ibu pasti takut ayah terpapar virus. Tapi, aku agak lega. Ketika ayah menjelaskan kepada kami, kalau setiap sebulan sekali akan ada fasilitas rapid test dari perusahaannya. Tapi, tetap saja kami cemas.

Belum lagi, ibu harus rela mendampingiku selama proses Belajar dari Rumah (BDR). Kemarin, aku sebal sama ibu. Soalnya, ibu tidak mendukung aku jadi pemenang. Selama BDR, guru di sekolah sering mengadakan lomba. Apalagi pelajaran IPA. Minggu ini, aku mendapat tugas untuk membuat poster: organ tubuh manusia dan fungsinya.

Aku suka sekali jika ada lomba dan aku harus menang. Karena, aku suka saja namaku terkenal. Aku juga merasa hebat, karena aku berhasil mengalahkan teman-temanku. Tapi, sepertinya itu tidak akan terjadi. Soalnya, ibu lupa membeli kertas karton. Jadi, aku hanya membuat poster seadanya, di kertas gambar sisa tahun ajaran kemarin.

Aku tahu, ibu mungkin lelah sekali. Makanya ia lupa membelinya. Aku sempat marah. Tapi, ibu memberikanku penjelasan yang bisa aku pertimbangkan.

"Ibu, kenapa lupa beliin Awal kertas karton? Awal kan gak bisa menang kalau kaya gini?"

"Memang, kenapa Awal selalu ingin menang?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun