Mohon tunggu...
Kenong Veyza
Kenong Veyza Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Baperan

Pecinta dunia aksara dan suara ....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bukan Ibu Impian (Sebuah Cerpen)

22 Desember 2022   11:36 Diperbarui: 22 Desember 2022   11:43 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bukan Ibu Impian

Sebuah Cerpen by Kenong Auliya Zhafira


Sebagai anak tentu tidak bisa memilih akan terlahir dari keluarga seperti apa dan bagaimana. Bahkan anak tidak bisa meminta memiliki Ibu seperti dalam drama dan dongeng. Ibu yang selalu memberikan kebutuhan apa pun untuk anak dan memastikan tidak pernah kekurangan kasih sayang serta materi.

Namun, semua itu hanya impian bagi gadis kecil bernama Alana. Usia yang masih sepuluh tahun membuatnya kerap didatangi rasa iri jika melihat teman sebayanya bisa sekolah memakai seragam baru. Berbeda jauh dengan dirinya. Baju seragamnya belum pernah ganti semenjak pertama kali membeli di pasar baju bekas.

Alana menatap cermin kecil yang retak separuh, baju seragam dengan warna memudar dan kekecilan membalut tubuhnya yang kian tumbuh besar. Roknya pun mulai menggantung hingga di atas mata kaki.

Air mata Alana tidak tertahankan kala menatap sol sepatunya yang sedikit terlepas hingga menganga. Banyak kata andai dalam benaknya jika bisa memiliki keluarga yang jauh dari kata kurang.

Ratmi--sang ibu hanya bisa menahan tangis melihat anaknya setiap hendak berangkat sekolah. Hidup seorang diri tanpa pendamping membuat Ratmi bekerja tanpa henti untuk memberikan kehidupan yang layak bagi putri satu-satunya.

Pekerjaan apa pun akan diambil Ratmi dengan senang hati. Semua itu demi Alana--buah cinta dari almarhum suaminya--Syarif Wibowo. Seperti pagi ini, Ratmi akan mengais rejeki di pabrik genteng di desa sebelah. Meskipun pekerjaannya berat harus menggunakan tenaga dari raganya, tetapi itu lebih baik karena bisa mendapat pemasukan tiga puluh lima ribu per hari.

Ratmi mendekati Alana dan mengusap rambutnya pelan. Mendoakan kesuksesan Alana agar bisa memiliki nasib yang lebih beruntung dari hidupnya. Di tengah kekurangan yang menghimpit, Ratmi bersyukur Alana bisa menempuh sekolah dasar lewat bantuan dana dari program pemerintah.

"Sayang ... doakan Ibu nanti dapat uang banyak, ya? Biar bisa beli seragam baru buat kamu," ucap Ratmi sekuat mungkin dengan menahan air matanya.

Alana hanya mengangguk dan mengaminkan doa dari wanita berhati peri berwujud manusia. Ya, ibunya bukan hanya sekedar peri, tetapi seorang malaikat untuknya. Karena Ibu selalu berusaha memberikan yang terbaik tanpa memikirkan keadaannya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun