Mohon tunggu...
Pinku Queeny
Pinku Queeny Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga

Hai, aku lagi belajar nulis dan ini blog pertamaku. Aku akan senang jika teman-teman berkenan memberikan komentar sebagai kritik dan saran nya terhadap tulisan ku.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ketika Jogja Bertemu Indah

18 September 2025   07:00 Diperbarui: 18 September 2025   18:57 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : Ilustrasi AI dibuat melalui chatGPT 

Perjalanan dari Jakarta ke Jogja menelan waktu sekitar enam jam dengan kereta. Hari itu aku memutuskan untuk mengambil liburan singkat di akhir pekan—sekadar mencari ide baru, sekaligus mengisi ulang tenaga yang terkuras.

Jogja, bagiku, selalu punya ruang istimewa. Udaranya masih segar, jalannya tidak sesak oleh asap kendaraan, dan jauh dari riuh polusi pabrik. Selain pemandangan yang menyejukkan mata, Jogja juga ramah bagi dompet: kuliner lezat bisa dinikmati tanpa perlu merogoh banyak uang.

Karena itu, berlibur di Jogja tak pernah terasa berat. Dengan sedikit tabungan, aku bisa datang setiap bulan. Bahkan, jika mau, setiap minggu. Entah sudah berapa kali aku singgah di sini—sepuluh kali, dua puluh, atau lebih—aku sudah tak lagi menghitung. Pernah terlintas ingin menetap, namun tabunganku belum cukup. Untuk saat ini, aku masih harus kembali ke ibukota, tempat pundi-pundi rupiah lebih mudah digapai meski jiwa kerap terasa penat.

Kereta tiba di Stasiun Tugu pukul 15.30. Aku turun, menyusuri peron, lalu keluar menuju sebuah warung kopi sederhana yang sudah lama jadi persinggahan. Saking seringnya aku mampir, aku dan pemiliknya saling mengenal. Namanya Bu Marni.

“Bu, seperti biasa, nggeh. Kopi susu pakai es,” sapaku.

Beliau tersenyum lebar.

“Lho, Mas Feri liburan lagi? Banyak sekali uang sampean, hampir tiap bulan ke sini.”

Aku tertawa kecil.

“Ah, Bu. Kalau uangku benar-benar banyak, aku tak akan bolak-balik Jakarta–Jogja. Aku akan menetap di sini. Jogja lebih membuatku betah.”

“Lho, jelas tho. Hidup di Jogja itu santai… tapi ya, pemasukannya juga ikut santai. Hahaha,” jawabnya sambil terkekeh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun