Mohon tunggu...
Doddy Poerbo
Doddy Poerbo Mohon Tunggu... -

apalah arti sebuah nama

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Jodohku Entah ke Mana (16)

16 Juni 2017   18:10 Diperbarui: 16 Juni 2017   18:19 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

 " Pulanglah nak .... " Kata Sylvi, anakku tak mampu menahan marah.

 " Enak saja manggil aku nak, memang umur mbak berapa ...?  Kata anakku ketus.

 " Eit eit eit ... nurut sama mama ... " Kataku.  Anakku mulai panas, mungkin kalau dirumah sudah dimaki makinya, matanya merah seperti akan menangis. Saat anakku sudah terlihat dipuncak kemarahannya, isteri temanku datang yang memang dia kenal ... anaku sadar kalau dikerjai ...... Aku dikerjai kata anakku, kami tertawa melihat tingkah anaku.

 Esti nama isteri temanku itu  akhirnya sering datang kerumahku, anakku bersikap biasa saja, dia selalu curhat masalah rumah tangganya, bahkan sampai berlinang air mata. Aku menasehatinya, dia harus sabar menghadapi cobaan  sebab kita semua tidak  tau akan terjadi masalah dengan suaminya yang sedang menjalani hukuman penjara.Kuminta dia untuk menjenguk suaminya bila perlu aku antarkan begitu kataku

 Ketika aku menjenguk suaminya bersama Esti, suaminya menitipkan isterinya kepadaku. Dalam hatiku, aku ini sedang jomblo malah isterinya dititipkan padaku. Apalagi isterinya sering curhat padaku sambil menangis ...  godaan  lagi, rasanya ingin memeluknya. Wanita jika sedang menangis akan merasa nyaman jika dipeluk oleh lelaki yang disukainya. Hanya sekedar menguji teori saja, kupeluk dan kubelai ..... teoriku tidak meleset, Esti terlihat nyaman dipelukanku.

Anehnya, aku sering merasa rindu kepada Esti, sering aku menghubunginya dan dia juga sebaliknya namun aku masih menghindari pembicaraan keluar dari masalah yang dihadapi suaminya. Namun lama kelamaan Esti menunjukkan rasa tidak suka nya ketika aku membicarakan masalah suaminya, aku marah, seorang isteri tak pantas bersikap masa bodo manakala suaminya sedang ada masalah.


Aku mulai menjaga jarak dengan Esti, aku merasa dia hanya memanfaatkan uangku untuk menutup kebutuhan ekonominya. Ternyata Esti berkeluh kesah kepada suaminya akan sikapku yang mulai menjauh.  Andi memohon mohon agar aku mebantu kehidupan anak dan  isterinya, kepada siapa lagi kalau  tidak kepada Pak Bram ..... katanya. 

Kuminta Esti datang kerumahku, aku masih marah dengan sikap Esti terhadap suaminya namun ketika butuh uang, suaminya yang diminta maju berbicara denganku.  Esti seperti dijual padaku, entah mengapa aku merasa iba dengan keadaanya. Tak sadar kupeluk dan kubelai, aku tiba tiba merasa bersalah dengan sikapku. 

" Sayangnya kamu isteri Andi, kalau isteriku tak akan kubiarkan kamu menderita .... " Kataku setengah berbisik. Esti memandangi wajahnya, bibirnya yang mungil  dirapatkan, kuraih dagunya dan kuangkat ... aaahhhh ... tidak segera tanganku kuturunkan. Aku menghela napas panjang, hampir saja aku tak mampu lagi mengendalikan diri.

Didepanku ada wanita muda yang siap melayaniku karena berharap  pertolonganku, entah berapa wanita yang dekat denganku karena kebutuhan ekonomi sehingga terpatri diotakku semua akan berlalu kalau aku sudah tidak memiliki uang. Itulah masalah yang aku hadapi dalam perkawinanku, kecurigaan yang merusak karena aku pegang uang. Aku selalu memisahkan antara uang rumah tangga dan uang usaha secara ketat yang tidak dapat diterima oleh isteriku.

Disatu sisi aku harus memikirkan nafkah para pekerjaku, disisi lain aku harus memikirkan nafkah keluarga. Pemisahan keuangan inilah yang menjadi sumber konflik, aku selalu dituduh menggunakan uang untuk berfoya foya dengan wanita lain. Asal njeplak, kamu cantik, aku suka kamu  kepada teman wanitaku yang menjadi kebiasaan sejak masa sekolah memang sulit kuhilangkan. Jangan aku dicurigai terus menerus, begitu pintaku kepada Jendol ketika aku dituduh berselingkuh.

Bersambung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun