Mohon tunggu...
Doddy Poerbo
Doddy Poerbo Mohon Tunggu... -

apalah arti sebuah nama

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Jodohku Entah Kemana (5)

14 Juni 2017   19:05 Diperbarui: 14 Juni 2017   21:55 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

 Mencium pipi Nadya menjadi sebuah kesalahan terbesarku. Terlebih Nadya mampu memngambil hati anakku. Sayangku, cintaku, sini sini sayang, kata kata seperti itulah yang membuat anakku makin  dekat dengan Nadya. Sebaliknya, kalau anakku ada keperluan selalu Nadya yang dicari.  Kata-kata seperti yang diucapkan Nadya belum pernah keluar dari Jendol, yang ada selalu memberi nasehat dan omelan. Inilah penyebab anakku merasa jauh dengan Jendol, lebih mendekat kepada Nadya.  Demikian juga dengan Nadya, hari-hari bekangan makin perhatian kepadaku. Aku berusaha tetap menjaga jarak, bagaimanapun aku pria beristri tak ingin terjadi konflik rumah tangga karena aku tak mampu menahan diri.

Nadya, Nadya .... kamu makin hari makin cantik dan makin menggairahkan, andaikan kau menjadi isteriku ........ lamunanku buyar ketika intercom berdering, ada yang ingin bertemu denganku, Burhan dia seorang dokter. Kuminta agar Burhan keruanganku, Burhan memang sering datang kerumahku, namun kali ini datang ke kantorku mungkin dia tidak ingin dilihat Jendol, pasti ada yang aneh aneh dia tawarkan padaku seperti biasanya.  Dikeluarkannya dua kotak kemasan, kukira itu obat.

 " Obat apa itu Bur ...  ? Tanyaku.

 " Ini suplemen untuk menjaga vitalitas " Jelasnya. Dia menjelaskan panjang lebar khasiat suplemen itu dan efek sampingnya.

 " Obat perangsang ... ? Aku berkesimpulan.

 " ya kira kira begitu ... " Katanya sambil tersenyum.

 " Lo ini ngaco, beginian ditawarin ke gue ..." Kataku sambil tertawa.

 Sementara kami sedang mengobrol, Nadya masuk keruanganku membawa map surat.

 " Apa itu pak ... ? Tanya Nadya matanya melihat dua kemasan didepanku.

 "Vitamin dosis tinggi, buat capek2 ... " Kataku sekenanya.

 Nadya meraih salah satu kemasan yang ada tulisan for Lady, dia baca tulisan yang ada dikemasan itu.

 " Nadya minta pak ..." Nadya membuka segel kemasan. Waduh, terpaksa aku harus membelinya. Burhan bukan mencegah justru sebaliknya mendorong agar Nadya mengambilnya.

 " Sssstttt jangan itu untuk ibu ..... "  Kataku berupaya melarang Nadya.

 " Satu botol saja .... " Nadya mengambil satu botol kecil dari kemasan yang berisi 4 botol.

 " Ya ya ya  ambilah ...... " Akhirnya aku mengizinkan dan Nadyapun berlalu setelah aku menanda tangani surat yang disodorkan Nadya.

 Interkom didepanku berbunyi, Nadya menghubungiku, dia bertanya obat apa sebenarnya, kenapa badan dia menjadi gerah ? Ternyata Nadya langsung mengkomsumsi obat perangsang itu.  Kuceritakan kepada Burhan, Nadya sudah meminumnya, setengah botol.

 " Wah ... pengaruhnya tidak hilang tiga hari itu ..." Kata Burhan terbahak bahak

 " Ahh ... lo cari masalah aja .. kalau ada apa apa tanggung jawab lo ...... " Kataku tersenyum kecut sambil memasukkan kemasan obat perangsang itu ke laci.

 Sejak sore Nadya berulangkali menghubungiku sepulang jam kantor. Nadya mengeluh kepalanya pusing dan selalu berkeringat. Kutelpon Burhan, Burhan tertawa terbahak-bahak, lanjuuuutttt boss, katanya.  Terakhir Nadya menelponku, katanya dia hampir pingsan, tidak bisa bangun. Khawatir terjadi sesuatu terpaksa aku kerumah Nadya, jangan jangan benar apa katanya, pikirku.

 Ternyata Nadya bohong, dia tampak lincah dan ceria dengan pakaian yang sexy.. Terbayang olehku, prilaku Nadya seperti sapi mau kawin. Brengsek Burhan, ngerjai aku, aku mengumpat dalam hati. Sebentar Nadya, bapak cari makanan dan minuman dulu aku beralasan untuk pergi. HP kumatikan agar Nadya tak dapat menghubungiku, kabuuuurrrrr.

 Karena ingin menghubungi seseorang, sampai dirumah HP kuhidupkan.  Ada sms dari Nadya " Pak kalau tidak balik, aku kerumah Bapak "  Waduh ancaman dengan paksaan, Nadya sedang on, kalau benar benar dia datang .... 

 "Mah ... mana balsem, badan papah gak enak neh, tolong balurin .. " Kataku kepada Jendol berpura pura lema.

 Jendol membalur tubuhku dengan balsem, aku pura2 masih pegal.

 "Aku ketukang urut aja mah ... " Taktik kuno mulai kujalankan dari pada Nadya datang kerumah, bisa heboh dunia.  Aku menuju rumah Nadya dengan tubuh bau balsem  buat alasan pijat dulu dan buat proteksi kalau Nadya nyosor bibirnya jontor.  Karena mungkin tubuhku berbau balsem yang menyengat, wajah Nadya berubah, mungkin dia kesal.

 "  pijat dulu, masuk angin ........ " Aku beralasan. Namun taktik mengelak seperti tidak mempan menghadapi pengaruh obat yang diminum Nadya. Nadya mengambil lap yang direndam dengan air panas, dia lap tubuhku yang bau balsem.  Kuminta Nadya meminjat tubuhku, aku pura pura tertidur, pura pura ngorok. Nadya menggoyang goyong tubuhku agar aku terbangun.

 Kukenakan lagi T Shirt, dingin kataku. Mungkin karena melihat aku seperti orang sakit, libido Nadya berangsur menurun, dia mulai tenang, tidak seperti tadi seperti sapi minta kawin.  Aku duduk disamping Nadya, dia menyandarkan kepalanya dibahuku. Karena tubuhnya yang hampir sama tingginya dengan aku, aku rasakan seperti pasangan LGBT.

 " Koq tertawa .... ? Nadya heran.

 " Enggak apa apa ... " Kataku.

 Nadya sudah tenang itu justru sebaliknya membuat mulai merasa on. Setan alas, jin iprit, kuntilanak jangan goda imanku ... nanti Jendol bawa golok menggorokku.  Kikuk kikuk kikuk, suara jam burung didinding menyadarkan lamunanku, aku pamit pulang. Nadya memeluk erat sekali, tenaganya seperti lelakii, sesak napasku dibuatnya.

 Dijalan kutelpon Burhan, dia masih belum tidur rupanya. Dia ngakak ngakak, akupun ngakak ngakak, gak kena, gak kena, penawarnya balsem !

 " Badanku kubaluri balsem, otak dia kepikiran balsem .... kampreeettt " Kataku menutup pembicaraan.

 Jendol masih menungguku, dia bertanya bau balsemnya mengapa hilang. Untung otakku cepat tanggap, dibalur minyak urut, aku ngibul.  Jendol, Jendol, kamu sebetulnya baik, cuma temperamental. Kalau Jendol itu lelaki mungkin kalau marah bawa parang.  Satu persoalan hari ini selesai dengan baik, dua wanita yang ada disekelinglingku bisa tenang karena aku pandai ngibul. Ngibul kadang2 harus kulakukan agar tidak terjadi perang dunia. Ngibul itu dosa, tapi boleh minta ampun, ucapan itu sering terlontar kalau Jendol tidak percaya ucapanku

 Nadya yang maen tenggak obat perangsang itu membuat aku geli, betapa tidak, yang terbayang olehku adalah sapi yang minta kawin setelah diberi obat perangsang oleh dokter hewan.  Senyum senyum sendiri aku mengingat peristiwa itu,  Tiba2 muncul ide jahil untuk menjebak para peminum soft drink untuk tamu diruanganku. Kubuka kulkas dekat meja kerjaku, kutuang obat perangsang yang kusimpan dilaci meja kerjaku kedalam botol soft drink yang sudah terbuka.

 Baru saja menutup pinyu kulkas, Nadya datang memberi tahu ada notaris wanita ingin menemuiku.

 " Masuk Bu ... " Kataku kepada Bu Eni, nataris muda namun menikah dengan pria tua tapi kaya.

 " Minum apa bu ... " Kata nadya menawarkan minuman.

 " apa saja mbak ... " Jawab Bu Eni.

 Waduh tak berani aku mencegah Nadya menuangkan minuman yang sudah aku beri obat perangsang. Gawat, maksud hati jebakan betmen untuk pegawai yang suka nggeratak, yang kena Bu Eni. Salah sasaran, ampunilah segala kesalahanku .......salah target, salah target.  Bu Eni tampak haus, ada minuman dingin langsung disedot habis, gawat kalau sampai Bu Eni berlaku seperti Nadya ?

 Belum 10 menit, obat perangsang itu tertelan sudah mulai mempengaruhi bu Eni. Bu Eni kegerahan, bicaranya mulai genit .... alamak, kancing kemejanya dibuka,  terlihat sedikit belahan anunya. Wuissss ......ampun, mana balsem, mana balsem, aku pura pura kegatalan minta oficeboy mencarikan balsem.

 Bau menyengat balsem diruangan ber AC itu membuat perhatian Bu Eni ke bau balsem. Tapi konsentrasi belum pulih untuk menyiapkan akta akta yang aku harus tanda tangani.  Salah tunjuk, salah buka lembaran untuk aku tanda tangani membuat aku geli, Isengku keluar. Kupegang tangan Bu Eni, wajahnya nampak memerah.

 " Ah bapak ... " Seperti anak kecil yang malu, tapi tanganya meremas tanganku.

 Kupanggil Nadya untuk menemani Bu Eni, aku keluar ruangan sambil senyum2 menahan geli yang membuat para pegawai keheranan.

 " Bapak koq senyum-senyum ? Tanya Endang.

 " Gak apa apa ... " Kataku menutupi kejadian diruanganku. 

 Kutelpon Burhan " Burhan, brengsek luh .... ada korban lagi, balsem gak mempan ...,dokter ngeluyur mulu, kesini dulu ..!"

 Tak lama burhan datang bersepeda motor, kuajak dia keruanganku menemui Bu Eni. Bu  Eni seperti salah tingkah, Burhan mencolek pinggangku " Lo tanggung jawab .." Kataku kepada burhan berbisik.  Kami berempat ngobrol sambiil bercanda untuk mengalihkan perhatian Bu Eni, tak lama Bu Eni sudah normal dan dapat konsentrasi menyiapkan akta yang akan aku tanda tangani.

 Aku antar Bu Eni dan  Burhan keparkiran. Kutarik tangan Burhan menjauhi mobil Bu Eni yang akan keluar halaman parkir, kuceritakan tadi itu salah target, maksud hati menjebak pegawai yang suka menggeratak minuman, yang kena malahan tamu. Burhan tertawa terbahak bahak mendengar ceritaku.

 Sekretaris pimpinan bank ini cantik, mirip artis terkenal, kalau aku datang selalu nagih oleh2. Biasa aku memberi tip dia agar urusan lancar.  Namanya Ana, wajahnya cantik mirip artis papan atas, katanya ingin jadi foto model  kebetulan aku mempunyai kenalan fotograper yang bisa mengorbtkan melalui majalah2. Anna masih kerabat Jendol tapi lebih akrab denganku, ini om ku dia selalu menyatakan begitu keteman kerjanya.

 Kutelpon temanku itu, berapa biaya publikasi foto2 dimajalah. Deal, Ana bertanya kapan berangkatnya, ya nanti sore, pagi sampai disana, istirahat, siangnya  cari lokasi.

 " Koq dadakan om .. ? Tanya dia agak  ragu.

 " Dia cuma punya waktu besok dan lusa, kalau oke kita berangkat " Jawabku.

 " Tapi aku ajak teman ya ... ? Katanya.

 " Ya iya, kalau berdua ntar pulang bertiga " Kataku sambil tertawa. Gak usah pulang, kita langsung aja, baju gampang beli aja.

 " Pakai mobil hitam ya om ... " Dasar Ana milih mobil mercy

 Aku biasa menaruh pakaian dalam bagasi untuk persiapan dadakan berangkat ke Jakarta.  Mampir ke mall sebentar membeli makanan kecil dan baju ganti, kami bertiga langsung berangkat ke Jakarta. Mampir makan sebelum memasuki jalan tol, kepergok salah seorang pimpinan cabang bank yang aku kenal. Dia juga mengenal Ana dan Desy yang bersamaku.

 Daniel nama pimpinan cabang bak itu senyum2, aku memberi kode bagi dua.

 " Apaan seh ... " kata Ana tangannya mencubit pinggangku.

 Selesai makan, aku tanya pimpinan cabang itu naik apa, dia bilang naik travel.

 " Udah gabung kami " Tawaranku dia sambut dan kini kami berempat.  Dini hari kami sampai di Jakarta, Ana selfie dimobil pakai HP ku dan jeprat jepret aku yang nyetir dan Pak danil yang duduk disebelahku. 

 " Biar tante gak curiga om ... " kata Ana sambil tertawa terkekeh kekeh.

 Dini hari kami sampai di Jakarta, setelah mengantar Pak Daniel, aku langsung mencari hotel.  Kamar hotel ada sofanya, aku memilih tidur di sofa, tapi Desy ingin disofa juga. Aku terpaksa tidur seranjang dengan Ana.  Setelah mandi aku langsung tidur, karena lelah aku cepat pulas. Aku terbangun mendengar suara dengkur yang keras, pantesan Desy memilih tidur di sofa, Ana tidurnya ngorok, cantik2 tapi ngorok.  Kupencet hidung Ana agar berhenti ngorok, dilepas makin kencang, aku tidak bisa tidur. Akhirnya aku ke balkon merokok sambil minum kopi yang kupesan tadi, sudah dingin.  Angin silir diketinggian gedung hotel ini terasa dingin, kurapatkan kancing jaketku. Tak ada nyamuk, mugkin tidak sanggup terbang tinggi. Akhirnya aku tertidur di Balkon.

 Selesai sesi foto pertama, kami menyempatkan diri ke pasar baru, dua anak ini ngeledek, yang satu menggelendot sebelah kiri, yang satu sebelah kanan. Setiap orang memandang kami, siapa pula om om digelendoti sekaligus dua cewek cantik. Temanku yang fotographer cuma senyum senyum melihat tingkah polah kedua gadis ini.

 Kami beli duku, mungkin terkesima dengan wajah  Ana yang dikira artis sampai siabang menuang duku diluar kantong kresek, tabur kejalan.

 " Napa bang ..... cantik ya bang .." kataku, Abang penjual buah tersipu malu sambil memunguti buah duku yang tabur di aspal.

Bersambung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun