Mohon tunggu...
Kelvin Gifarel Aziz
Kelvin Gifarel Aziz Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

jangan katakan bahwa kamu bisa, tapi katakan lah bahwa kamu sanggup!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sahabat Erat Enggan Melepaskan

20 Desember 2021   11:13 Diperbarui: 20 Desember 2021   12:43 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Flashback on

Unyil sepulang dari sekolahnya mendengar bunyi piring yang terjatuh dan pecah dari dalam rumah. Ketika ia masuk, ia melihat ayah dan bunda nya sedang bersitegang. Pemandangan seperti itu memang sudah biasa ia lihat sejak ia duduk di kelas 3 SD.

Ayah dan bunda Nya adalah korban perjodohan, ayah Unyil terpaksa menikah dengan bunda nya karena menuruti perintah orang tua untuk segera menikahi Vania, bunda Unyil akibat dari perjanjian perusahaan kedua orang tua nya.

Waktu kian berlalu, Unyil harus menerima kenyataan bahwa orang tua Nya tak bisa bersama lagi. Sang ayah yang selalu kasar pada keduanya dan sang bunda yang tak bisa merubah ayahnya menjadi sosok yang lebih baik menjadi salah satu alasan dari perpisahan itu. Ayah Unyil malah pergi meninggalkan keduanya demi wanita lain, wanita yang tadinya hanya seorang sekretaris pribadi yang tidak disangka dapat menghancurkan bahtera rumah tangga kedua orang tua nya. Hancur hati Unyil melihat sikap ayahnya yang sangat menyakiti hatinya, terutama hati sang bunda. Ketegaran hati bunda lah yang dapat membuatnya juga menjadi wanita yang kuat hingga saat ini.

Flashback off

“Biii bunda belom sampe ya?” Tanya Unyil pada bi Inem, asisten rumah tangga yang setia padanya.

“Belum non” jawab bi Inem.

Sudah menjadi rutinitas Unyil setiap pulang sekolah untuk menceritakan segala aktifitasnya di buku diary kesayangannya. Tak sengaja ia membuka bagian dimana ia menulis tentang Satria. Terdapat foto mereka berdua yang sedang saling merangkul, akrab, dan manis sekali. Sayang, kenangan manis itu hanya bisa ia rasakan lewat foto saja. Karena pada kenyatannya Satria, seorang pelindung bagi Unyil menghindarinya. Satria, nama itu adalah nama yang selalu Unyil suka. Satria dan Unyil adalah teman sejak mereka duduk di Taman Kanak-Kanak. Satria kecil kerap membela dan menjaga Unyil apabila ada orang yang usil padanya. Mereka kian tumbuh menjadi dua anak muda yang rupawan. SD, SMP, dan SMA mereka lalui di sekolah yang sama. Rumitnya hidup Unyil dapat terlalui dengan baik karena ada Satria di dalamnya.

Hal yang paling Unyil benci adalah jika ia teringat mengapa ia dan Satria bisa sejauh saat ini. Saat itu, Satria dan Unyil sedang makan siang bersama di kantin sekolah. Ketika kedua nya sedang asyik mengobrol tiba-tiba datang Putra, teman Satria datang.

“Eh sat gue cariin lo kemana-mana ternyata lo disini bareng pacar lo ya” Ujar Putra.

“Dia bukan pacar gue put” Balas Satria dingin.

“Hahaha jangan gitu loh sat, mana tau kita jodoh” ucap Unyil sembari tertawa.

Setelah Unyil mengucapkan hal tersebut, tanpa ia sangka Satria langsung memaki dirinya

“Eh lo gausah ke PD an ya yil, dari dulu gue sudi temenan sama lo gara-gara gue kasian sama kondisi lo! keluarga lo ancur, gaada yang hibur lo! gue gada niatan jadiin lo siapa-siapa di hidup gue, jadi lo gausah terlalu banyak ngayal! lo berantakan yil!” Ucap satria dengan lantang.

Hancur! satu kata yang bisa Unyil deskripsikan ketika mendengar ucapan Satria. Seseorang yang amat berarti baginya tega mengeluarkan kata-kata seperti itu. Satria yang selalu menemani dan menghibur Unyil ternyata melakukan hal tersebut hanya untuk mengasihani Nya saja.

Hati Unyil hancur, sakit sekali. Ia tidak bisa berkata-kata. Ia hanya membalas ucapan Satria dengan senyuman. Percakapan itulah merupakan percakapan terakhir bagi keduanya. Satria yang selalu menjauh apabila Unyil berusaha memperbaiki keadaan. Satria sepertinya tidak ingin kembali dekat dengan Unyil. Setelah berbagai upaya dan usaha dilakukan Unyil untuk membuat Satria membaik, Satria malah semakin menjauh. Unyil akhirnya menyerah.

Kejadian itu selalu membekas di hati dan di fikiran Unyil, sahabat yang ia sayangi dari kecil ternyata hanya mengasihani nya saja. Hanya karena candaan yang tak seberapa ditambah dengan gengsi Satria yang besar, persahabatan mereka hancur dalam hitungan detik. Unyil menutup buku diary nya. Sudah cukup hatinya menahan sakit akibat keluarganya yang tidak utuh, jangan ditambah lagi dengan sakit mengenang Satria. Unyil lelah, sebenarnya ia ingin menyerah saja pada keadaan. Tapi ketika teringat sang bunda, ia harus kembali membangun semangatnya demi melihat ukiran senyum manis dari bibir bunda. Unyil kelelahan, tak terasa ia pun tertidur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun