Mohon tunggu...
Kel27KKNRDR77
Kel27KKNRDR77 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kelompok 27 KkN RDR77 UIN Walisongo Semarang

KKN RDR 77 Kelompok 27 UIN Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Webinar Kesetaraan Gender, Buat Apa Perempuan Sekolah Tinggi-tinggi Kalau Ujungnya...

18 November 2021   09:56 Diperbarui: 18 November 2021   10:13 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semarang - Mahasiswa KKN RDR 77 Kelompok 27 UIN Walisongo Semarang menyelenggarakan webinar kesetaraan gender pada  November 2021 melalui platform zoom meeting. Pada webinar kali ini mengundang narasumber inspiratif Anisa'ul Khoiriyah, S.H., Seorang Aktifis perempuan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan opening speech oleh bapak Muhammad Khudlori, M.Thi.i, DPL KKN kelompok 27 UIN Walisongo Semarang, dan moderator Muhammad Rizqi Alfian Razaq, Anggota KKN RDR kel. 27, dan dihadiri oleh berbagai peserta dari berbagai universitas.

Diadakannya webinar ini bertujuan untuk meningkatkan peran perempuan agar bisa berdaya sesuai keahlian dan peran mereka masing-masing. Serta mengajak masyarakat untuk mewujudkan kesetaraan gender.

Dalam kesetaraan gender, perempuan yang merasa ditindas harus memiliki prinsip. Yang pertama, tujuan kita belajar kesetaraan gender itu tidak untuk melawan laki-laki, yang kedua, tidak untuk menyaingi laki-laki, yang ketiga, tidak untuk membunuh karakter laki-laki. Namun, tujuan dari kesetaraan gender adalah untuk kesejahteraan, kemajuan, dan keadilan, antara laki-laki dan perempuan, untuk terciptanya saling dalam ranah kerja sama antara laki-laki dan perempuan.

Dalam webinar tersebut narasumber menyebutkan,

"Terkadang stigma di masyarakat itu kalau belajar kesetaraan gender seakan-akan mau melawan laki-laki gitu, mau menyaingi laki-laki. Jadi kita harus tahu batasan-batasan dari prinsip kesetaraan gender, kita bukan mau menyaingi laki-laki tapi untuk kesetaraan. Kesetaraan bukan berarti sama" Kata Anisa'ul Khoiriyah

Gender dan jenis kelamin itu berbeda. Gender terkait dengan konstruk/stigma sosial, dipengaruhi budaya, agama, dan kebijakan sosial. Sedangkan kalau jenis kelamin itu kodrat, menurut jenis kelamin laki-laki dan perempuan persamaannya adalah sama-sama manusia, dan perbedaannya dari alat kelamin mereka.

Gender apakah bertentangan dengan islam?

Salah satu konstruk sosial dipengaruhi oleh penafsiran agama yang secara turun temurun diwariskan. Sehingga perempuan akan selalu merasa bahwa dia adalah seseorang yang dikodratkan sebagai orang yang dipimpin, sehingga ia tidak memiliki pandangan bahwa ia bisa menjadi seorang pemimpin.

Islam datang ke umat manusia itu sebagai rahmat. Dan Nabi Saw. diutus untuk menyempurnakan akhlak. Karena pada zaman pra islam perempuan itu dimarginalkan, perempuan dianggap aib, perempuan dianggap sebagai orang yang kedua atau orang yang tidak boleh memimpin, dan lain sebagainya. Dan islam datang untuk merubah stigma tersebut.

"Jika ada yang bilang perjuangan kesetaraan gender ini berlawanan dengan islam, ketidak adilan gender itu asalnya dari barat, itu rasanya tidak keliru, karena memang kata gender itu memang dari barat, tapi nilai-nilai kesetaraan itu Islam dahulu, karena Nabi membawa agama yang menjadi rahmat untuk semua makhluk, baik laki-laki atau perempuan, untuk hewan dan sebagainya." Kata Anisa'ul Khoiriyah.

"Manusia diciptakan oleh Allah sebagai khalifah fil ardh, itu berlaku untuk semua manusia baik laki-laki atau perempuan. Manusia semuanya sama dihadapan Allah Swt. tanpa melihat jenis kelaminnya, kecuali dengan ketakwaannya. Jadi spirit ini sudah menjadi dasar bahwa islam sudah menggaungkan kesetaraan gender" Tegas Anisa'ul Khoiriyah.

Perempuan ataupun laki-laki sebagai manusia memiliki dua tugas, ada tugas spiritual ada tugas intelektual. Tugas spiritualnya adalah beribadah kepada Allah. Dan tugas intelektualnya adalah mencari ilmu.

"Kalau ada anak perempuan mencari ilmu dibilang ngapain sih perempuan itu kuliah tinggi-tinggi kalau ujung-ujungnya di rumah terus. Bukan semacam itu, perempuan kuliah sampai tinggipun entah mereka menjadi ibu rumah tangga yang namanya mencari ilmu itu adalah kewajiban semua manusia dan perempuan juga manusia" Jelas Anisa'ul Khoiriyah.

Dan pada penutup acara webinar tersebut, Anisa'ul Khoiriyah memberikan closing statement,

"Hati-hati kalau mempelajari gender ini, karena kalau kita belajar ini kebablasan nanti bisa-bisa perempuan-perempuan jadi nggak taat sama suami. Jadi lupa daratan. Lupa dengan urusan rumah tangganya dimana dalam rumah tangga harus ada kerja sama yang baik antara suami dan istri. Bukan ta'at menaati tapi sama-sama ta'at." (Kel-27/Nisa' Ma'rifatika).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun