Kita tidak berhenti berusaha tetapi “mengubah pendekatan”. Hukum upaya terbalik tidak berarti kita pasrah atau malas. Justru, konsep ini mengajak kita untuk berusaha tanpa tekanan berlebihan dan tanpa ketakutan akan kegagalan.
- Bukan: "Saya harus bahagia!" Karena ini membuat kita semakin sadar bahwa kita belum bahagia.
- Tapi: "Saya terima kalau kadang saya merasa tidak bahagia, dan itu tidak apa-apa." Dengan ini, kita justru lebih santai dan kebahagiaan datang secara alami.
Lalu, apakah berusaha mengingat hal positif itu tidak berguna? Sebenarnya menggunakan motivasi positif itu baik, tetapi terlalu fokus pada hasil positif bisa menciptakan tekanan dan kecemasan.
Contohnya: Jika seseorang terlalu fokus ingin sukses, ia bisa jadi takut gagal dan malah tidak mengambil risiko yang diperlukan untuk sukses. Tapi kalau ia menerima bahwa kegagalan itu bagian dari proses, ia akan tetap berusaha tanpa terbebani ketakutan.
Konklusi
Dus, bagaimana seharusnya kita berusaha? Salah satu cara paling sederhana adalah dengan berfokus pada proses, bukan hanya mengejar hasilnya.
Alih-alih terlalu memikirkan “Saya harus sukses!”, lebih baik berpikir, “Saya akan bekerja keras dan menikmati perjalanan ini.”
Menikmati proses adalah kunci utama dari pendekatan ini. Tapi bukan berarti kita harus selalu merasa senang atau nyaman. Menerima ketidaknyamanan, kegagalan, dan tantangan sebagai bagian dari proses juga penting.
Selanjutnya, terimalah kegagalan sebagai bagian dari proses. Kita jangan takut gagal, tetapi terimalah bahwa kegagalan adalah langkah menuju sukses, bukan sesuatu yang harus dihindari mati-matian.
Kita perlu menggunakan motivasi yang sehat. Motivasi terbaik bukanlah “Saya ingin sukses karena takut gagal,” tetapi “Saya ingin sukses karena saya menikmati prosesnya.”
Jadi, berusaha tetap penting, tapi jangan sampai usaha kita justru membuat kita semakin tertekan. Kita tetap bisa punya impian, tapi yang penting adalah menikmati proses dan tidak membenci kegagalan.
Tabik!