Anak muda perlu "Meningkatkan Ketahanan Mental". Mereka perlu belajar menerima kegagalan sebagai bagian dari proses belajar. Mengembangkan growth mindset, melihat kesalahan sebagai kesempatan untuk berkembang, serta mengurangi ketergantungan pada validasi sosial dari media sosial.
Di sisi lain, anak muda perlu "Meningkatkan Kemampuan Problem Solving". Mereka harus bisa belajar menyelesaikan masalah sendiri tanpa langsung bergantung pada orang lain, serta mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan analitis.
Anak muda juga perlu "Menyeimbangkan Digital dan Real Life". Artinya, kurangi screen time dan perbanyak interaksi sosial langsung. Kembangkan hobi atau kegiatan yang tidak melibatkan gadget.
2. Dari Sisi Orang Tua dan Keluarga
Para orang tua harus "Menghindari Pola Asuh Overprotektif". Alih-alih mengekang, orang tua harus memberikan kebebasan anak untuk mencoba dan gagal. Orang tua juga harus mengajarkan anak untuk menghadapi konsekuensi dari keputusan mereka sendiri.
Orang tua juga harus "Mengajarkan Nilai Kerja Keras dan Ketahanan". Caranya dengan mendorong anak untuk bekerja atau melakukan tugas rumah tangga sejak kecil, serta menanamkan pentingnya usaha, bukan hanya hasil.
3. Dari Sisi Pendidikan
Pendidikan haruslah "Mengajarkan Keterampilan Hidup (Life Skills)". Artinya, harus lebih banyak menekankan problem solving, manajemen emosi, dan keterampilan komunikasi. Memasukkan pendidikan finansial, manajemen stres, dan keterampilan sosial dalam kurikulum.
Yang tak kalah penting, pendidikan harus "Mengurangi Tekanan Akademik Berlebihan". Dunia pendidikan harus memberikan ruang bagi siswa untuk mengeksplorasi minatnya, bukan hanya mengejar nilai.
4. Dari Sisi Dunia Kerja
Dunia kerja haruslah "Menyediakan Lingkungan Kerja yang Adaptif, tetapi Tetap Menuntut Profesionalisme". Artinya, dunia kerja perlu memberikan fleksibilitas, tetapi tetap dengan standar kerja yang jelas. Membangun budaya kerja yang menghargai kesejahteraan mental tanpa mengurangi etos kerja.