Mohon tunggu...
keenan handoyo
keenan handoyo Mohon Tunggu... Pelajar

Akun tugas

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Dampak Penggunaan Bahasa Indonesia Terhadap Anak-Anak dalam Keluarga

19 September 2025   12:30 Diperbarui: 19 September 2025   12:20 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Sudah sangat umum untuk menggunakan bahasa ibukota sendiri sebagai bahasa utama suatu negara. Umumnya, kita hanya mengetahuinya sebagai alat komunikasi saja. Tetapi apakah kau tau bahwa Bahasa yang sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peran yang penting dalam pertumbuhan anak-anak dalam keluarga? Zhafran (2024) menyatakan, "Bahasa adalah jembatan utama dalam komunikasi, dan peran pentingnya sangat mencolok dalam lingkungan keluarga". Dari sini kita sudah dapat menyimpulkan bahwa bahasa berperan penting dalam keluarga sebagai alat komunikasi. Salah satu aspek penting adalah bagaimana penggunaan Bahasa tersebut dapat membentuk dan mempengaruhi perkembangan kognitif anak-anak, khususnya melalui penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Menurut Sa'ida (2018), anak yang memiliki kemampuan bahasa yang bagus maka kemampuan kognitif anak juga akan berkembang dengan baik. Kemampuan bahasa yang buruk juga akan berpengaruh sebaliknya. 

Mungkin sebagian dari orang tua memilih untuk mengajarkan anaknya bahasa daerah sebelum Bahasa Indonesia. Sebagai contoh, pada kota Padangsidimpuan mereka memperoleh bahasa angkola yang tentu dijadikan sebagai bahasa percakapan sehari-hari. Lubis dan Rahimah (2018) menyatakan, "Disamping itu komunikasi antara orangtua di daerah masih menggunakan Bahasa Angkola, tidak menutup kemungkinan bahwa anak-anak memperoleh Bahasa Angkola tersebut". Menggunakan bahasa daerah tentu menjadi hal baik untuk tidak pudar dengan mengajarkan anak-anak. Tetapi apakah kau tahu bahwa anak yang diajarkan Bahasa Indonesia sebelum bahasa daerah mempunyai kemampuan belajar yang lebih tinggi? Menurut Lubis dan Rahimah (2018), anak-anak lebih unggul dibandingkan dengan anak-anak yang menggunakan bahasa daerah dalam bidang pendidikan. Tingkat kepercayaan diri untuk mengungkapkan sesuatu ataupun berkomunikasi lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang menggunakan Bahasa Angkola. Dari pernyataan tersebut, sudah dapat disimpulkan bahwa penggunaan Bahasa Indonesia lebih penting dibandingkan dengan bahasa daerah dengan tujuan pendidikan, kepercayaan diri, serta komunikasi.

Bahasa merupakan alat utama untuk berkomunikasi sesama manusia, baik secara lisan maupun tulisan. Melalui bahasa, ide, informasi, dan perasaan dapat disampaikan kepada orang lain sehingga tercipta pemahaman bersama. Namun, tak jarang adanya kesalahan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari. Fatimah, Mustika, dan Priyanto (2020) menyatakan, "Kesalahan berbahasa merupakan penyimpangan bentuk-bentuk tuturan dari pemakaian berbagai unit kebahasaan seperti, kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf yang menyalahi kaidah". Mungkin kesalahan berbahasa terdengar seperti hal yang sepele dimana pada umumnya orang-orang menghiraukannya. Tetapi apakah kamu tahu bahwa kesalahan kecil ini berdampak besar bagi pertumbuhan anak-anak? Salah satu letak kesalahannya adalah dalam bentuk pengejaan atau fonologi. Fatimah, Mustika, dan Priyanto (2020) menyatakan, "Secara etimologi fonologi berasal dari dua buah kata yaitu, "fon" yang artinya "bunyi" dan "logi" yang artinya "ilmu". Secara singkat, fonologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai bunyi-bunyi bahasa yang diucapkan melalui suara manusia. Fatimah, Mustika, dan Priyanto (2020) menyatakan, "kesalahan fonologi terdapat dalam tataran pengucapan suatu makna atau arti yang sesungguhnya, yang apabila diujarkan oleh anak usia 2-3 tahun akan menjadi makna atau bunyi yang berbeda dari segi pengucapan. Oleh karena itu, kecenderungan kesalahan fonologi banyak dialami oleh anak-anak". Fakta di atas menunjukkan anak usia 2-3 tahun masih mengalami kesulitan dalam melafalkan suatu kata dengan sempurna. Oleh karena itu, anak usia dini rentan melakukan kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi. Bukti ini dapat didukung dengan adanya penelitian terhadap dua anak balita berumur kisaran dua tahun mengenai cara mereka melafalkan hewan melalui gambar. Menurut Fatimah, Mustika, dan Priyanto (2020), Hasil penelitian menunjukan bahwa mereka kesulitan dalam menyatakan konsonan seperti /r/ seperti "burung", menjadi "uwung". Tetapi mereka dapat melafalkan konsonan bilabial seperti [m], [b], dan [p].

Namun apa yang menyebabkan fonologi mereka buruk? Salah satu kemungkinannya adalah kesalahan orangtua dalam menggunakan pelafalannya. Madarina (2023) menyatakan, "Anak cenderung akan meniru perilaku orangtua karena menurut anak itu adalah hal yang normal dalam kehidupan sosial di luar rumah". Lantas, apa masalahnya? Masalahnya kebiasaan orang tua akan tertanam dalam anak itu hingga remaja. Alhasil, anak akan mengikuti kebiasaan orang tuanya, termasuk cara pelafalan bahasa, seperti peribahasa "Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya". Hellosehat (2023) menyatakan, "Seiring dengan bertambahnya usia, anak akan tergantung pada sifat orangtua dan mencontoh kebiasaan-kebiasaannya, termasuk cara bersikap, beretika, cara sopan santun, dan berkomunikasi dengan orang lain". 

Kesalahan dalam penggunaan bahasa sungguh banyak dalam kehidupan sehari-hari seperti kesalahan gramatikal dan fonologi. Untungnya, masih ada solusi untuk mengubah cara kesalahan dalam penggunaan bahasa. Salah satu caranya adalah untuk mengajak anak berbahasa dengan baik dan benar sejak dini. Mutohar (2022) menyatakan, "Bahasa yang digunakan dalam sehari-hari melatih anak terbiasa berbahasa dengan benar, baik dalam situasi resmi maupun tidak resmi. Tidak hanya dalam hal berbicara, tetapi juga dalam menulis". Membiasakan membaca buku juga membantu anak dalam menambah wawasan anak dalam berbahasa. Salah satunya lagi adalah untuk mengembangkan bahasa anak usia dini dengan aktivitas seru. Salah satu contohnya adalah membaca dan bercerita. yd (2021) menyatakan, "Salah satu kegiatan untuk mengembangkan bahasa anak bisa dilakukan dengan membacakan cerita kepadanya". Jika anak mulai menyukai bacaan, biarkan mereka memilih bacaannya sendiri. Anda juga bisa melibatkan anak dalam bercerita. Hal ini membuatnya lebih peka dalam berkomunikasi dan menyampaikan sesuatu". Salah satu contohnya lagi adalah mencari awalan kata. yd (2021) menyatakan, "Permainan yang bisa Anda coba bersama si kecil selanjutnya adalah mencari awalan kata dan mengucapkannya menjadi satu kata. Contohnya, suruh si kecil untuk mencari kata dengan awalan huruf K. Bisa kursi, kodok, kapal, kertas, dan lain sebagainya. Cara agar anak merasa lebih tertarik, Anda bisa membuatnya lebih menarik". Dengan menyuruh anak untuk mencari benda di sekitarnya dengan huruf awal yang sudah ditentukan. Selain melatih bahasa, permainan ini juga mengasah otak anak untuk berpikir dan mencari tahu jawabannya. 

Walaupun kesalahan berbahasa terdengar seperti hal sepele, hal ini memiliki dampak berjangka panjang terhadap anak-anak. Sebagai contoh, anak yang lebih umum diajarkan bahasa indonesia memiliki kepercayaan diri untuk mengungkapkan perasaannya serta komunikasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang diajarkan bahasa daerah. Anak yang memiliki kemampuan yang bagus akan memperkembangkan kemampuan kognitif anak dengan baik. Anak yang memiliki penggunaan bahasa yang buruk sejak kecil juga akan berdampak besar terhadap masa remajanya. Untungnya, hal-hal ini dapat diakali dengan kebiasaan kecil yang berdampak besar terhadap keahlian bahasa mereka. Seperti menggunakan bahasa indonesia dengan benar dalam kehidupan sehari hari, membacakan cerita kepada anak, serta bermain awalan kata dengannya. Hal-hal yang berdampak buruk dalam jangka panjang dapat diatasi dengan hal-hal kecil, tetapi akan lebih baik jika kebiasaan baik ini dilakukan sekarang atau sejak masa kecil. Jadi apakah kalian akan bergerak sekarang demi masa depan anak-anak, atau kalian membiarkan mereka tertinggal dalam kemampuan bahasa mereka? 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun