Mohon tunggu...
Gunawan Wibisono
Gunawan Wibisono Mohon Tunggu... Palembang, Sumatera Selatan

puisi adakalanya menggantikan rembulan diwaktu malam dan hadir menemanimu di siang hari tatkala hatimu gundah maka aku adalah puisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Berpacu dengan Palsu

19 Oktober 2025   07:04 Diperbarui: 19 Oktober 2025   07:04 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Bibir-bibir membeku
Lidah-lidah tiba-tiba kelu
Berpacuan pada denyut waktu
Pada detak yang memburu

Dimana darah tersirat
Jantung yang berdegup kencang
Hati nan terus berdesir, dan ..
Langkah yang kini gontai

Musim kiranya tlah berganti
Panen raya itu usai
Masa kemarau datang menjelang
Tanah mulai merekah-pecah

Kemana kaki kan pergi ..
Semak-semak tlah terlanjur gelap membelukar
Onak dan duri memburu tajam
Waktu, kiranya tak dapat dipalsu-masa.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun