Di sini, ketika menggeliat di peraduan pagi yang cerah, secangkir kopi tubruk wangi dan sepiring pisang rebus telah menyapaku hangat setelah penat semalaman berupaya membunuhku, di waktu yang sama matahari tengah menatap terik di belahan bumi yang lain membaca peluh-peluh cinta yang mencengkeramnya kokoh dalam langkah-langkah yang sesak lalu berkerumun jatuh dan mengering.
Di sisi yang berbeda, tidak kemana-mana, masih di dunia kita yang sama, alunan musik cinta mendayu-dayu merayu sepasang nafsu yang kesiangan pulang pada bilik syahwat yang terengah, padahal sang isteri tercintanya menanti di rumah dengan kesabaran sayang.
Masih di sini, di sisi waktu lainnya dalam perjalanan hari yang sama, lantunan firman tuhan menghijaukan daun, menumbuhkan dahan dan ranting baru, mengokohkan pohon dengan akarnya yang kian menghujam bumi, lalu buah-buahnya yang harum ranum bergelantungan menggoda ingin menghimbau para musafir lalu
Di sini, di waktu yang sama, di tempat yang berbeda, kita merajut kasih, menyisih peluh, menyimpan selingkuh dan merajut do'a-do'a sekaligus, segalanya atas nama cinta. Â Â