(1)
Air mata darah anak-anak pertiwi kembali tumpah
Kali ini, mengucur deras di stasiun kampung melayu, jakarta
Tubuh-tubuh tak berdosa terburai bak serpihan puing
Membentur pecah di sisi nan terdalam taman sejuk insan mulia   Â
(2)
Entah apalah namanya yang kau ledakkan itu, kisanak ..
Kau yang kiranya bercokol siasat di tahta angkara kebenaran atas nama
Mencengkeramkan paksa jemari nama-nama palsu berhalamu
Pada tubuh-tubuh tak berdaki laksana kaulah wakil sang pengadil
(3)
Kehidupan adalah rahmat-Nya nan tak berbilang jumlah bagi semua insan
Namun malam itu, di stasiun syukur bernama kampung melayu jakarta
Air mata duka anak-anak pertiwi tak berdosa tumpah bak serpihan puing ..
Mengalirlah jernih ke haribaan-kemuliaan-Nya, duhai darah pahlawan negeri     Â