Mohon tunggu...
Faiz Amanatullah
Faiz Amanatullah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa UMY

Hanya seorang mahasiswa kampus matahari terbit (UMY). Jurusan Pendidikan Agama Islam Announcer and Reporter MQ FM JOGJA (92.3 FM) yaaa sehari-hari aktif di Himpunan Mahasiswa Islam Udah gitu aja Motto: Sunyi adalah bunyi yang sembunyi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Filosofi "Give & Take" dari Kurir Berhati Seorang Guru

27 Desember 2020   00:42 Diperbarui: 1 Januari 2021   11:13 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai mahasiswa jurusan pendidikan, awalnya saya mengira bahwa yang namanya guru adalah sebagaimana yang dikenal orang pada umumnya, yaitu mereka yang mengajar depan papan tulis dan selalu datang tepat waktu di jam tujuh pagi. Namun, semesta punya beragam cara untuk membawa kita menyadarkan kita. Salah satunya adalah mempertemukan kita dengan orang tak terduga. Sampai pada kesimpulan bahwa "Semua orang adalah guru dan semua tempat adalah sekolah".

Lao-tse, seorang filsuf China di abad keenam, mengatakan: "Seorang pemimpin adalah orang yang melayani".

Untuk mengubah keadaan, kita harus mau melayani. Pelayanan yang benar-benar mempunyai nilai yang sangat tinggi. Jika kita memberikan waktu, emosi, energi dan usaha, kita benar-benar dapat memberikan dampak pada orang lain dan masalah. Apabila kita bekerja untuk kesejahteraan orang lain, kegembiraan dan kepuasan yang dirasakan sulit diukur. Mengapa aku bisa menulis tentang ini? Ya, ini karena Allah menganugerahi seorang kurir JNE yang berhati guru inspirasi hidup. Saya selalu berdoa dan berharap agar di kemudian hari dapat berjumpa lagi dengannya

***

Kala itu, tepatnya setahun lalu pada bulan Oktober 2019, saya mengalami perubahan mindset yang sangat luar biasa. Bahkan tidak berlebihan jika ini dikatakan sebagai obrolan 15 menit yang mengubah hidup dan organisasi saya yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Seperti biasa, selepas pulang dari perkuliahan saya singgah ke Sekretariat HMI untuk bercengkrama dan diskusi ringan dengan beberapa kader saya sambil menunggu waktu maghrib tiba. Layaknya anak indie, obrolan kami pun ditemani oleh kopi panas dan gorengan sebagai cemilan alternatif akhir bulan.

Masih segar dalam ingatan, kala itu kami sedang mendiskusikan tentang dekadensi moral yang terjadi pada generasi muda dengan merujuk pada buku Quraish Shihab yang berjudul "Yang Hilang Dari Kita: Akhlak".

Obrolan kami sempat berhenti sejenak karena terdengar suara ketukan pintu sekretariat. Ternyata ada kiriman paket untuk teman saya, kebetulan orang yang berhak menerima paket sedang mengurus beberapa syarat kelulusannya, sebab nasibnya di kampus sudah di ujung tanduk.

Saya pun menghampiri abang-abang pengantar paket dari perusahaan yang namanya sudah tersohor, bahkan mewakili segala jasa pengantaran barang. Jika kita menyebut pasta gigi, pasti akan menyebutnya Pepsodent. Jika kita menyebut air mineral merk apapun, tidak jarang menyebutnya Aqua. Begitupun dengan jasa paket barang di seluruh Indonesia pasti mengenal JNE dibanding lainnya. Tapi yang datang ke sekretariat kami memang benar-benar dari JNE.

Paketan pun diserahkan, kemudian saya ditanya perihal nama, guna mengetahui siapa penerima dari barang ini. Sebelum abang-abang itu beranjak pergi, kami ajak bersama untuk menghabiskan makanan yang sudah tersedia di sekretariat kami. Beruntung abang-abang itu berkenan untuk singgah sejenak, kebetulan barang yang mesti diantar pun tinggal sedikit lagi.

Kita tidak pernah tau tentang skenario Tuhan, kapan kita akan beruntung dan kapan kita akan mendapatkan ujian sebagai jalan menuju keberuntungan itu sendiri. Kebetulan saat itu organisasi saya sedang mengalami krisis dari hal komitmen, terlebih di HMI saya menjabat sebagai sekretaris umum yang menjadi penanggung jawab dari keharmonisan di internal HMI. Dan inilah waktu yang direncanakan Pemilik Semesta, saya dipertemukan dengan sosok sederhana yang luar biasa.

Ketika abang JNE itu sudah duduk bersama kami sambil melahap perlahan gorengan itu dengan gigi geraham, karena saking lezatnya. Saya pun membuka obrolan, karna rasa ingin tahu saya terhadap jasa pengantar barang. Dalam alam pikiran saya kala itu, seringkali menilai pekerjaan ini penuh dengan beban, sebab tidak jarang kita lihat motor abang JNE yang penuh dengan barang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun