Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dalam Kemalangan Ada Keberuntungan

22 September 2020   22:15 Diperbarui: 23 September 2020   06:33 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Canva /katedrarajawen


Katedrarajawen _Namanya kecelakaan, pasti tidak akan menyenangkan siapapun. Yang pasti akan membuat susah, menderita, dan mengalami kerugian. 

Namun di balik semua itu, bila masih ada kejernihan pikiran, maka akan menemukan keuntungan. Kemudian menghadirkan rasa syukur, walau ada luka dan darah. 

Seperti apa yang saya alami. Sepeda motor yang saya kendarai menghantam lubang. Seketika saya tidak ingat apa-apa. 

Begitu sadar dan berdiri, spontan saya masih merasa beruntung. Selamat dari takdir yang menimpa. Beruntung ada yang segera menolong. Lalu masih bisa melanjutkan perjalanan pulang. 

Selain itu masih ada beberapa keberuntungan  yang menjadi catatan:

Untung Tidak Ada Mobil di Belakang


Saat  saya bangkit berdiri, seseorang yang membantu mendirikan posisi sepeda motor berkata,"Untung tidak ada mobil di belakang. Kalau ada lumayan juga."

Saya lantas sedikit membayangkan, bila ada mobil di belakang yang ikut melaju kencang. Apa yang akan terjadi? 

Ah, entahlah. Saya tidak mau terus membayangkan. Lebih memilih cepat-cepat untuk bersyukur. Saya mengatakan tidak apa-apa dan baik-baik saja. Ketika ditanya orang yang menolong bagaimana kondisi saya. 

Untung Tidak Jadi Diurut 

Saat bersama  anak ke rumah tukang urut yang biasa kami pergi, ternyata tetangganya ada acara pengajian. Ia meminta agar satu jam balik kembali. 

Sebenarnya ada perasaan  kecewa sambil menahan sakit. Ya sudahlah. 

Setelah mencari tempat alternatif dan hasilnya sama. Kebetulan tulang urutnya juga  ada acara pengajian. 

Mau tidak mau balik lagi ke tempat semula. Ternyata acara belum selesai. Terpaksa menunggu. Entah sampai kapan? 

Anak kemudian berusaha menanyakan ke temannya barangkali ada mengetahui tempat urut. 

Akhirnya dengan informasi yang kurang begitu jelas kami tetap berusaha mencari. Tak perlu waktu lama bertemu juga tempatnya. 

Namun orangnya tak ada. Terpaksa menunggu lagi cukup lama. Kadang menunggu itu pekerjaan yang menyiksa. 

Ketika orangnya datang dan melihat tempat prakteknya saya merasa puas. Rupanya tempat ini memang khusus untuk pasien patah tulang. 

Setelah ditangani dalam waktu yang tidak lama, bayangan sakit luar biasa sebelumnya tidak terasa. 

Anak saya sampai bertanya,"Papi kok tidak menjerit? Emang gak sakit?" Jelas sakit, hanya masih bisa saya tahan. 

Saya berpikir, kalau waktu itu jadi ditangani oleh tukang urut yang pertama kali kami datangi. Paling hanya diurut-urut dengan menahan sakit yang luar biasa. 

Jadi, awal rasa kecewa akhirnya malah merasa beruntung. 

Untung Cuma Kelingking 

Sebelumnya saya tidak sadar ada perubahan pada jari kelingking. Saat dalam perjalanan pulang baru merasakan ada yang aneh. Kaku. Tidak bisa digerakkan sama sekali. Ya ampun. Rupanya bentuknya sudah tidak jelas. 

Bagaimana ini? 

Tak apalah cuma jari kelingking pikir saya. Masih untung bukan jempol. Loh? 

Ya, kalau jempol tentu sulit kalau buat menulis. Soalnya selama ini saya menulis di telepon pintar itu dengan modal dua jempol.

Untung Masih Sempat Berdoa

Dalam ketidakpastian untuk segera mendapatkan perawatan karena  malam semakin merambat. Lelah juga semakin terasa. 

Saya berdoa agar segera mendapat perawatan dan menemukan tempat yang terbaik. Masalahnya tangan ini semakin lama terasa semakin sakit. 

Beruntung akhirnya  bisa mendapatkan perawatan yang cepat dan tepat. Walaupun dengan biaya cukup mahal untuk ukuran kantong saya. 

Saya katakan penanganan yang baik karena memang tidak terasa begitu sakit. Saya bisa membayangkan, bila langsung diurut pasti suara jeritan tak akan tertahan. Untung memang. 

Untung karena Bisa Menjadi Inspirasi Tulisan 

Tulisan ini adalah yang keempat berdasarkan inspirasi kecelakaan yang saya alami. 

Tiga tulisan sebelumnya adalah dua puisi dengan judul "Prioritas Hidup" dan "Yang Sudah Terjadi, Tidak Bisa Diubah Lagi". Satu lagi adalah "Papi Tidak Panik?" 

Semua ide tulisan muncul begitu saja. Sebelum sempat saya tulis secara lengkap, hanya saya tuliskan judulnya. 

Selain sebagai pembelajaran atau cermin buat diri sendiri, saya pikir tak ada salahnya membagikan  sebagai cermin kehidupan bersama. Penting tidak penting sebenarnya. 

Yang terpenting dari semuanya adalah bersyukur bisa melalui kemalangan ini dengan perasaan  yang beruntung. 

@cerminperistiwa22092020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun