Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jokowi, Penjilat dan Nurani

28 Mei 2019   06:15 Diperbarui: 28 Mei 2019   06:33 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Canva / katedrarajawen

Ada yang mengatakan membela dan mendukung Jokowi karena nurani. Tak mungkin  nurani bisa diam, orang sebaik Jokowi yang telah bekerja, bekerja dan bekerja masih difitnah dan dicaci-maki. Dituduh macam-macam yang menyakitkan hati. Padahal Jokowi sudah sepenuh hati mengabdi. Itu sebab, Jokowi harus jadi presiden lagi. Bila perlu sampai empat kali. 

Sebaliknya, atas nama nurani pula. Ada yang menolak Jokowi jadi presiden sebab mengkriminalisasi ulama. Di rezim Jokowi tak ada kebebasan lagi untuk berbicara. Harga melambung tinggi dan rakyat kesusahan di mana - mana.  Atas nama kedaulatan rakyat dan suara nurani Jokowi tak pantas lagi jadi Presiden Indonesia.

Yang mendukung Jokowi dikatakan penjilat dan tak punya nurani. Yang menolak Jokowi dianggap menghina dan tak punya nurani. Omong kosong macam apa ini?

Bicara nurani dan nurani. Mengaku diri yang paling punya nurani. Sejatinya apa itu nurani tak mengerti. Tak sadar yang ada hanya luapan perasaan dan emosi. Dari perilaku sudah menjadi bukti. Bahkan perasaan benci pun  itu adalah  suara nurani.

Para teroris yang dengan enteng membunuh pun merasa karena panggilan nurani. Dan menganggap yang mengutuknya tak memiliki nurani.

Ya Tuhan, ampunilah kami yang suka mengobral nurani. Atas nama nurani menipu diri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun