Mohon tunggu...
Reza Fahlevi
Reza Fahlevi Mohon Tunggu... Jurnalis - Direktur Eksekutif The Jakarta Institute

"Bebek Berjalan Berbondong-bondong, Elang Terbang Sendirian"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Libatkan Partisipasi Masyarakat, Gotong Royong Hadapi Covid-19

9 April 2020   10:56 Diperbarui: 9 April 2020   11:10 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA - Dua desa di Kabupaten Tasikmalaya, Cisayong dan Rajapolah menerapkan karantina mandiri demi mencegah pemudik masuk asal zona merah corona dengan penjagaan ketat setiap jalan akses masuk kedua wilayah itu, Selasa (2/4/2020).

Oleh: Reza Fahlevi -- Direktur Eksekutif The Jakarta Institute

PERANG melawan Covid-19 tidak bisa hanya melempar tanggung jawab kepada pemerintah. Kita semua warga negara, juga bisa terlibat.

Gotong royong mengantisipasi penyebaran pandemi global Covid-19 bisa dilakukan dengan menguatkan simpul komando hingga tingkat organisasi di RT/RW. Semua bergerak. Mengisi peran dan posisinya masing-masing.

Anggap saja saat ini bangsa kita sedang dalam kondisi yang membutuhkan peran kita semua sebagai elemen bangsa.

Jika pemerintah pusat dan daerah dibiarkan bekerja sendirian, tentu saja mereka akan kewalahan. Dibutuhkan kesadaran kolektif setiap kita warga masyarakat akan pentingnya menjalankan berbagai kedisiplinan.

Ya, dimulai dari disiplin mencegah penyebaran dari diri sendiri dengan selalu menggunakan masker (dihimbau masker kain bukan masker medis agar para tenaga medis tidak kesulitan mendapatkannya).

Kemudian disiplin menjaga jarak (physical distancing). Bagi pekerja yang bisa bekerja dari rumah juga diharapkan disiplin dalam WFH. Jangan bandel keluar rumah jika tidak terlalu penting.

Begitu pun dengan para pelajar yang juga diwajibkan belajar di rumah saja agar benar-benar disiplin. Para orang tua wajib mengawasi anak-anaknya agar tidak keluar rumah.

Di lingkungan perumahan juga harus diperketat keluar masuk warganya. Bagi para pekerja harian, juga harus menjaga jarak antar-manusia. Sebab, droplet yang keluar dari tubuh penderita yang positif, masih bisa jatuh ke permukaan di dekatnya. Selain itu, rajin cuci tangan dan tidak menyentuh wajah juga sangat bisa mengurangi penularan Covid-19.

Setiap kita diminta mematuhi arahan dari panglima tertinggi komando bangsa ini: Presiden Joko Widodo. Sejumlah langkah pemerintah yang strategis dan cepat dijalankan dengan melibatkan partisipasi masyarakat, adalah cara merawat harapan, agar kita tetap kuat menghadapi pandemi ini.

Contoh sederhana dari disiplin Pemerintah Daerah ialah, seperti Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian yang menginstrusikan Kepala Daerah yang pernah melakukan kebijakan sepihak menutup akses daerahnya untuk membuka kembali pemblokiran jalan yang menghambat distribusi logistik seperti kebutuhan pokok dan kesehatan masyarakat.

Instruksi Mendagri ini disampaikan menyusul pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang meminta Mendagri menegur kepala daerah yang melakukan pemblokiran jalan di wilayahnya.

Kita harus bererak cepat melibatkan civil society dalam penanganan pandemi Covid-19. Sejumlah masyarakat, baik individu maupun kelompok terlihat banyak yang menggalang donasi membantu sesama.

Cara gotong royong dengan cara sederhana namun bermanfaat bisa kita lakoni. Seperti yang dilakukan seorang nenek berusia 84 tahun yang viral tersebar di grup WA, dengan caption sebagai berikut: "Seorang ibu, 84 tahun, gantungin mie instan di pagar rumah. Dalam 2 jam ada 16 orang yang ambil. Kebanyakan ojol, orang jualan. Diikutin para tetangga. Eh ternyata ada juga yang nitip gantungin. Katanya: InsyaAllah nanti lanjut beras. Bisa dicontoh semangat gotong royong ini ya... mudah ditiru, semoga bermanfaat untuk yang membutuhkan," tulis isi pesan WhatsApp dalam tangkapan layar tersebut.

Karena itu, dengan semangat gotong royong yang menjadi karakter asli bangsa ini, kita bisa menjalankan pola gotong royong yang lebih sistematis dan terorganisir untuk menghadapi penyebaran Covid-19.

Kekuatan gotong royong itulah yang bisa juga diterapkan dengan melibatkan sejumlah elemen roganisasi masyarakat (Ormas). Menteri Dalam Negeri bisa mengarahkan Pemerintah Daerah sebagai pembina Ormas dalam memperkuat edukasi di level base community.

Civil Society Bergerak
Komunitas akar rumput baik secara individu, ormas, tokoh masyarakat, tokoh ulama, guru, relawan semua diarahkan Pemda untuk bergerak serempak, berjuang bersama saling menguatkan. 

Kelompok masyarakat tersebut yang bisa digerakkan untuk memberikan edukasi bagaimana kita semua warga masyarakat untuk disiplin dalam menjalankan status darurat kesehatan yang diterapkan Pemerintah.

Ormas-ormas dengan social networking yang kuat berbasis akar rumput harus dilibatkan. Mereka bisa mengedukasi dengan sosialisasi mitigasi hingga ke lorong-lorong kampung. 

Gang-gang sempit di perkotaan. Hingga ke setiap keluarga. Karena faktanya, di Jakarta, dan kota-kota besar lainnya di Indonesia, masih banyak yang menyepelekan kondisi pandemic Covid-19 ini. Masih banyak yang batuk dan bersin sembarangan. Masih kita temukan orang berkerumun, belanja di pasar dan berdesak-desakan di transportasi umum.

Sebenarnya dengan kondisi bangsa kita yang sering mengalami bencana alam, kita sudah terbiasa dalam melakukan berbagai model mitigasi. Bagaimana bangsa ini pernah berjuang mengembalikan normalisasi kehidupan di Aceh pasca tsunami. Lalu bagaimana kita juga sigap dalam menghadapi berbagai bencana alam besar di Indonesia dengan memperkuat aktivitas relawan berbasis civil society. Tidak lebih dari setengah tahun, Aceh pulih pasca tsunami dengan risiko sosial ekonomi yang minim.

Penanganan berbagai bencana di Indonesia yang sudah terstruktur dan termanajemen dengan baik sebenarnya menjadi modal awal bangsa ini untuk menghadapi pandemi Covid-19.

Memang bedanya saat ini yang kita hadapi adalah musuh yang sangat kecil namun tidak terlihat yaitu virus. Namun yakinlah, dengan leadership pemerintah yang kuat, dan kepatuhan setiap kita warga masyarakat dalam menjalankan aturan dari pemerintah, biarkan social voluentary activism bekerja. Buktinya, secara alamiah, di akar rumput, sejumlah aksi heroik, menggerakkan solidaritas kemanusiaan telah berjalan.

Ratusan Miliar terkumpul dalam waktu singkat. Penggalangan donasi melalui sejumlah platform digital telah menggerakkan empati kemanusiaan.

Tanggung jawab Pemerintah dalam menyiapkan anggaran dan kebijakan, menginstruksikan pemerintah daerah dalam realokasi APBD untuk penanganan Covid-19 tetap berjalan. Dilanjutkan dengan manajemen kerja yang dilakukan secara partisipatoris bersama civil society. Terstruktur, sistematis, terkelola dengan baik dan agresif. Tidak ada sistem birokrasi yang ribet dalam pola mitigasi.

Sudah saatnya kita memperkuat komunitas akar rumput berbasis civil society untuk memerangi Covid-19. Tebarkan semangat optimisme. Tangkal segala konten negatif, pemecah belah, hoaks, dan narasi politisasi Covid-19.

Sekali lagi, Pemerintah juga punya keterbatasan. Kita harus mengakui, kondisi perekonomian kita yang sedang lesu tentu saja berdampak terhadap defisit anggaran. Kesadaran harus dipompa dari lokus komunitas akar rumput. Dari lingkungan sosial masing-masing di berbagai level.

Kekuatan aktivitas relawan kemanusiaan berbasis civil society jika digerakkan secara sistematis, bisa menjadi energi luar biasa dalam mendukung segala upaya percepatan penanganan penyebaran Covid-19.

Mereka para relawan di komunitas masyarakat yang bergerak secara individu dan berkelompok melakukan penyemprotan disinfektan di lingkungan rumahnya, tempat ibadah dan melakukan donasi untuk pembelian APD secara sukarela bagi tenaga medis. Itu semua dari uang pribadi.

Semua sumber daya negara, termasuk APBN dan APBD, juga CSR BUMN direalokasi atau dimobilisasi secara massif untuk keselamatan rakyat dan tenaga medis. 

Terutama untuk pendanaan peningkatan fasilitas kesehatan yang merupakan objek vital penanganan korban Covid-19. Karena, jika banyak rumah sakit sudah tidak sanggup lagi menampung para korban terpapar Covid-19, dan para tenaga medis sudah kewalahan karena melonjaknya jumlah korban, yakinlah, kita akan babak belur melawan Covid-19.

Oleh sebab itu, untuk memompa harapan hidup kita adalah menumbuhkan self safety atau keselamatan diri sendiri berbasis kesadaran etik dari akar rumput. Edukasi masyarakat untuk mengisolasi secara mandiri jika memang merasa ada gejala terinfeksi Covid-19.

Rakyat harus diedukasi, agar memiliki manajemen krisis yang tumbuh alami berbasis keselamatan bersama. Tidak bergantung sepenuhnya pada pemerintah dengan birokrasinya.

Pemerintah juga tidak akan lepas tangan begitu saja. Dengan kebijakan dan anggaran yang dimiliki negara, ditambah dengan memperkuat pemahaman warga, menggerakkan komunitas relawan, serta gotong royong bersama bahu membahu melawan Covid-19.

Rakyat dari berbagai komunitas akar rumput harus menjadi sentrum kampanye kesadaran bahaya pandemi Covid-19. Lakukan strategi dan langkah pencegahan dasar secara massif.

Ambil contoh bagaimana pola gotong royong menangkal Covid-19 dilakukan oleh sejumlah warga di perkampungan. Seperti di Kampung Jogonalan Lor di Bantul yang menerapkan karantina lokal. Ini kesadaran yang bertumbuh secara bottom-up.

Banyak kampung lain di Jogja yang juga menerapkan karantina lokal. Bahkan warga Kampung Jaha di Bekasi, yang juga melakukan karantina lokal kampung mereka sejak Kamis kemarin (26/3) hingga 8 April 2020, dimana seluruh akses masuk di kampung tersebut ditutup dan hanya disisakan satu pintu masuk.

Di pintu masuk ini, para warga yang keluar masuk akan di semprot disinfektan dan pengecekan suhu tubuh. Di RW 11 ini, terdapat sembilan RT yang jumlah penduduknya sebanyak 4.072 orang.

Artinya warga menutup semua akses jalan utama di kampung tersebut, termasuk gerbang, dan akses jalan lain. Tujuannya mungkin untuk mengurangi mobilisasi. Mengurangi orang yang akan lewat dan masuk di kampung itu.

Karena kita tahu, hingga saat ini, belum ada satupun yang bisa memastikan kapan pandemi ini berakhir. Untuk itu, kita semua bisa membangun kesadaran mitigatif yang digerakkan dari struktur organisasi masyarakat paling bawah yaitu keluarga.

Mari kita semua bangkitkan optimisme dengan harapan badai ini pasti berlalu. Tidak lain dan tidak bukan, adanya harapan untuk bangkit dari segala keterpurukanlah yang membuat kita bisa berdiri tegak melawan pandemi ini.

Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Negara super power dan raksasa ekonomi sekalipun tidak siap menghadapi Covid-19. Kita bantu mereka. Jaga kesehatan, budayakan pola hidup bersih. Yang terpenting, disiplin dalam menerapkan pola physical distancing.

Kita juga harus gotong royong membantu mereka yang rentan secara ekonomi seperti para pedagang makanan kecil yang menjerit karena tidak ada yang mau membeli dagangannya.

Banyak yang takut makanannya mengandung virus. Begitu pun pedagang pakaian di pusat perdagangan dengan gigih tetap membuka toko mereka. Meski mereka sadari tiada yang berkunjung. Tiada yang datang, mereka buka toko karena masih ingin berharap. Siapa tahu bulan depan ia masih mampu untuk membayar sewa, memberikan honor bagi pekerjanya.

Saya mengajak kita semua untuk merasakan denyut nadi perekonomian masyarakat menengah ke bawah. Rasakan detaknya yang kembang kempis. Dengarkan jerit tangis mereka para driver ojek online maupun taksi online yang kebingungan bagaimana membayar cicilan motor atau mobilnya. Jika tidak membayar secara normal motor atau mobilnya akan disita.

Dan kita harus yakin, Pemerintah memperhatikan itu. Sejumlah paket stimulus bantuan pemulihan ekonomi nasional juga difokuskan kepada kelompok masyarakat yang rentan terdampak.

Sekali lagi, dengan melibatkan civil society dirasa sangat penting. Karena, kita memang memiliki kekuatan besar dimana seluruh elemen Ormas, hingga kelompok masyarakat di tingkat RT bisa digerakkan.

Semua bergerak dengan satu komando dari pusat yang diterjemahkan secara komprehensif oleh para Kepala Daerah hingga dijalankan oleh setiap keluarga di rumah. Perketat lingkungan dengan mengawasi keluar masuk orang. Bahkan di gang sempit sekalipun di kota-kota besar.

Jika semua itu bergerak, yakin dan optimislah kita akan menang dalam perang melawan Covid-19 sehingga mata rantai penyebaran bisa ditekan dan korban positif hingga meninggal sudah tidak ada lagi. Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun