Instruksi Mendagri ini disampaikan menyusul pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang meminta Mendagri menegur kepala daerah yang melakukan pemblokiran jalan di wilayahnya.
Kita harus bererak cepat melibatkan civil society dalam penanganan pandemi Covid-19. Sejumlah masyarakat, baik individu maupun kelompok terlihat banyak yang menggalang donasi membantu sesama.
Cara gotong royong dengan cara sederhana namun bermanfaat bisa kita lakoni. Seperti yang dilakukan seorang nenek berusia 84 tahun yang viral tersebar di grup WA, dengan caption sebagai berikut: "Seorang ibu, 84 tahun, gantungin mie instan di pagar rumah. Dalam 2 jam ada 16 orang yang ambil. Kebanyakan ojol, orang jualan. Diikutin para tetangga. Eh ternyata ada juga yang nitip gantungin. Katanya: InsyaAllah nanti lanjut beras. Bisa dicontoh semangat gotong royong ini ya... mudah ditiru, semoga bermanfaat untuk yang membutuhkan," tulis isi pesan WhatsApp dalam tangkapan layar tersebut.
Karena itu, dengan semangat gotong royong yang menjadi karakter asli bangsa ini, kita bisa menjalankan pola gotong royong yang lebih sistematis dan terorganisir untuk menghadapi penyebaran Covid-19.
Kekuatan gotong royong itulah yang bisa juga diterapkan dengan melibatkan sejumlah elemen roganisasi masyarakat (Ormas). Menteri Dalam Negeri bisa mengarahkan Pemerintah Daerah sebagai pembina Ormas dalam memperkuat edukasi di level base community.
Civil Society Bergerak
Komunitas akar rumput baik secara individu, ormas, tokoh masyarakat, tokoh ulama, guru, relawan semua diarahkan Pemda untuk bergerak serempak, berjuang bersama saling menguatkan.Â
Kelompok masyarakat tersebut yang bisa digerakkan untuk memberikan edukasi bagaimana kita semua warga masyarakat untuk disiplin dalam menjalankan status darurat kesehatan yang diterapkan Pemerintah.
Ormas-ormas dengan social networking yang kuat berbasis akar rumput harus dilibatkan. Mereka bisa mengedukasi dengan sosialisasi mitigasi hingga ke lorong-lorong kampung.Â
Gang-gang sempit di perkotaan. Hingga ke setiap keluarga. Karena faktanya, di Jakarta, dan kota-kota besar lainnya di Indonesia, masih banyak yang menyepelekan kondisi pandemic Covid-19 ini. Masih banyak yang batuk dan bersin sembarangan. Masih kita temukan orang berkerumun, belanja di pasar dan berdesak-desakan di transportasi umum.
Sebenarnya dengan kondisi bangsa kita yang sering mengalami bencana alam, kita sudah terbiasa dalam melakukan berbagai model mitigasi. Bagaimana bangsa ini pernah berjuang mengembalikan normalisasi kehidupan di Aceh pasca tsunami. Lalu bagaimana kita juga sigap dalam menghadapi berbagai bencana alam besar di Indonesia dengan memperkuat aktivitas relawan berbasis civil society. Tidak lebih dari setengah tahun, Aceh pulih pasca tsunami dengan risiko sosial ekonomi yang minim.
Penanganan berbagai bencana di Indonesia yang sudah terstruktur dan termanajemen dengan baik sebenarnya menjadi modal awal bangsa ini untuk menghadapi pandemi Covid-19.