Pemerintah berencana mulai tahun 2026 akan memperkenalkan BBM campuran etanol 10% (E10) di Indonesia. Kebijakan ini disebut sebagai langkah untuk mengurangi impor bensin dan menekan emisi karbon. Namun, belum juga diterapkan, kolom komentar media sosial sudah ramai dengan kekhawatiran: "Nanti mesin cepat rusak!" atau "Kendaraan tua pasti mogok!"Benarkah begitu?
Apa itu E10 dan kenapa digunakan?
E10 adalah bahan bakar bensin yang dicampur dengan 10% etanol, sejenis alkohol yang biasanya diproduksi dari tanaman seperti tebu atau jagung. Tujuan utamanya adalah menggantikan sebagian bahan bakar fosil dengan sumber energi terbarukan, serta menurunkan emisi gas rumah kaca. Program ini bukan hal baru di dunia. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Brasil, dan Thailand sudah lebih dulu menggunakan campuran etanol, bahkan beberapa hingga 85% (E85) untuk mobil flex-fuel. Menurut laporan Aprobi (2024) PT Pertamina Patra Niaga sendiri telah menyiapkan uji coba E10 sejak tahun 2024 dengan bekerja sama dengan PT Toyota-Astra Motor (TAM) dan PT Serasi Autoraya (TRAC), yang rencananya uji coba E10 dilakukan di wilayah Surabaya selama satu tahun menggunakan 50 unit kendaraan Toyota.
Apakah etanol bisa merusak mesin?
Berdasarkan laporan Global Ethanol-Blended-Fuel Vehicle Compatibility Study dari National Renewable Energy Laboratory (NREL), sebagian besar mobil modern terutama yang diproduksi setelah tahun 2000-an aman menggunakan E10. Uji coba menunjukkan tidak ada kebocoran signifikan atau kerusakan besar pada sistem bahan bakar. Bahkan, etanol memiliki angka oktan lebih tinggi, yang justru membantu mesin bekerja lebih efisien dan mengurangi ketukan (knocking).
Namun, ada beberapa catatan penting:
- Kendaraan tua (terutama sebelum 1990-an) dan mesin kecil seperti gergaji mesin, genset, atau motor lama, memiliki komponen karet dan plastik yang rentan terhadap etanol.
- Etanol bersifat higroskopis (menyerap air), sehingga bahan bakar yang disimpan terlalu lama bisa mengalami phase separation yaitu campuran air dan etanol yang terpisah, memicu karat dan gangguan pembakaran.
- Konsumsi bahan bakar sedikit lebih boros, karena etanol memiliki energi per liter lebih rendah dibanding bensin murni.
Apa kata penelitian ilmiah?
Sebuah studi oleh Matejovsky dkk. (2017) di jurnal ACS Energy & Fuels menjelaskan bahwa etanol memang dapat mempercepat korosi pada beberapa logam dan karet yang tidak didesain untuk bahan bakar beralkohol.
Namun, studi itu juga menegaskan: jika kendaraan menggunakan material yang sesuai, efek negatifnya bisa ditekan sangat kecil.
Sementara itu, Yuksel (2004) dalam riset tentang performa mesin berbahan bakar campuran menemukan bahwa konsumsi bahan bakar meningkat sekitar 2--3% pada E10, tetapi emisi karbon monoksida turun dan pembakaran menjadi lebih bersih.
Menurut laporan Reuters (2023) Negara Brasil bahkan telah menggunakan campuran etanol sejak 1970-an, dengan tingkat keberhasilan tinggi berkat kesiapan infrastruktur dan dukungan industri tebu yang kuat.
Bagaimana dengan Indonesia?