Matanya bengkak oleh air mata.Â
Tentang perihnya luka yang menyayat jiwa dan raga.Â
Namun meski seumur hidup ia merasakannya, ia tak pernah terbiasa dengan itu semua.Â
Kesakitan yang memadamkan api semangatnya.Â
dan lara yang memutus akal sehatnya.
Tidak. Sesekali itu hanya sarapan baginya.Â
Cacian, makian, dan penghinaan itu hanya mengalir melaluinya.
Ia faham.Â
Bahwa membiarkan rasa sakit itu mengendap, adalah sebuah keputusan yang salah.
Ia sadar.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!