Mohon tunggu...
Rizki Subbeh
Rizki Subbeh Mohon Tunggu... Guru - SAYA ADALAH SEORANG GURU

Dekonstruksi Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Delek

30 September 2018   12:53 Diperbarui: 30 September 2018   13:49 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tetapi, ada satu hal yang selalu menjadi kenangan terbaik serta terburukku selama hidup di kawasan pondok pesantren. Dari kelima teman yang terpajang pada foto dinding itu, aku mengingat salah satu orang. Dia merupakan teman pertamaku di ponpes. Yang selalu menemaniku baik suka dan duka.

Pertemanan kami bermula pada tahun ajaran baru. Dimana sebagai santri baru harus mencari hubungan pertemanan agar perasaan ketidaknyamanan dalam suasana ponpes hilang dengan sendiri. 

Sudah menjadi rahasia umum, bahwa kehidupan ponpes yang penuh dengan kegiatan islamik akan memancing kebosanan. Dari kebosanan akan memunculkan perasaan resah, gelisah, dan menimbulkan perasaan ketidaknyamanan tinggal pada lingkup ponpes.

Jadi tidak heran banyak santri baru yang kemudian mengaburkan diri dari ponpes. Itu semua bisa terjadi karena gagal menjalin hubungan sosial. Meski itu bukan faktor utama tetapi kebanyakan santri mampu bertahan ketika ia mulai menemukan teman yang dapat menjadi keluarga baru. Faktor sosial juga sangat mempengaruhi kelangsungan hidup manusia. Sebab, relasi sosial akan dapat mengubah suatu keadaan yang dianggap tidak nyaman.

***

Semua santri baru akan merasakan ketidaknyamanan. Tetapi aku berhasil mengubah dan menghapus pandangan tersebut dengan menjalin hubungan sosial. Dia adalah Dzikin. Teman seperjuangan yang mampu menutupi semua kegelisahan hidup di area pondok pesantren. Dzikin merupakan santri senior meski statusnya masih baru. Sebab, ia pernah mondok di pesantren yang sama namun berhenti karena tidak kerasan. Kembalinya ia ke ponpes dilatarbelakangi oleh alasan yang membuatnya membulatkan diri untuk menimba ilmu islam. Sebab, ilmu agama akan mengantarkannya kekehidupan yang jauh lebih mapan lagi.

Meski terbilang santri senior tetapi dia tidak memberikan tindakan yang menunjukkan bahwa dia adalah senior. Seperti pada umumnya, pendidikan selalu dipoles dengan status senior dan junior. Jadi sudah hal biasa prilaku "mentang-mentang" yang diperagakan oleh senior terhadap junior. Ia sangat berbeda dengan senior lainnya. Prilaku dan tindakannya sangat bertolak belakang. Itu juga menjadi alasan terkuatku untuk menajdikannya sahabat.

Kebetulan juga, kami sekotak. Dalam ponpes, sekotak dapat diartikan satu kamar. Dalam satu kamar biasanya berisi beberapa orang, tergantung besar dan ukuran kamarnya. Kotakan kami berisikan 6 orang, itu sudah termasuk dengan diriku. 5 orang inilah yang terpajang pada foto dinding kamarku.

Aku dan Dzikin merupakan santri paling baru diantara ke-4 teman kotakan. Sehingga kami paling junior dari strata kelas diniyah awaliyah. Kelas awaliyah harus ditempuh selama 4 tahun. Kelas ini bisa dibilang sebagai kelas awalan untuk menuju ke jenjang diniyah selanjutnya yaitu wustho dan ulya pada pendidikan madrasah diniyah.

Pondok pesantrenku memang tergolong pesantren kecil dalam bidang pelajarannya. Tetapi setiap kekurangan pasti ada kelebihan, termasuk ponpes yang aku tempati. Dimana sistem pendidikan ponpesku termasuk tingkatan rendah (hanya menyediakan pendidikan awaliyah) namun sudah mengkaji beberapa kitab yang tergolong tingkatan diatasnya. Misal, kitab kawakib yang semestinya di pelajari di diniyah wustho, sudah dipelajari di diniyah awaliyah.

Secara umum setiap pondok pesantren memiliki visi dan misi berbeda termasuk kurikulum yang disesuaikan dengan beberapa perhitungan. Yang jelas ponpes yang aku tempati sangat menekankan pada kitab-kitab yang lebih tinggi dari kitab yang sering dipelajari diniyah awaliyah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun