Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Masihkah Sri Rezeki Berezeki sebagai Tanaman Hias 2021

14 Januari 2021   15:47 Diperbarui: 14 Januari 2021   15:52 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa Jenis Sri Rezeki di Pekarangan Rumah Saya (Dok. Pribadi)

Sejak pandemi covid 19, tren menghias rumah dengan tanaman hias semakin meningkat. Bahkan pada orang-orang yang selama ini tak peduli pernah peduli pada tanaman hias pun ikutan tren hobi dengan tanaman hias, dan tak sedikit untuk ikut meraih cuan.  Tren  tanaman hias 2021 tampaknya tidak akan berbeda jauh dengan tren sebelumnya, tanaman tropis yang mudah dirawat, berpenampilan menarik dan punya nama keren cenderung bombastis, paling penting dibicarakan terus di media sosial.  

Sudah banyak postingan mengenai monkey business tanaman hias,yang justru membuat  tanaman hias semakin tren. 

Bukankah sudah biasa saja ketika negeri ini demam memeliharan ikan lohan demi hoki dan cuan, beberapa tahun lalu pun demam dengan batu akik. Toh tren tetaplah tren, banyak orang-orang yang tidak mau disebut ketinggalan zaman jika tidak mengikuti tren.

Saya pribadi bukan penggemar hobi tertentu yang membuat saya mengeluarkan budget tertentu. Tetapi dari saya kecil ,rumah saya rimbun oleh tanaman, yang saya kadang tidak terlalu peduli jenisnya apa. Seringkali justru tanaman tertentu seperti nangka, bligo, markisa pun tumbuh sendiri karena dibawa oleh hewan-hewan seperti burung, bajing dan musang yang sering bermain di pepohonan sekitar rumah. 

Banyak gosip rumah kami yang rimbun dengan pepohonan itu sarangnya makluk halus, yang memang tidak pernah saya bantah jika ada yang konfirmasi langsung ke saya.  Tidak jarang pula permintaan untuk mengurangi rimbunnya tanaman di pekarangan kami, bahkan mengaku dari instansi pemerintah. 

Biasanya sih saya tertawakan saja, karena memang beberapa tanaman yang bagi orang lain tak berguna justru menunjang ekonomi rumah kami, seperti palem jari yang dipergunakan oleh catering atau event organizer sebagai dekorasi acara. 

Patokan Selera Tanaman Hias 

Dulu sekali, keluarga kami gemar menanam tanaman hias di pekarangan rumah. Saat itu, rumah masih kecil dengan pekarangan yang luas dan punya Bapak yang rajin. Jam kerjanya pada masa itu pun cukup untuk ia sekadar bertanam tanaman obat keluarga, aneka sayur dan sedikir tanaman hias. 

Tapi persoalan kami di masa itu adalah ketersediaan air. Kami tinggal di kawasan talang, yang jauh dari sumber air. Jika musim kemarau kami harus rela tanaman hias kami mati karena kurang disiram. Keluarga kami mendapat suplai air bersih dengan lancar melalui PAM baru sejak memasuki aba ke-21.  Sebelumnya kami mengambil air di sumur-sumur di rawa-rawa yang jaraknya cukup jauh dari rumah kami.  Untuk keperluan masak dan MCK saja terbatas, apalagi untuk siram tanaman.

Karena itu, Bapak lebih memilih menanam tanaman hias yang cenderung tahan terhadap kering  seperti palem jari, keladi-keladian dan sri rezeki. atau justru memang sengaja memilih tanaman semusim saja seperi pakis-pakisan, aneka krokot warna-warni atau pun aneka pacar air  yang jika musim kemarau  kami akan segera mengucap selamat tinggal.

Sepertinya pada dekade 90-an, tanaman hias itu selalu menampilkan bunga yang menarik seperti mawar, melati, aneka aster dan anggrek yang harganya selangit dengan media tanam dan proses perawatan yang cukup mahal. Juga tanaman bonsai yang memerlukan perhatian yang teliti sempat menjadi tanaman hias yang  booming. Sempat pula tren tanaman rawa seperti kantung semar dan melati air.

Tetapi tampaknya selera berubah, tanaman paku-pakuan, keladi-keladian dan tanaman merambat yang selama ini "hanya" menjadi tanaman liar. Sekarang justru menjadi tanaman yang digandrungi untuk menghias rumah. Sudah hal yang wajar sekarang halaman rumah bahkan garasi dipenuhi dengan rimbunnya tanaman hias.

Tren ini pun semakin meningkat dengan penamaan tanaman yang fenomenal, seperti janda bolong, monstera yang memang sering muncul di fil-film yang berlatar lokasi di apartemen mewah, aneka sukulen/kaktus dan aneka tanaman hias yang dipercaya mampu membersihkan udara dalam ruangan, seperti lidah mertua.

Salah satu tanaman hias dalam rumah yang sempat booming, meredup lalu booming lagi adalah sri rezeki, atau dikenal dengan aglaonema. Tanaman ini bagi penggemarnya dipercaya dapat membawa keberuntungan.

Varian Agloanema

Begitu banyak jenis tanaman sri rezeki ini, baik varian warna maupun bentuk.  

Sri rejeki dengan dominan warna hijau dan putih ada emerald bay, silverquuen, silver king, cutlass. Ada pula paduan pink dan hijau Seperti sri rezeki pride of sumatra  yang berwarna merah terang, cantik menyala, warna merah es  pada permukaan daunnya sedangkan pada  tulang daun yang berwarna merah muda. Terlihat semakin eksotis, ada juga agloanema legacy, yang berwarna pink pada bagian dekat tulang dauntapi tapi tidak seterang warna pride of Sumatra, dan berwarna hijau pada bagian pinggirnya. Terbalik dengan sri rejeki lipstik yang justru hijau pada bagian dekat tulang daun tetapi berwarna merah pada pinggir-pinggir daun. Hampir serupa dengan legacy, tetapi memiliki batang berwarna pink disebut agloanema bidadari.  MAsih serupa dengan legacy  tetapi daunnya cenderung bulat ada yang menyebutknay anjamani.  Jenis sri rezeki lain yang perpaduan pink adan hijau ada lady valentine dan sinar bulan.

Saat ini yang paling dibanggakan teman-teman penggemar sri rezeki adalah red kochin yang dominan merah menyala dan widuri  super white  yang dominan putih bersih.

Saya tidak tahu pasti apakah tanaman ini juga memiliki jenis variegata, seperti yang baru saja kutanam.  Kata Ibuku sih itu jenis "jadi-jadian" karena aslinya jenis sri rejeki stip silver.

Jujur saja saya gak terlalu paham aneka penamaan varieatas yang katanya lebih dari 30 macam ini.  Jika bertandang ke rumah kolega, obrolan  penyebutan nama-nama agloanema ini sering menjadi percakapan bahkan  perdebatan. Sebenarnya cukup lucu jika didengarkan perdebatan mengenai nama-nama ini semua orang jadi ahli botani.  Bahkan kolega yang berlatar belakang biologi atau pertanian pun ikutan pusing berdebat.  Saya sih cukup mendengarkan, karena memang saya bukan pengemar tanaman hias sejati seperti mereka. 

Kalo di rumah sih yang dari dulu tumbuh liar sri rezeki biasa, strip silver. Di rumah kami, sejak dulu punya kebiasaan meletakkan tanaman berdaun seperti sri rezeki dan srigading ini dalam toples kaca berisi air untuk menghias rumah.  Cara paling prkatis untuk menghias rumah dengan modal tak besar. Seringkali juga yang dipergunakan bekas lampu pijar, botol selai, botol madu atau bahkan gelas hadiah belanja. Jika tanaman mengering , cukup ganti saja tanamannya yang tumbuh subur di luar.  Dulu juga sering menghiasinya dengan water beads warna-warni, yang ternyata mempercepat proses kematian tanaman.

Persoalan dalam Perawatan Sri Rezeki

Meski tanaman ini dianggap tanaman yang mudah perawatanannya, tetap juga membutuhkan perhatian, persis kayak hubungan kamu sama dia, he..he.... 

Beberapa  jenis sri rezeki memang sangat sulit berkembang biak, bahkan sering mati, jadi   wajar saja jenis-jenis ini memiliki harga tinggi. 

Kesalahan paling sering adalah tempat dan media tanam. Seringkali dengan maksud agar sri rezeki cepat berkembang, ditanam dengan pot besar dan menggunakan humus agar subur. 

Padahal, agloanema membutuhkan  media tanam percampuran anntara sekam utuh, cocopeat, dan pasir Serta sabut kelapa giling halus, humus, pupuk kandang, dan humus. Tempat penanaman yang terlalu besar juga berisiko pembusukan tanaman. Sebaiknya pergunakan pot sedang saja untuk menanam agloanema.

Penyiraman agloanema juga wajib setiap hari dan jangan basah bener, karena akarnya mudah busuk jika terendam. Tetapi tanaman ini juga tidak tahan kering, yang berisiko tumbuh lambat jika kurang disiram.  Sedang-sedang sajalah.

Ada kalanya kita pengen tanaman ini berdaun subur dengan memberi pupuk. Oh no..no..no... tanaman ini tidak memerlukan banyak pupuk. Jika pun kita ingin memupuknya pergunakan pupuk yang slow respon. atau kita dapat  pergunakan pupuk kompos alami buatan sendiri saja.

Samapi pagi tadi, saat saya belanja di warung, dari obrolan para ibu,  antusias  terhadap tanaman sri rezeki belum memudar.  Tampaknya tanaman ini masih berpeluang  menjadi tren tanaman hias 2021. Setidaknya di kampung tempat saya tinggal,  dengan catatan  hal ini tidak didukung dengan survey  menggunakan metode yang tepat, sehingga kurang dapat dipertanggungjwabkan. Tetapi setidaknya dapat menjadi sebuah hipotesis di awal tahun yang tentu saja pembuktiannya, biarkan waktu yang membuktikan. 

Salah satu dukungan data adalah masih banyak terjadi pencurian tanaman hias jenis ini, menunjukan masih banyak peminat terhadap tanaman ini. ha..ha..ha... Begitulah kira-kira, toh tren di negeri ini tidak semudah menebak isi buah manggis.

Selamat sore, tetap bahagia.

Kompal Kompak (Dok.Kompal)
Kompal Kompak (Dok.Kompal)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun