Palembang tengah musim duren, alangkah sedapnya dodol duren (dodol duren ya, bukan lempok, lempok duren tanpa tepung) Â dengan tepung beras hitam .
Ehm.... Â jajanan tradisional lain seperti nagasari, kue gandus, kue lumpang, lakso, burgo, dan kue lapis beras dengan bahan baku beras hitam akan menambah keunikan rasa tersendiri.Â
Woohooo ..... ngebayanginnya saja so yummy.
Sumatera yang dikenal sebagai Svvarnadvvipa yang secara harfiah dikenal sebagai Pulau Emas, karena kemakmuran sumber daya alam yang ada di dalamnya. Sebagai negeri agraris tentu tidak salahnya mengembangkan potensi sumber daya pangan lokal yang menopang revitalisasi ekonomi masyarakat yang hidup dan berkehidupan di tanah-tanah penyimpan cadangan karbon bumi ini.
Revitalisasi ekonomi masyarakat di desa-desa gambut  sangat diyakini akan mendukung mereka menjaga sumber-sumber kehidupan mereka yang implikasinya bukan hanya buat mereka, tetapi keberlangsungan bumi ini, bukankah terjaminnya sumber pangan dan tetap bertahannya bumi ini sampai kapanpun Itu jauh lebih berharga dari emas?.Â
Jika Ganesha berani mematahkan gadingnya demi dapat menulis pengetahuan, setidaknya kita mencari tahu apa yang kita makan bukan hanya untuk mengenyangkan perut semata. Ada upaya untuk membantu para pejuang pelestasi alam ini  dengan menggunakan produk pangan lokal.
So...kapan nih jalan-jalan ke Palembang, yok kita  ke Desa Air Gading. Mari kita sama-sama selusuri sungai Musi dengan speedboat menuju Pantai Timur, jalan-jalan di Kebun Kopi Liberika dan berwisata naik gajah di sekolah gajah, ngobrol dengan penduduk desa yang selalu ramah dan hangat kala bercengkrama sambil minum seduhan kopi liberika dan aneka panganan produk rawang sambil bergitar nyanyi lagu Gajah nya Tulus.Â
Asyik gak tuh?.
Salam Kompal!
Salam Kompal Selalu.