Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Pangan Hitam dari Tanah Hitam Bumi Ganesha Svarnadvviva

20 Februari 2020   09:34 Diperbarui: 20 Februari 2020   09:54 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olah Gambar Deddy Huang & Ferdinand Mathius

Penyertaan kata gading karena wilayah ini merupakan kawasan yang dulunya  terdapat banyak gajah liar.  Selain itu,  desa ini juga berada di daerah yang banyak air karena berada di tepian Sungai Musi berada di Pantai Timur Sumatra.

 Bicara tentang gajah di Air Gading.  Di tahun 1982,  sangat terkenal Operasi Ganesha, yakni operasi pasukan ABRI selama 2 bulan untuk menghalau gajah liar sampai ke daerah lebung hitam agar tidak merusak kawasan transmigrasi yang baru dibuka.


Setelah gajah liar berada di Lebung Hitam dilakukan penggalian parit, yang bertujuan agar gajah tidak bisa masuk lagi ke wilayah warga.  Parit yang selesai  dibangun pada tahun 1985 sekarang dikenal dengan jalur 21.

Di tepian jalur 21 ini lah dibangun balai konservasi sumber daya alam  dan pusat pelatihan gajah Muara Padang yang berbatasan langsung dengan Desa Air Gading. Bagaimana kisah gajah dan sekolahnya dapat di baca di sini. 

Air Gading yang berada di Pantai Timur Bumi Swarna Dwipa, yang diyakini sebagai kawasan Pelabuhan Masa Srivvijaya, bahkan konon gajah-gajah di kawasan ini sebetulnya adalah gajah keturunan gajah Kedatuan Srivvijaya, yang memang terkenal di setiap suratnya membanggakan negeri yang memiliki seribu gajah termasuk dalam mukadimah surat kepada khalifah Umar bin Abdul Aziz.

Kopi Laut, Produk Rawang Air Gading

Sebagai desa agraris, potensi Desa Air Gading bukan hanya pada eco wisatanya, karena  berbatasan langsung dengan Sekolah Gajah itu. 

Adalah sebuah potensi terpendam dari tanah hitam Desa Air Gading.

Sumber : Jelajah Kopi Nusantara Kompas
Sumber : Jelajah Kopi Nusantara Kompas
Jika selama ini, dunia mengenal 2 jenis kopi yang biasanya ditanam di dataran tinggi yakni Robusta dan Arabika. Kedua jenis kopi ini di Sumsel ditanam di wilayah Bukit Barisan, kopi sumsel yang paling terkenal adalah Kopi Semende.

Namun, ada satu jenis kopi lagi yang tumbuh dengan subur di dataran rendah, yakni Liberica.  Di Wilayah Transmigrasi Pantai Timur Sumsel yang mayoritas rawa,  kopi liberica pada awalnya merupakan tanaman tumpang sari, tanaman alternatif. Bahkan ada yang mengatakan awalnya ditanam di beberapa wilayah "tanggul angin".

Tanggul angin adalah tanah-tanah yang dikosongkan tanpa kepemilikan sengaja untk ditanami tanaman yang bertujuan agar angin kencang dari laut tidak sampai merusak tanaman palawija dan padi yang menjadi tanaman pokok kala itu  ataupun sebagai "pagar kebun" palawija.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun