Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Menikmati Nanas Lokal, Cara Bahagia Lestarikan Hutan

6 April 2019   21:42 Diperbarui: 7 April 2019   01:32 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buah Potong (IG:Kartikalestari.Kariono)

https://www.kompasiana.com/kartika.l.kariono/5ca8e7f295760e60a2251e74/lestari-hutan-bukan-cawa-bagi-warga-url-dan-irlSiapa sih yang tidak suka kue nastar?.  Kue kering yang katanya peninggalan kolonial ini.  Karena asal katanya adalah ananas (nanas) dan taart (kue).  Kue ini seperti wajib ada di 4 lebaran besar yang dirayakan di Palembang, Lebaran Idul Fitri, lebaran haji, lebaran Natal dan lebaran Cino (Sin Xia /Tahun Baru Imlek).

Membuat nastar sendiri (Dok.Pribadi)
Membuat nastar sendiri (Dok.Pribadi)
Setidaknya kebiasaan penyebutan di hari raya di kampungku seperti itu, semua disebut lebaran.

Meski masing-masing lebaran ada makanan khas yang dihidangkan tetapi pada umumnya nastar seolah hidangan wajib di atas meja.

Soal rasa tergantung dengan kualitas bahan baku pada tepung dan butternya, atau tempat membelinya dimana. Tergantung selera.

Bentuk nastar juga sudah berbagai macam, bahkan di lebaran Cino kemarin bentuk babi yang melambangkan tahun ini adalah tahun babi sempat menjadi trend.

Salah satu penentu enak atau tidaknya nastar tentu isiannya berupa selai nanas.

Sebagian menyukai selai dengan campuran kayu manis sebagai pengharum. Selera saya yang hanya gula dan nanas. Aroma kayu manis menutupi aroma khasnya, itu menurut saya loh.

Kue nastar dengan adonan yang pas membuat kuenya yang meleleh di mulut dan meninggalkan rasa manis asam selai nanasnya.

Rasa manis asam yang pas tentu rasa yang paling ideal, meski hal itu tergantung selera penikmatnya juga. Tetapi kalian tahu kan rasanya jika makan nastar yang selainya terlalu manis atau terlalu asam.

Nggak banget kan?.

Selain nastar di Palembang juga mengenal "Lapis Nanas" untuk hidangan 4 lebaran, ini salah satu favoritku. Bisa bayangkan bolu lapis yang berselang seling bolu dan lapis nanas. So yummy, kalo gak ingat kapasitas perut dan akan mengunjungi rumah lain, bisa gak berhenti menikmatinya.

Manfaat Nanas bagi Kesehatan

Nikmati rujak disiang hari, seger!! (Dok.Pribadi)
Nikmati rujak disiang hari, seger!! (Dok.Pribadi)
Banyak kaum perempuan takut menikmati nanas, karena kuatir menyebabkan keputihan dan meningkatkan asam lambung. Hingga saat ini belum ada penelitian yang membenarkan bahwa nanas penyevab keputihan karena pada dasarnya penyebab keputihan adalah jamur dan bakteri. Jika meningkatkan asam lambung memang ada kemungkinan tentu kita sendiri yang harus tahu kemampuan tubuh masing-masing mentoleransi zat yang terkandung di makanan, pada prinsipnya jangan berlebihan.

Nanas mengandung serat, vitamin C dan mineral seperti mangan yang sangat baik untuk memperkuat daya tahan tubuh, berfungsi sebagai antioksidan serta kandungan kalium di dalamnya diyakini dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskular dan potassium yang dapat menurunkan tekanan darah, serta banyak manfaat lainnya.

Nanas Palembang dan Produk Olahannnya
Nanas Palembang memang terkenal sebagai nanas yang manis dengan air yang dibanding nanas daerah lain. Salah satu rekan saya yang berasal dari Pangkalan Brandan, Aceh malah pernah bertanya, "Bagaimana resep es Palembang?"

Saya sempat bingung karena saya kira es khas Palembang adalah es kacang merah. Tetapi ia cerita bahwa es Palembang yang dimaksud adalah es dengan bahan campuran utama nanas.

Berbagai macam cara menikmati nanas, baik secara langsung ataupun diolah dulu. Nanas sangat sedap dijadikan campuran rujak, asinan ataupun salad.

Nanas sebagai penyedap pindang (Dok.Pribadi)
Nanas sebagai penyedap pindang (Dok.Pribadi)
Di Palembang, nanas juga dikenal sebagai penyedap masakan pindang dan opor ayam. Nasi minyak (sejenis nasi kebuli) tidak lengkap rasanya tanpa sambal nanas.

Demikian juga olahan nanas sebagai sirup ataupun campuran es buah dan sop buah, baik sebagai nanas segar ataupun direbus dengan gula dan kayu manis di Palembang disebut "Luwo".

Selena, selai nanas produk desa Nusantara (Dok.Pribadi)
Selena, selai nanas produk desa Nusantara (Dok.Pribadi)
Olahan nanas yang paling disukai banyak orang adalah manisan nanas, selai nanas, juga ada dodol nanas.

Selai nanas dan sambal nanas tabur (Dok.Rawang)
Selai nanas dan sambal nanas tabur (Dok.Rawang)
Pengolahan hasil pertanian untuk pengawetan nanas adalah keripik nanas. Makanan ini paling cocok dinikmati oleh penggemar nanas tanpa zat tambahan baik gula maupun pewarna, meski disebut keripik, pengolahannya bukan digoreng namun di dehidrated. Mantap sekali buat yang sedang diet rendah gula dan rendah lemak.

Keripik nanas (Dok.Rawang)
Keripik nanas (Dok.Rawang)
Nanas, Tanaman Sela Wanatani
Sebenarnya Palembang "hanya" menang nama. Karena Nanas Palembang yang dimaksud adalah kota Prabumulih, jika berkunjung ke kota itu kita disambut tugu berbentuk nanas besar dan sepanjang jalan akan berjejer penjual nanas.

Tetapi nanas tidak hanya terdapat di Prabumulih, karena tanaman nanas dimanfaatkan sebagai tanaman sela agroforestry yang cocok ditanam di lahan/hutan gambut , termasuk untuk lahan-lahan gambut eks peristiwa kebakaran tahun 2015 yang lalu, ataupun ataupun masyakat sekitar hutan wilayah pesisir pantai timur Sumatera.

Tanaman nanas tidak membutuhkan pengolahan khusus, dapat disesuaikan pada semua  jenis lahan termasuk  dengan Pengelolaan Hutan Tanpa Bakar (PLTB) dan tidak merusak struktur tanah gambut yang unik.

Pemanfaaatan nanas sebagai tanaman sela ini diharapkan dapat mendongkrak pendapatan petani di sekitar hutan dan lahan gambut sekaligus mendorong mereka untuk menjaga kelestarian hutan dari ancaman deforestasi, terutama kebakaran hutan dan lahan yang selalu menjadi momok paling mengerikan bagi masyarakat Sumsel.

Apalagi tahun 2019 ini diperkirakan kemarau akan lebih panjang dengan adanya dampak badai el nino.

Efek ancaman kebakaran hutan dan lahan paling mengerikan bagi masyarakat sumatera selatan adalah bencana kabut asap, yang bukan hanya berefek pada kesehatan langsung seperti ispa, bahkan telah ada penelitian bahwa kabut asap pun menjadi penyebab stunting untuk bayi yang lahir di tahun 1997, kita semua tahu bahwa stunting adalah problem yang masih menjadi persoalan besar bukan hanya berpengaruh pada pertumbuhan fisik juga sangat berpengaruh pada pertumbuhan otak dan kecerdasan.

Belum hilang dari ingatan kita bagaimana bencana kabut asap sangat berpengaruh pada kondisi sosial perekonomian yang bukan hanya menimpa bangsa Indonesia, tetapi hingga negeri tetangga di kawasan ASEAN.

Belum lagi kerugian pelepasan karbon yang semakin menaikkan emisi gas rumah kaca (grk) yang dapat semakin meningkatkan ancaman perubahan iklim (climate change) akibat pemanasan global (global warming).

Tantangan dan Potensi Pengembangan Nanas sebagai Agroforestry
Dengan begitu banyaknya manfaat nanas serta pemanfaatan buah nanas sebagai kekayaan kuliner Indonesia belum menunjukkan pemanfaatan yang optimal. Pemanfaatan nanas lebih condong untuk pemanfaaatan buah segarnya.

Padahal masih begitu banyak potensi pemanfaatan nanas. Salah satunya memanfaatkan daun nanas sebagai bahan baku serat alami untuk ecofashion, sebagaimana yang dipaparkan oleh Ibu Murni Titi Resdiana dari Kantor Utusan Khusus Presiden bidang Pengendalian Perubahan Iklim pada acara forestalk with blogger di Palembang pada hari sabtu, tanggal 23 Maret 2019 yang lalu menjelaskan bagaimana pengembangan ekonomi kreatif berbasis kehutanan.  Persoalan utama adalah transfer knowledge dalam pengelolaan baik untuk produksi maupun marketingnya. 

Cerita lengkapnya dapat dibaca di sini

Contoh pemanfaatan nanas sebagai ecoproduct  yang telah saya temui di Sumsel adalah "Selena" selai nanas produksi petani perempuan desa Nusantara.  Selain itu, saat ini dikembangkan socioprenuer produksi  beragam produk kuliner oleh seniman pangan Sumsel dengan merk "rawang", adalah mengelola nanas menjadi selai nanas, selai nanas kelapa, keripik nanas dan yang menggoda adalah produk sambal nanas tabur.

Baca juga :  Ngemil produk rawang, Ikut Kontribusi Selamatkan Rawa Gambut Sumsel

Masalah lain yang dialami oleh sosiopreneur adalah pemasaran. Boleh jadi media promosi gratis melalui media sosial tetapi sasaran pemasaran yang masih langka.

Sustainable living ataupun eco lifestyle belum menjadi trend keluarga di Indonesia, ditambah kendala persaingan harga dengan produk massal. Karena memang produk ini masih home industry dan masih skala usaha kecil mikro dan kecil menengah (UMKM).

Pemanfaatan kuliner ataupun yang mengutamakan produk-produk  keberlanjutan lingkungan yang berbasis masyarakat belum menjadi pilihan utama, bahkan boleh dikatakan sama sekali belum menjadi awareness bersama di masyarakat Indonesia.

Jangankan untuk memilih produk demikian, terkadang masyarakat lebih memilih buah impor dibandingkan buah lokal.

Padahal jika dilihat dari kandungan nutrisi buah tropis jauh lebih baik, belum lagi risiko pengawet yang bagi orang tertentu dapat memunculkan reaksi alergi. Apalagi jika kita perbandingkan jejak karbon yang ditinggalkan oleh distribusi buah impor dibandingkan dengan buah lokal. Mebuat kita perlu mempertimbangkan produk yang kita konsumsi.

Tentulah ini tidak berbatas pada buah nanas, banyak pilihan buah lokal yang dapat kita nikmati setiap hari seperti pepaya dan semangka, juga buah naga yang sekarang banyak diproduksi di berbagai penjuru nusantara termasuk gambut dan sekitar hutan Sumsel.

Banyak buah musiman yang selalu kita rindukan sebut saja durian, duku, manggis, aneka mangga dan sebangsanya seperti embem, kueni, kasturi dan kemang (duh...elap iler), rambutan dan banyak lagi buah tropis bahkan mungkin banyak yang tidak pernah kamu sadari keberadaannya karena mulai langka, yang dihasilkan oleh masyarakat sekitar hutan yang dapat kamu eksplorasi.

Menikmati aneka buah lokal akan menjadi petualangan bukan hanya pada rasa, tetapi juga pada pengalaman karsa dan cipta dalam sensasi mengolah dan memanfaatkannya.

Sebuah pepatah "Kamu, adalah apa yang kamu makan" dan "piringmu adalah cerminan dirimu" dapat dijadikan sebuah motivasi memandang makan bukan hanya untuk memanjakan lidah mengenyangkan perut, tetapi dapat bermakna sebagai wujud cara sederhana mencapai bahagia. Boleh jadi banyak pihak akan menyatakan bahagia itu subjektif sekali, pada perasaan.

Tetapi, dalam Sustainable Development Goals Piramid ada 3 dimensi kebahagiaan, bagaimana hubunganmu dengan keluarga, dengan lingkungan dan dengan Tuhanmu, dan secara sederhana dapat diukur pada pola makan kita. 

Kita ambil contoh sederhana, coba pikirkan lagi (Rethink), dengan menikmati nanas (yang dapat diolah menjadi berbagai panganan itu dalam rasa, karsa dan ciptamu) apalagi bersama yang kamu cintai sambil berbagi dengan sekitarmu menunjukkan rasa syukur dan tanggungjawabmu (responsibility) kepada Tuhanmu.

Memilih buah lokal dengan pertimbangan manfaaat pada kesehatan wujud tanggung jawab pada  keluargamu dan pertimbangan untuk mengurangi jejak karbon dibanding menikmati buah impor belum lagi selain manfaat kesehatan yang didapat langsung, termasuk membantu perekonomian masyarakat sekitar hutan yang memproduksinya sebagai wujud nyata penyeimbanganmu dengan lingkunganmu.

Bukankah itu suatu  bentuk kebahagiaan yang sulit dibantah?

Ikut menjaga keberlanjutan alam itu dapat dimulai dari sebuah langkah kecil yang mungkin tidak berarti apa-apa jika sendiri, tetapi jika ini dilakukan bersama tentu akan memperbesar efeknya.

Tetap lestarikan hutan dengan cara yang membahagiakan.

Salam kompal.

Kompal Kompak (Dok.Kompal)
Kompal Kompak (Dok.Kompal)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun