Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ngemil Produk Rawang, ikut Kontribusi Selamatkan Gambut Sumsel

8 Desember 2018   22:07 Diperbarui: 9 Desember 2018   06:01 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ngemil dan Ngopi sehat dengan Produk Rawang (Dok. Rawang)

Lahan gambut bagi Indonesia memiliki nilai yang sangat penting karena mampu menyimpan karbon 20 kali lipat lebih banyak dibandingkan hutan hujan tropis biasa atau tanah yang bermineral, dan 90% diantaranya disimpan di dalam tanah. Lahan gambut bisa melepaskan karbon selama bertahun-tahun jika pepohonan di atasnya ditebang, dan mengakibatkan perubahan tatanan tanah gambut atau jika dibakar.

Indonesia saat ini memiliki kawasan lahan gambut tropis terluas di dunia dengan 22 juta hektar yang tersebar di Kalimantan, Papua yang memiliki sepertiga lahan gambut di Indonesia dan Sumatera.

Lahan gambut Indonesia memiliki nilai penting bagi dunia, karena menyimpan setidaknya 57 miliar ton karbon, membuat kawasan ini sebagai salah satu kawasan utama penyimpan karbon dunia. Surga karbon lahan gambut Indonesia, hanya mampu ditandingi oleh hutan hujan di Amazon yang menyimpan 86 miliar ton karbon. 

Peran Penting Karbon Indonesia, salah satunya adalah mencegah emisi lebih lanjut agar suhu Bumi tidak naik hingga 2 derajat Celcius. Untuk mencegah kenaikan suhu ini, manusia di Bumi tidak bisa melepas emisi lebih dari 600 miliar ton karbon dioksida antara saat ini hingga 2050 mendatang. 

Lahan gambut Indonesia sendiri, jika lepas secara keseluruhan ke atmosfer, maka akan melepas sepertiga cadangan karbon yang ada. Kerusakan ekosistem gambut pada umumnya terjadi karena pembukaan dan pengeringan gambut. Akibatnya, lahan dan rawa gambut menjadi rentan terbakar.

Pada tahun 2015 saja , kebakaran gambut mencapai 875 ribu hektar. Jumlah ini kurang lebih 33% dari luas seluruh areal hutan dan lahan yang terbakar yang menyebabkan bencana kabut asap yang dialami Indonesia yang sempat membuat kalang-kabut negera tetangga serta memunculkan kerugian besar baik dari segi perekonomian, pendidikan dan kesehatan.

Sementara itu, ada sekitar 2,8 juta hektar kubah gambut yang telah dibuka dengan kanal-kanal buatan. Areal gambut tipis kurang dari tiga meter dan tidak berkubah namun juga telah mengalami pembukaan mencapai 3,1 juta hektar. Di luar itu masih ada 6,2 juta hektar kubah gambut yang masih baik, karenanya perlu dilindungi.

Selama ini pengelolaan lahan gambut adalah dengan pembakaran pada musim kemarau dengan tujuan menetralisir keasaman dan menyuburkan lahan dan menebarkan benih di musim hujan. Di Sumatera Selatan tradisi turun temurun ini disebut sonor.

Berbeda dengan masa lampau yang tingkat kebasahan lahan gambut dan hutan alami masih terjaga. Saat ini akibat ulah campur tangan manusia termasuk pola perkebunan monokultur dengan pola-pola pengeringan gambut, pola sonor tidak dapat lagi dilakukan, karena tingkat risiko yang sangat tinggi mudah terbakar.

Karena itulah program restorasi gambut dengan selain Rewetting (Pembasahan kembali gambut), Revegetation (Revegetasi), juga melakukan Revitalization of local livehood (Revitalisasi sumber mata pencarian masyarakat), dengan keterlibatan aktif dari masyarakat yang hidup di lahan gambut. 

Menjadi sangat penting untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan sumber mata pencarian alternatif dan berkelanjutan yang ramah gambut naik berbasis lahan,berbasis air dan berbasis jasa lingkungan. Sehingga memunculkan awareness menjaga gambutpun memberi keuntungan bukan hanya pada lingkungan tetapi pada peningkaan perekonomian masyarakat sekitar. 

Salah satu program nyata yang saat ini dijalankan adalah Pertanian Alami dan Tanpa Bakar pada desa-desa peduli gambut (DPG). Tidak hanya sebatas itu,  di  tangan pemuda-pemudi beberapa DPG yang tergabung dalam Seniman Pangan Sumatera Selatan, yang memiliki visi untuk meningkatkan mutu komoditas lahan gambut di Sumatera Selatan.

Dalam pandangan mereka Pangan tidak hanya sebatas untuk bertahan hidup, atau memanjakan lidah dan mengenyangkan perut. Pengolahan dan penyajian makanan dapat menjadi sebuah karya seni bahkan menjadi media untuk berkontribusi dalam penyelamatan lingkungan dan kemanusiaan.

Eh ada loh sambal tempoyak dan sambal nanas tabur (Dok. Rawang)
Eh ada loh sambal tempoyak dan sambal nanas tabur (Dok. Rawang)
Produk pangan hasil karya mereka dikenal dengan nama dagang "Produk Rawang".Rawang sendiri bermakna rawa gambut dalam Bahasa di daerah Sumatera Selatan, sehingga produk yang dikembangkan adalah produk pangan lokal di lahan gambut Sumatera Selatan.

Meski masih dalam skala usaha mikro, tetapi kemampuan mereka dalam pengelolan produk patut diacungi jempol. Dengan bantuan Sekolah Seniman Pangan dan Badan Restorasi Gambut (BRG)dalam pengembangan kapasitas. Dengan keahlian pengolahan pangan layaknya sebuah karya seni  para pemuda desa gambut (DPG)Sumsel mengembangkan komoditas gambut Sumsel menjadi produk pangan unik, dengan kemasan menarik dan modern.

Seperti Sambal nanas dan sambal tempoyak yang merupakan makanan khas masyarakat Sumatera Selatan, biasanya dihidangkan secara segar. Namun , dengan pengolahan unik khas seniman pangan, produk ini sekarang dapat dinikmati secara praktis dengan tetap terjamin ketahanan produk, tanpa tambahan zat pengawet. Paling penting semua produk diolah secara higinis dan tanpa tambahan perisa makanan dan pewarna sistetis.

Bahan bakunya mengutamakan produk dari lahan-lahan pertanian alami dan tanpa bakar DPG Sumsel dalam bentuk sambal nanas tabur dan sambal tempoyak tabur. Soal rasa, tidak kalah kok dengan sambal nanas dan sambal tempoyak segar.

Selain sambal tabur, rawang pun menyediakan produk dari berbagai DPG seperti  kopi liberika (Kopi yang tumbuh di rawa), Beras Rawa, baik meras putih maupun beras merah, bahkan ada yang disertai dengan bumbu nasi goreng , selai itu juga ada  Tepung Beras rawa,  Keripik Kelapa, Keripik Nanas Gambut, Selai Nanas Gambut dan Selai Nanas Kelapa.

Beras Rawang (Dok. Rawang)
Beras Rawang (Dok. Rawang)
Penggemar rasa asam manis alami nanas akan sangat menyukai keripik nanas, karena keripik nanas ini bukan difried ataupun dioven, tetapi di dehidrated sehingga rasa segar alami nanasnya tetap terjaga, juga kalorinya tetap terjaga karena tidak digoreng bahkan ditambah gula.

Bagi yang menjalankan diet keto, paling berat adalah meninggalkan kebiasaan ngemil. Karena sedikit sekali pilihan cemilan yang minim karbo selain kacang-kacangan. Ada alternatif baru nih yakni keripik kelapa, rasa gurih renyah seperti keripik pada umumnya tetapi berbahan baku murni kelapa.  Rasanya bikin nagih, tersedia juga yang rasa pedas dan berasa nanas, dengan penambah rasa alami.

Produk ini memang masih terbatas, karena diproduksi oleh usaha mikro DPG Sumsel namun telah menyebar ke seluruh Nusantara oleh rekan-rekan yang mengenal produk ini baik dari media sosial ataupun pameran produk di berbagai event.

Jasa pengiriman yang dipercaya oleh Rawang Commodity adalah JNE, karena JNE adalah jasa kurir terpercaya dengan jangkauan sangat luas, cepat,aman dan terpercaya dengan fasilitas trackingnya yang user friendly, baik melalui aplikasi My JNE atau melalui website www.jne.co.id.

Selain itu ada fasilitas pick up point yang sangat memudahkan pelaku UMKM seperti Seniman Pangan Sumsel ini tanpa harus direpotkan dengan mendatangi gerai JNE, paket akan dijemput oleh petugas JNE. Selain itu, tersedia pula gerai yang buka 24 jam di Palembang,sehingga bisa kapan saja paket dikirim, dengan pilihan servicedelivery yang diseuaikan dengan kebutuhan dan anggaran pengiriman tentunya.Selain itu, di JNE juga ada JNE Loyalty Card (JNC) loh, yang poinnya dapat ditukar dengan reward. Keuntungan tersendiri nih bagi UMKM seperti Seniman Pangan Sumsel.

Ah, tidak salah memang JNE 28 Tahun mengantarkan kebahagiaan,  kebahagiaan bagi konsumen produk rawang, kapan lagi bisa ngemil sambil berkontribusi pada penyelamatan lahan gambut dan kemanusiaan?.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun