Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Ketika Demo Membakar Tol, Macet Bisa Membakar Kesabaran Warga!

26 September 2025   18:22 Diperbarui: 26 September 2025   18:32 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerusakan Gerbang Tol Dalam Kota imbas demo 29 Agustus 2025(DOK. JASA MARGA)

Pertanyaan penting: siapa sebenarnya yang mendapat manfaat dari pembakaran gerbang tol pada 29 Agustus 2025? Apakah aspirasi tersampaikan lebih jelas, atau justru semakin kabur?

Yang jelas, kerugian ditanggung oleh publik luas. Negara harus mengeluarkan biaya besar untuk perbaikan. Warga kehilangan waktu, tenaga, dan kenyamanan. Dunia usaha merugi karena distribusi terhambat.

Sedangkan pihak yang melakukan pembakaran, alih-alih mendapat simpati, justru menghadapi potensi kriminalisasi dan stigma sosial. Kerugian jauh lebih besar daripada keuntungan.

5. Jalan Tengah: Aspirasi Tanpa Destruksi

Kondisi kemacetan di Jalan Letjen S. Parman, Slipi, Jakarta Pusat, Rabu (24/9/2025) malam.(KOMPAS.com) 
Kondisi kemacetan di Jalan Letjen S. Parman, Slipi, Jakarta Pusat, Rabu (24/9/2025) malam.(KOMPAS.com) 

Sejarah mencatat, protes damai kerap lebih efektif daripada aksi destruktif. Gandhi dengan satyagraha-nya, Martin Luther King dengan “peaceful protest”, memberi teladan bagaimana aspirasi tetap bisa mengguncang kekuasaan tanpa harus merusak.

Di Indonesia, ruang demokrasi terbuka lebar. Jalur hukum, diskusi publik, hingga media sosial dapat menjadi wadah penyaluran aspirasi yang jauh lebih konstruktif. Yang dibutuhkan adalah konsistensi dan strategi komunikasi yang efektif.

Demo yang cerdas adalah demo yang membuat lawan bicara terpojok oleh argumen, bukan demo yang membuat rakyat jelata terpojok oleh asap dan kemacetan.

Refleksi atas Harga Sebuah Aksi

Kasus pembakaran gerbang tol pada 29 Agustus 2025 adalah cermin bagaimana kemarahan bisa mengaburkan rasionalitas. Aspirasi yang sah menjadi kehilangan legitimasi ketika disampaikan dengan cara destruktif.

Kita semua sepakat, menyuarakan pendapat adalah hak, tetapi mengorbankan warga lain adalah kesalahan. Seperti kata Nelson Mandela, “Kebebasan sejati tidak hanya berarti bebas dari rantai, tetapi juga hidup dengan cara yang menghormati dan meningkatkan kebebasan orang lain.” Wallahu a'lam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun