Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Ketika Demo Membakar Tol, Macet Bisa Membakar Kesabaran Warga!

26 September 2025   18:22 Diperbarui: 26 September 2025   18:32 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerusakan Gerbang Tol Dalam Kota imbas demo 29 Agustus 2025(DOK. JASA MARGA)

Sayangnya, kesadaran ini kerap kalah oleh emosi. Aksi protes yang semestinya mengusung argumen justru dikuasai oleh simbol-simbol destruktif yang meninggalkan jejak panjang bagi masyarakat.

2. Gerbang Tol: Infrastruktur Vital, Bukan Sekadar Beton

Peristiwa 29 Agustus 2025 menunjukkan betapa rapuhnya fasilitas publik di hadapan amarah massa. Gerbang tol bukan sekadar bangunan. Ia adalah simpul pergerakan jutaan warga yang menggantungkan hidup pada kelancaran transportasi.

Pembakaran fasilitas ini berarti memutus urat nadi ekonomi secara langsung. Setiap menit kemacetan berarti kerugian nyata. Truk logistik terlambat mengirim barang, pekerja kehilangan jam produktif, bahkan pasien yang sedang menuju rumah sakit bisa terjebak di tengah antrean. Dampak riilnya jauh lebih besar daripada yang terlihat.

Di sinilah letak ironinya. Infrastruktur yang dibangun dengan dana rakyat justru dihancurkan oleh amarah sebagian rakyat sendiri. Seakan-akan perjuangan kehilangan pijakan rasional.

3. Kemacetan: Luka Sosial yang Tak Terlihat

Kemacetan parah di Jalan Letjen S Parman, Slipi menuju Semanggi, Rabu (24/9/2025)(Kompas.com/Ridho Danu Prasetyo )
Kemacetan parah di Jalan Letjen S Parman, Slipi menuju Semanggi, Rabu (24/9/2025)(Kompas.com/Ridho Danu Prasetyo )

Macet bukan sekadar antrean panjang kendaraan. Ia menyulut frustrasi, menggerus kesabaran, dan merusak kualitas hidup warga. Dalam kasus demo pembakaran tol, macet menjadi dampak paling nyata dan menyiksa.

Warga yang hanya ingin pulang ke rumah atau bekerja harus rela terjebak berjam-jam. Kesabaran habis, energi terkuras, bahkan emosi mudah tersulut. Kemacetan akhirnya menjadi luka sosial yang menular ke ruang-ruang domestik dan relasi antarwarga.

Dalam jangka panjang, kondisi seperti ini bisa menumbuhkan ketidakpercayaan publik terhadap aksi-aksi protes. Alih-alih mendapat simpati, gerakan massa justru dianggap mengganggu keseharian rakyat.

4. Siapa yang Untung, Siapa yang Rugi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun