Ketika Demo Menjadi Sorotan Media Asing, Apa Jadinya?
"Keadilan tidak boleh berhenti di mulut, ia harus hidup di hati dan perbuatan."
Oleh Karnita
Pendahuluan
Mengapa sebuah peristiwa bisa menggetarkan hati bangsa sekaligus menarik sorotan dunia? Pertanyaan itu muncul ketika Kompas.com pada 30 Agustus 2025 menurunkan laporan berjudul “Media Asing Soroti Demo di Indonesia: Singgung Tunjangan DPR dan Kematian Tragis Affan”. Berita tersebut menghadirkan gambaran tentang bagaimana duka rakyat Indonesia kini juga menjadi perhatian internasional.
Situasi yang dilaporkan bukan sekadar aksi jalanan, melainkan potret keresahan sosial yang berakar panjang. Seorang pengemudi ojek online, Affan Kurniawan, meninggal tragis setelah dilindas kendaraan taktis Brimob saat demonstrasi pada 28 Agustus 2025. Tragedi ini meluas menjadi gelombang protes menolak ketidakadilan sosial, termasuk isu tunjangan DPR yang dianggap mencederai rasa keadilan publik.
Alasan penulis tertarik mengangkat isu ini sederhana namun mendalam: peristiwa ini menyentuh nadi demokrasi kita. Ketika media asing seperti Reuters, BBC, Al Jazeera, dan AFP ikut menyoroti, artinya dunia sedang mengamati perjalanan bangsa ini dalam mengelola krisis. Relevansinya bagi kita sangat jelas: bagaimana pemerintah, rakyat, dan pemimpin bisa belajar menjaga martabat demokrasi tanpa menambah luka.
1. Reuters: Politik, Ekonomi, dan Hilangnya Rasa Percaya
Reuters menulis demonstrasi ini sebagai “ujian politik pertama Presiden Prabowo”. Catatan tersebut bukan sekadar headline, melainkan alarm bahwa kepercayaan publik menjadi taruhan besar. Rupiah melemah, indeks saham anjlok, dan kepercayaan investor terguncang hanya dalam hitungan hari.
Fenomena ini menunjukkan bahwa politik tak bisa dipisahkan dari ekonomi, dan sebaliknya. Hilangnya empati aparat dalam tragedi Affan memperburuk sentimen, menjadikan rakyat dan pasar sama-sama kehilangan rasa aman. Kritik ini menyiratkan pesan: kepercayaan publik lebih berharga daripada stabilitas semu.