Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Haji dan Kesehatan Jamaah: Tamparan untuk Indonesia

23 Agustus 2025   22:03 Diperbarui: 24 Agustus 2025   10:11 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arab Saudi Tegur Indonesia, Banyak Jamaah Tewas karena Masalah Kesehatan. /pixabay.com

Haji dan Kesehatan Jamaah: Tamparan untuk Indonesia

"Ibadah suci menuntut fisik yang kuat, bukan sekadar niat yang bulat."

Oleh Karnita

Langit Jakarta sore itu mendung ketika kabar mengejutkan datang pada Sabtu, 23 Agustus 2025. Pikiran Rakyat memuat berita berjudul "Arab Saudi Tegur Indonesia, Banyak Jamaah Tewas karena Masalah Kesehatan". Kabar ini menyentak publik, sebab menyangkut nyawa jamaah haji asal Indonesia yang wafat dalam jumlah jauh di atas standar toleransi. Berita ini pun segera menjadi perbincangan hangat di ruang publik maupun media sosial.

Teguran itu disampaikan langsung oleh otoritas Arab Saudi kepada pemerintah Indonesia. Angka kematian jamaah mencapai lebih dari 470 orang, padahal standar yang ditolerir hanya sekitar 60 dari total kuota 200 ribu jamaah. Urgensi persoalan ini jelas: menyangkut reputasi Indonesia di mata internasional, serta martabat umat yang berangkat dengan penuh harap. Situasi ini menunjukkan perlunya evaluasi menyeluruh dalam sistem penyelenggaraan ibadah haji.

Sebagai penulis, saya melihat isu ini relevan dengan kondisi kesehatan masyarakat kita secara umum. Banyak lansia, penderita penyakit kronis, bahkan pasien cuci darah masih diberangkatkan. Refleksi atas kasus ini penting, agar haji tetap menjadi ibadah yang mabrur, bukan perjalanan penuh duka. Persoalan ini seharusnya menjadi momentum bagi pemerintah untuk memperketat standar istithaah kesehatan jamaah.

Tamparan Keras dari Saudi

Teguran Arab Saudi ibarat tamparan keras bagi penyelenggara haji Indonesia. Pemerintah Saudi menyoroti tingginya angka kematian jamaah asal Indonesia yang mencapai delapan kali lipat di atas standar toleransi. Teguran ini bukan sekadar administrasi, melainkan pesan serius tentang lemahnya mitigasi kesehatan.

Sorotan paling tajam adalah masih adanya jamaah dengan kondisi medis berat yang tetap diberangkatkan. Hal ini mencerminkan dilema: antara menjaga hak warga untuk berhaji dan memastikan keselamatan nyawa. Kritik publik pun menguat, mempertanyakan bagaimana standar istithaah kesehatan diberlakukan.

Refleksi penting dari teguran ini adalah perlunya keberanian politik dalam mengambil keputusan. Penyelenggara harus berani menolak jamaah yang tidak memenuhi standar medis, meski berisiko menuai protes. Pada akhirnya, keselamatan jamaah jauh lebih penting daripada sekadar mengejar kuota.

Mitigasi Serius yang Terlambat

Wakil Kepala BP Haji, Dahnil Anzar Simanjuntak, menegaskan bahwa mitigasi kesehatan harus dilakukan lebih awal. Pemeriksaan kesehatan seharusnya sudah dimulai setahun sebelum keberangkatan, bukan sekadar formalitas beberapa bulan jelang haji. Pola ini memungkinkan jamaah menyiapkan fisik dan mental dengan lebih baik.

Sayangnya, sistem kesehatan haji kita cenderung reaktif, bukan preventif. Jamaah baru ditangani serius setelah bermasalah di Tanah Suci. Padahal, manasik kesehatan bisa dijadikan kurikulum wajib sejak awal, agar jamaah benar-benar siap menghadapi kondisi ekstrem.

Kritik terhadap pemerintah bukan hanya soal teknis, tetapi juga soal visi jangka panjang. Mitigasi serius artinya membangun roadmap kesehatan haji nasional yang konsisten. Refleksi kita: sudah saatnya haji dipandang bukan hanya perjalanan spiritual, tetapi juga perjalanan medis.

Penyakit Mematikan di Tanah Suci

Jemaah haji Indonesia memadati area mabit di Muzdalifah, Makkah, Arab Saudi, 6 Juni 2025. Antara/Andika Wahyu 
Jemaah haji Indonesia memadati area mabit di Muzdalifah, Makkah, Arab Saudi, 6 Juni 2025. Antara/Andika Wahyu 

Data Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) menunjukkan tiga penyakit utama yang sering diderita jamaah: pneumonia, penyakit jantung, dan diabetes. Ketiga penyakit ini bukan sekadar keluhan ringan, melainkan penyebab utama kematian jamaah, terutama lansia. Tanpa persiapan kesehatan, risiko ini akan selalu berulang setiap musim haji.

Fenomena ini memperlihatkan lemahnya promosi kesehatan haji. Jamaah sering kali memaksakan diri beribadah meski kondisi tubuh tidak lagi mampu. Di titik ini, kesadaran kolektif tentang batas kemampuan tubuh menjadi hal yang sangat penting.

Refleksi atas kenyataan ini mengajarkan bahwa menjaga kesehatan adalah bagian dari ibadah. Kesalehan spiritual harus berjalan seiring dengan tanggung jawab fisik. Mengabaikan kesehatan sama saja dengan mengabaikan amanah hidup yang dianugerahkan Tuhan.

Jalan Panjang Perbaikan

Langkah pemerintah memperluas kerja sama dengan Perhimpunan Dokter Haji Indonesia (Perdokhi) patut diapresiasi. Namun, kerja sama ini harus diikuti dengan kebijakan istithaah yang tegas, ilmiah, dan konsisten. Pemeriksaan kesehatan tidak boleh sekadar menjadi ritual administratif yang mudah ditembus.

Penguatan promosi kesehatan juga penting dilakukan hingga tingkat desa. Jamaah yang masih dalam daftar tunggu harus mulai disiapkan dengan edukasi kesehatan sederhana. Di sinilah peran puskesmas dan rumah sakit daerah menjadi krusial sebagai garda terdepan.

Refleksi ke depan, pembangunan Kampung Haji di Makkah yang digagas pemerintah bisa diarahkan bukan hanya untuk penginapan, tetapi juga pusat layanan kesehatan terpadu. Dengan demikian, nama baik Indonesia tidak lagi tercoreng oleh tingginya angka kematian jamaah.

Penutup

Tragedi wafatnya ratusan jamaah haji Indonesia tahun ini bukan sekadar angka. Ia adalah potret lemahnya sistem kesehatan jamaah yang harus segera dibenahi. Jika tidak, setiap musim haji akan selalu diwarnai tangis keluarga yang ditinggalkan.

Kita harus belajar bahwa ibadah suci menuntut kesiapan total, bukan hanya niat dan biaya. Pemerintah, masyarakat, dan jamaah sendiri harus bersinergi menyiapkan kesehatan sejak dini. Seperti dikatakan Ali bin Abi Thalib: "Tubuhmu adalah tungganganmu, jagalah ia, maka ia akan membawamu menuju tujuan." Wallahu a'lam. 

Disclaimer

Artikel ini merupakan opini penulis yang disusun berdasarkan pemberitaan media kredibel. Tidak dimaksudkan untuk menyinggung pihak mana pun.

Daftar Pustaka:

Pikiran Rakyat. (2025, 23 Agustus). Arab Saudi Tegur Indonesia, Banyak Jamaah Tewas karena Masalah Kesehatan. https://www.pikiran-rakyat.com/news/pr-019594630/arab-saudi-tegur-indonesia-banyak-jamaah-tewas-karena-masalah-kesehatan?page=all

Pikiran Rakyat. (2025, 22 Agustus). 3 Penyakit yang Kerap Diderita Jamaah Haji, Bisa Sebabkan Meninggal!. https://www.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-018133832/3-penyakit-yang-kerap-diderita-jamaah-haji-bisa-sebabkan-meninggal?page=all

Kompas.com. (2025, 15 Juli). Kesehatan Jamaah Haji Jadi Sorotan, Pemerintah Diminta Perketat Istithaah. https://www.kompas.com

Republika. (2025, 10 Juli). Pemeriksaan Kesehatan Haji Harus Lebih Ketat, kata Perdokhi. https://www.republika.co.id

CNN Indonesia. (2025, 25 Agustus). Arab Saudi Tegur Indonesia, Angka Kematian Jamaah Terlalu Tinggi. https://www.cnnindonesia.com

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun