Refleksi yang dapat ditarik adalah pentingnya menjaga keseimbangan antara optimisme dan kehati-hatian. Target ambisius bisa menjadi pemicu semangat, tetapi juga harus ditopang data dan kebijakan yang konsisten. Harapan publik besar, dan kredibilitas pemerintah sangat ditentukan dari implementasi kebijakan yang tepat sasaran.
Asumsi Makro: Antara Prediksi dan Realitas
Asumsi makro RAPBN 2026 mencakup nilai tukar Rp 16.500 per dolar AS, inflasi 2,5 persen, dan harga minyak mentah 70 dolar AS per barel. Proyeksi ini disusun dengan mempertimbangkan kondisi pasar internasional dan tren ekonomi global. Pemerintah tampaknya ingin memberi sinyal stabilitas meski ruang risiko tetap terbuka.
Namun, kritik datang dari kalangan ekonom yang menilai asumsi tersebut bisa terlalu konservatif di satu sisi, namun terlalu optimis di sisi lain. Nilai tukar, misalnya, bisa terguncang bila terjadi ketidakpastian politik global. Begitu pula harga minyak yang rentan terhadap konflik geopolitik.
Refleksi yang muncul adalah bahwa asumsi makro bukan sekadar angka teknis, melainkan instrumen untuk mengarahkan kepercayaan publik dan pelaku usaha. Jika tidak cermat, angka-angka itu bisa menjadi bumerang. Oleh karena itu, transparansi dan komunikasi publik mengenai dasar asumsi perlu terus diperkuat.
Peran Konsumsi, Investasi, dan Ekspor
Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia didorong oleh konsumsi, investasi, dan ekspor. Konsumsi domestik tetap menjadi tulang punggung, dengan dukungan daya beli yang relatif terjaga. Investasi asing juga diharapkan terus mengalir melalui kepastian hukum dan stabilitas politik.
Kinerja ekspor turut menjadi penopang, tercermin dari surplus neraca perdagangan pada semester I 2025 yang naik signifikan. Namun, tantangan tarif impor dari AS bisa mengganggu tren positif ini. Meski demikian, peluang muncul karena negara pesaing justru dikenai tarif lebih tinggi.
Refleksi yang penting adalah perlunya strategi diversifikasi pasar ekspor. Bergantung pada satu negara tujuan berisiko tinggi. Pemerintah harus memperkuat kerjasama dengan mitra dagang baru, serta memperbaiki daya saing produk Indonesia. Tanpa itu, kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi bisa terbatas.
Tantangan Struktural dan Harapan Publik