Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Ketika Rel Bergeser, Siapa yang Terguncang?

1 Agustus 2025   19:52 Diperbarui: 1 Agustus 2025   19:52 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penumpang KA Argo Bromo Anggrek dievakuasi usai anjlok di Stasiun Pegaden Baru, Subang, Jumat (1/8/2025) sore.  (Dok. PRMN)

Ketika Rel Bergeser, Siapa yang Terguncang?
"Rel yang stabil bukan sekadar baja lurus, tapi sistem yang berjalan lurus."

Oleh Karnita

Pendahuluan

Sore yang mestinya tenang di Pagaden Baru, Subang, berubah jadi momen menegangkan. Jumat, 1 Agustus 2025, Pikiran Rakyat merilis laporan bertajuk “Panik! Kondisi Penumpang Usai Kereta Api Bromo Anggrek Anjlok di Pagaden Subang”. Suasana mencekam tergambar dalam foto-foto yang memperlihatkan penumpang turun tergesa dari gerbong yang keluar jalur. KA Argo Bromo Anggrek, yang menghubungkan Surabaya Pasar Turi dan Gambir Jakarta, mengalami anjlokan di jalur utara, mengakibatkan gangguan besar terhadap perjalanan kereta api lainnya.

Penulis terpanggil mengulas insiden ini bukan karena magnitude kecelakaannya, melainkan pesan laten yang terkandung di baliknya: masih rentannya sistem transportasi publik yang kita andalkan tiap hari. Bahwa tidak adanya korban jiwa bukanlah alasan untuk menunda introspeksi. Bagi siapa pun yang pernah menaiki kereta jarak jauh, pengalaman ini menyentuh sisi psikologis paling dalam—rasa percaya.

Di tengah geliat modernisasi dan retorika perbaikan layanan transportasi nasional, anjloknya KA Argo Bromo Anggrek adalah peringatan sunyi namun keras. Bukan hanya tentang teknis perkeretaapian, tetapi juga soal kesiapan respons darurat, komunikasi publik, dan jaminan keselamatan massal. Artikel ini akan membahas lebih dari sekadar berita: refleksi terhadap sistem, tanggung jawab kelembagaan, dan makna keselamatan publik di era infrastruktur masif.

1. Antara Panik dan Respons: Gambaran Awal Insiden

Peristiwa anjloknya KA Argo Bromo Anggrek terjadi sekitar pukul 15.47 WIB, saat kereta memasuki emplasemen Stasiun Pagaden Baru. Meski tidak ada korban jiwa, kepanikan penumpang terlihat jelas. Foto-foto yang tersebar memperlihatkan penumpang turun dengan ekspresi cemas dan bingung, mencerminkan minimnya instruksi yang cepat dan terstruktur.

Situasi ini menyoroti pentingnya sistem komunikasi krisis dalam moda transportasi publik. Apakah para petugas cukup sigap menenangkan penumpang? Apakah ada SOP evakuasi yang berjalan? Sayangnya, laporan tidak banyak menjelaskan respons internal KAI dalam 10 menit pertama insiden—fase krusial dalam mitigasi kepanikan.

Kejadian ini sekaligus memperlihatkan bagaimana keterlibatan warga sekitar menjadi tulang punggung darurat. Mereka ikut membantu proses evakuasi, menegaskan bahwa solidaritas sosial tetap menjadi penopang saat sistem formal gamang.

2. Keselamatan Transportasi: Antara Komitmen dan Realitas

PT KAI dalam pernyataannya menyampaikan permintaan maaf dan janji peningkatan layanan. Namun, permintaan maaf tak akan cukup jika tak disertai transparansi penyebab teknis dan audit keselamatan lintas utara yang terganggu. Ketika rel bergeser, publik berhak tahu apakah faktor cuaca, usia rel, human error, atau sistem kontrol menjadi penyebab utama.

Masalahnya bukan insiden tunggal ini, tetapi akumulasi peristiwa sejenis yang kerap luput dari reformasi mendalam. Insiden di Cirebon 2023 dan Brebes 2024, misalnya, menunjukkan pola berulang: anjlok di lintas utama, gangguan besar, lalu reda tanpa perubahan struktural yang terlihat.

Inilah saatnya membangun narasi keselamatan sebagai nilai utama, bukan sekadar formalitas prosedural. Penumpang bukan hanya pengguna jasa, tetapi warga negara yang menuntut hak atas rasa aman saat berpindah tempat.

3. Infrastruktur Besar, Mentalitas Darurat yang Kecil?

Salah satu sisi menyedihkan dari insiden ini adalah betapa terbatasnya narasi media mengenai kesiapsiagaan petugas. Tidak dijelaskan apakah ada tim medis darurat yang disiagakan, atau posko trauma bagi penumpang yang mengalami tekanan psikologis.

Hal ini memperkuat dugaan bahwa kita membangun infrastruktur besar tanpa membentuk budaya keselamatan yang setara. Mentalitas darurat kita masih reaktif, bukan antisipatif. Padahal, dalam sistem transportasi modern, keselamatan tidak hanya dibuktikan oleh tidak adanya korban, tetapi kesiapan merespons hal tak terduga secara sistemik dan manusiawi.

Refleksi ini mendesak kita bertanya: sudahkah SOP tanggap darurat dilatih secara periodik dan realistis? Ataukah masih sebatas dokumen di laci stasiun dan pelatihan formalitas semata?

4. Komunikasi Krisis: Transparan atau Terlambat?

Salah satu kelemahan krusial dalam insiden ini ialah minimnya kejelasan informasi dari pihak berwenang, bahkan beberapa jam setelah kejadian. Informasi hanya disampaikan lewat humas regional, dengan fokus pada permohonan maaf dan penyediaan bus pengganti. Tidak ada konferensi pers besar, tidak ada update real-time lintas kanal, seolah insiden ini bukan sesuatu yang harus jadi perhatian nasional.

Padahal, komunikasi krisis dalam sektor publik memiliki standar tinggi. Ketika ratusan penumpang terjebak dan ribuan lainnya terkena dampak keterlambatan, publik berhak atas kejelasan, empati, dan rencana tindak lanjut. Ketertutupan hanya memperpanjang spekulasi dan mengikis kepercayaan publik.

KAI dan Kementerian Perhubungan harus mulai menempatkan peristiwa seperti ini dalam standar krisis nasional. Satu kanal informasi yang terverifikasi, cepat, dan konsisten adalah fondasi dari rekonstruksi kepercayaan.

5. Belajar dari Anjlokan: Saatnya Audit Total Jalur Utara

Jalur utara Jawa adalah nadi perkeretaapian nasional. Ketika satu insiden di Subang mampu melumpuhkan puluhan perjalanan, itu bukan hanya soal jalur yang rusak—itu krisis sistemik. Kita butuh audit menyeluruh terhadap lintasan ini, dari infrastruktur fisik, keandalan sinyal, hingga beban lintasan akibat jadwal yang padat.

Belajar dari Jepang dan Jerman, pemeliharaan tidak hanya soal teknis, tapi juga algoritma prediksi keausan dan pola lalu lintas. Indonesia belum berada di sana. Bahkan untuk hal mendasar seperti keterbukaan hasil investigasi insiden, kita masih tertinggal.

Jika kita serius ingin menjadikan kereta api sebagai tulang punggung transportasi nasional, maka jalur utara tidak boleh dibiarkan seperti kabel tua yang ditambal tambal. Ia harus diremajakan, dimodernisasi, dan yang terpenting: diawasi.

Penutup

Insiden anjloknya KA Argo Bromo Anggrek hanyalah gejala dari masalah yang lebih luas: budaya keselamatan yang belum sepenuhnya berakar. Kita boleh bangga pada progres infrastruktur, tetapi kegagalan satu sistem kecil mengingatkan bahwa teknologi tak berarti tanpa etos keselamatan.

Sebagaimana dikatakan oleh Edward Deming, "Tanpa data, Anda hanya seseorang dengan opini." Maka tanpa investigasi terbuka, audit menyeluruh, dan respons publik yang cepat, permintaan maaf hanyalah kata-kata kosong di tengah suara roda yang lepas kendali. Wallahu a'lam

Disclaimer:

Tulisan ini disusun berdasarkan berita yang dimuat Pikiran Rakyat (1 Agustus 2025) serta data publik yang tersedia. Pandangan penulis bersifat reflektif dan bertujuan membangun kesadaran kritis publik terhadap keselamatan transportasi massal.

Daftar Pustaka:

  1. Halim, H. A. (2025, 1 Agustus). Panik! Kondisi Penumpang Usai Kereta Api Bromo Anggrek Anjlok di Pagaden Subang. Pikiran Rakyat. https://www.pikiran-rakyat.com/news/pr-019541208
  2. KAI Daop 3 Cirebon. (2025). Pernyataan Resmi Insiden KA Argo Bromo Anggrek. Diakses dari: https://kai.id
  3. Kompas.com. (2024). Anjloknya KA di Cirebon dan Evaluasi Lintas Utara. https://www.kompas.com/tren/read/2024/06/11/
  4. OECD. (2018). Rail Safety Performance Indicators: An International Review. https://www.oecd.org/transport/safety
  5. Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian. (2007). Jakarta: Kementerian Perhubungan RI.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun