Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Bukan Sekadar Smash dan Dropshot: Ketika Mental Juara Harus Dicetak, Bukan Dicari

23 Juli 2025   14:28 Diperbarui: 23 Juli 2025   14:28 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rehan Naufal Kusharjanto/Gloria Emanuelle Widjaja.* Antara

Rehan Naufal Kusharjanto/Gloria Emanuelle Widjaja.* Antara
Rehan Naufal Kusharjanto/Gloria Emanuelle Widjaja.* Antara

Dari semua fakta di atas, jelas bahwa persoalan prestasi bulu tangkis Indonesia tidak bisa dijawab dengan satu-dua solusi tambal sulam. Butuh evaluasi menyeluruh terhadap ekosistem pembinaan atlet, mulai dari kualitas pelatih, pola latihan, strategi pemulihan, hingga pengelolaan tekanan dan ekspektasi.

PBSI juga perlu meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam menyampaikan program kerja dan hasilnya kepada publik. Apakah ada indikator performa yang diukur tiap semester? Bagaimana kinerja pelatih dievaluasi? Apakah atlet punya ruang memberi masukan terhadap metode pelatihan?

Selain itu, kerja sama dengan pihak eksternal—baik akademisi, ilmuwan olahraga, maupun pelatih asing—perlu dibuka lebih luas agar perspektif yang masuk tidak homogen dan stagnan. Bulu tangkis Indonesia butuh darah baru, dalam makna sesungguhnya dan simbolis.

Penutup: Kebangkitan Itu Dimulai dari Dalam

Bulu tangkis Indonesia tidak sedang kehilangan talenta. Kita punya banyak pemain muda dengan daya juang tinggi, didukung komunitas olahraga yang besar. Namun, seperti dikatakan oleh pelatih Imam Tohari, “Di level Super 750 dan 1000, tidak cukup hanya teknik. Daya tahan dan fokus harus penuh.” Ucapan ini menyiratkan bahwa kemenangan tidak datang dari latihan keras saja, tetapi dari kesiapan total.

Sebagai bangsa yang pernah memetik banyak emas dari cabang ini, kita harus percaya bahwa kebangkitan selalu mungkin. Namun itu hanya akan terwujud bila ada keberanian untuk mengubah cara pandang dan mengakui kelemahan secara jujur. Kemenangan tidak lahir dari zona nyaman, melainkan dari pembaruan yang menyakitkan tapi menyelamatkan.

“Bukan medali yang membuat seorang atlet besar, tapi keberanian untuk bangkit setelah gagal.”

Daftar Pustaka

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun