Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menapak di Ladang Ranjau, Menguak Makna dari Makhluk yang Diremehkan

18 Juli 2025   16:24 Diperbarui: 18 Juli 2025   16:24 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tikus pendeteksi ranjau yang digunakan pembersihan ranjau kemanusiaan, APOPO, di ladang ranjau darat di Siem Reap, Kamboja,  2025. (AP PHOTO/AN

Banyak kelompok di sekitar kita yang sering kali tersisih—baik karena keterbatasan fisik, latar belakang ekonomi, maupun masa lalu mereka. Padahal, dengan pendekatan yang inklusif dan pelatihan yang tepat, mereka dapat menjadi kontributor penting bagi kemajuan. Sama seperti tikus pelacak, mereka membutuhkan ruang untuk tumbuh, bukan stigma untuk dibatasi.

Transformasi sosial yang sejati dimulai dari perubahan cara pandang. Saat kita belajar melihat dengan mata yang lebih bijak—tidak hanya berdasarkan reputasi, tetapi pada kemampuan dan dedikasi—maka bangsa ini akan lebih cepat memaksimalkan seluruh potensi manusianya. Dan dari situlah kekuatan sejati akan lahir.

Pembersihan Sejarah: Dari Simbol ke Sistem

Sejak 1992, lebih dari satu juta ranjau dan jutaan bahan peledak telah dibersihkan dari tanah Kamboja. Proses ini bukan hanya soal keselamatan, melainkan tentang pemulihan martabat. Setiap ranjau yang disingkirkan berarti satu langkah lebih dekat pada ruang hidup yang aman, pada masa depan yang bisa dibangun kembali tanpa rasa takut.

Namun pekerjaan fisik ini juga merepresentasikan kerja batin: membersihkan jejak trauma, mengurai ketegangan sosial, dan merajut kembali kepercayaan. Maka pembersihan ranjau bukan hanya sebuah proyek keamanan, tetapi juga perjalanan menuju rekonsiliasi dan penyembuhan kolektif.

Indonesia dan banyak negara lain dapat belajar dari semangat ini—bahwa untuk memulihkan bangsa, kita tidak hanya memerlukan program-program teknis, tetapi juga kesediaan untuk menghadapi masa lalu, mendengar suara masyarakat, dan membangun sistem yang adil dan berdaya. Kita semua memiliki ladang ranjau kita sendiri—dan membersihkannya butuh keberanian, kolaborasi, dan visi jangka panjang.

Kolaborasi Lintas Spesies, Lintas Sekat Sosial

Program APOPO bukan sekadar kisah tikus dan manusia. Ia adalah cerminan tentang kekuatan kolaborasi lintas batas. Tikus, anjing, dan manusia bekerja dalam harmoni, membentuk jaringan kerja yang saling melengkapi dan memperkuat. Kolaborasi ini menegaskan bahwa keberhasilan besar kadang dimulai dari hubungan yang sederhana namun tulus.

Dalam kehidupan berbangsa, pelajaran ini sangat relevan. Solusi tidak selalu harus datang dari pusat kekuasaan. Justru banyak inisiatif bermakna yang lahir dari komunitas, dari pinggiran, dari orang-orang yang tidak mencari sorotan. Merekalah yang sering kali memiliki kedekatan langsung dengan persoalan dan kepekaan terhadap solusi.

Oleh karena itu, sudah saatnya membuka ruang partisipatif yang lebih luas, mendorong keterlibatan lintas profesi, lintas generasi, dan lintas latar belakang. Di tengah dunia yang saling terhubung, kolaborasi adalah jembatan menuju solusi berkelanjutan. Kita semua bagian dari jejaring itu—dan masing-masing memiliki peran yang tak tergantikan.

Mott Sreymom (34), staf dari organisasi pembersihan ranjau kemanusiaan APOPO, mengoleskan tabir surya pada tikus pembersih ranjau (Kompas.co.id) 
Mott Sreymom (34), staf dari organisasi pembersihan ranjau kemanusiaan APOPO, mengoleskan tabir surya pada tikus pembersih ranjau (Kompas.co.id) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun