2. Dampak Tragis Microsleep: Satu Kedipan Bisa Jadi Akhir
Dampak dari microsleep bisa sangat fatal. Ketika sopir kehilangan kesadaran bahkan hanya 3–5 detik, kendaraan bisa melaju tanpa kendali sejauh puluhan meter. Artikel Pikiran Rakyat menyoroti kemungkinan tabrakan dengan truk, pembatas jalan, atau bahkan kendaraan lain yang bisa memicu kecelakaan beruntun.
Fenomena ini menunjukkan bahwa microsleep bukan sekadar gangguan fisik, tetapi krisis sistemik dalam budaya berkendara kita. Banyak pengemudi tidak paham bahwa kantuk yang mereka lawan dengan kopi atau musik keras tidak menyelesaikan akar masalah.
Solusi jangka pendek bisa berupa alarm deteksi mata pada kendaraan dan penegakan regulasi wajib istirahat. Tapi solusi sejatinya adalah budaya berkendara yang mengutamakan kesadaran tubuh, bukan mengejar waktu tempuh.
3. Tanda-Tanda yang Terabaikan: Tubuh Sebenarnya Sudah Memberi Sinyal
Microsleep bukan tanpa gejala. Kelopak mata berat, sering menguap, kesulitan fokus, atau tiba-tiba kehilangan kesadaran akan waktu adalah sinyal tubuh yang kerap diabaikan. Artikel ini mengingatkan bahwa tubuh selalu memberi peringatan—masalahnya adalah kita tak mendengarnya.
Kritiknya: gejala microsleep sering kali dimaklumi oleh pengemudi, bahkan dijadikan alasan untuk tetap memaksa berkendara dengan dalih 'sudah terbiasa'. Budaya ini sangat berisiko, terutama pada sopir angkutan umum.
Solusinya adalah penyuluhan aktif kepada komunitas pengemudi—melalui terminal, SPBU, hingga media sosial—tentang gejala awal microsleep dan tindakan cepat seperti berhenti sejenak, minum air, atau istirahat 15 menit.
4. Tindakan Darurat: Saat Kantuk Tak Lagi Bisa Ditahan
Ketika rasa kantuk menyerang, tindakan preventif harus segera dilakukan. Artikel Pikiran Rakyat menyarankan peregangan, berjalan kaki singkat, tidur 15–30 menit, atau mengganti pengemudi. Ini bukan kelemahan, tetapi langkah menyelamatkan nyawa.
Masalahnya, tidak semua pengemudi punya fleksibilitas untuk berhenti. Banyak merasa tertekan oleh waktu, cuaca, atau target perusahaan. Di sinilah sistem transportasi kita perlu dibenahi agar memberi ruang aman bagi jeda.