Jalanan Berliku, Tanggung Jawab Tak Pernah Putus
Dalam setiap putaran roda dan rem yang dijaga sepenuh sadar, ada sesuatu yang tak tertuliskan di buku manual kendaraan—yaitu beban batin dan tanggung jawab yang diam-diam tumbuh menjadi keikhlasan. Mungkin hanya puisi yang sanggup merangkumnya, meski dalam kata-kata yang paling sederhana.
 Di balik kemudi, aku diam
 tak hanya membawa roda dan waktu,
 tapi juga salam rindu yang jauh,
 lengan nasib yang tertidur pulas,
 dan doa yang tak pernah pulang lebih dulu.
Bagi Kiki, medan terberat bukan hanya tanjakan Gentong atau tikungan di Nagreg. Medan paling berat adalah menjaga pikiran tetap jernih saat kantuk datang, atau saat tekanan pekerjaan menggoda untuk gegabah. Ia tahu, satu kelengahan bisa mengorbankan nyawa.
Lebih dari 10 tahun di balik kemudi membentuk kepekaan tersendiri. Ia bisa membaca karakter jalan, cuaca, hingga intuisi terhadap kendaraan di sekitarnya. Namun kepekaan seperti ini tak bisa diwariskan begitu saja; perlu pelatihan, pemahaman, dan sistem kerja yang memanusiakan sopir.
Di sinilah pentingnya keterlibatan pihak PO maupun pemerintah. Para sopir bukan sekadar penggerak roda ekonomi, mereka adalah penjaga gerbang keselamatan publik. Maka selayaknya mereka mendapatkan pelatihan reguler, pemeriksaan kesehatan berkala, dan fasilitas psikososial—karena tubuh bisa lelah, tapi pikiran dan perasaan pun punya batas.
Travel Gelap dan Jalan Sunyi Para Pengemudi Resmi
Pandemi menyisakan luka panjang bagi angkutan umum resmi. Kiki mencatat sendiri bagaimana jumlah penumpang menurun drastis, bukan semata karena takut bepergian, tapi karena maraknya travel ilegal yang mengambil pasar tanpa izin. Ironis, mereka yang taat aturan justru tersisih.
Pemerintah daerah dan kepolisian perlu bertindak tegas terhadap fenomena ini. Tak cukup hanya razia musiman atau kampanye tertib transportasi. Diperlukan sistem pengawasan terpadu, dukungan hukum yang berpihak pada angkutan resmi, dan edukasi publik agar masyarakat memahami pentingnya memilih moda transportasi yang sah dan aman.
Di tengah situasi ini, para sopir seperti Kiki terus berjuang dalam senyap. Mereka tak hanya bersaing dengan jalan berlubang atau cuaca buruk, tapi juga ketidakadilan sistemik. Dan tetap saja, mereka tak banyak bicara. Mereka memilih menyetir, melaju, dan berharap satu hal sederhana: agar pengabdian mereka tak dikalahkan oleh kelalaian kebijakan.
Ketulusan yang Tidak Ditargetkan