Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Book

Sabari Mengajari Kita Mencinta, Tanpa Syarat, Tanpa Sisa

11 Mei 2025   05:09 Diperbarui: 11 Mei 2025   05:09 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
“Dalam cinta, kita belajar bertahan, meski sendirian.” (Dok. Kumparan)

Dari pernikahan ini, lahirlah Zorro, seorang anak yang menjadi pusat kehidupan Sabari. Meskipun Marlena akhirnya memilih untuk meninggalkan mereka, Sabari tidak pernah goyah dalam perannya sebagai ayah. Ia membesarkan Zorro dengan penuh kasih sayang dan dedikasi. Sabari memastikan bahwa anaknya tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, penyayang, dan penuh rasa hormat. Kehidupan mereka, meski sederhana, terasa lengkap berkat kehadiran Zorro. Namun, kebahagiaan mereka tidak bertahan lama, ketika Marlena kembali dan memutuskan untuk membawa Zorro pergi. Keputusan ini membuat Sabari terpuruk dalam kesedihan yang mendalam, namun ia tetap berusaha untuk melanjutkan hidupnya dengan ikhlas.

Patah hati yang mendalam tidak menghentikan Sabari untuk terus berjuang. Dengan bantuan sahabat-sahabatnya, ia berusaha mencari Zorro. Perjuangan Sabari membuahkan hasil, dan setelah melalui berbagai rintangan, ia akhirnya berhasil bertemu dengan Zorro kembali. Pertemuan tersebut menghidupkan kembali hubungan ayah-anak yang kuat dan penuh kasih. Meski banyak waktu yang hilang, Sabari dan Zorro berhasil menjalin kedekatan yang tulus, memberikan kebahagiaan yang lama tidak mereka rasakan.

Namun, meski hidup Sabari dipenuhi dengan pengorbanan dan perjuangan, ia akhirnya harus menghadapinya dengan menerima kenyataan bahwa hidup tidak selalu adil. Di akhir hayatnya, Sabari meninggal dalam kedamaian, meninggalkan warisan cinta yang dalam dan tak terlupakan bagi Zorro. Zorro, yang kini telah dewasa dan memahami sepenuhnya pengorbanan ayahnya, merasa kehilangan yang mendalam. Namun, ia juga merasa bersyukur atas kasih sayang yang telah diberikan Sabari sepanjang hidupnya.

Marlena, yang pada akhirnya menyadari kesalahan dan ketidaktahuannya akan cinta sejati, datang ke makam Sabari dengan perasaan penuh penyesalan. Dalam momen penuh kesedihan itu, Marlena memohon agar dimakamkan di samping Sabari. Sebuah permintaan yang datang terlambat, namun menjadi tanda bahwa cinta dan penyesalan sering kali datang terlambat, namun tetap bisa memberikan kedamaian setelah perpisahan.

Dengan berakhirnya kisah hidup Sabari, novel Ayah meninggalkan pembaca dengan pelajaran tentang cinta tanpa syarat, pengorbanan seorang ayah, dan penyesalan yang datang setelah terlambat. Sabari, dengan segala kelemahannya, mengajarkan kita bahwa cinta yang tulus dan penuh pengorbanan tidak akan pernah sia-sia, meskipun tidak selalu dihargai pada waktunya.

1. Cinta Tak Harus Dimiliki: Pelajaran dari Sabari

“Sabari tidak pernah membenci perempuan yang tidak mencintainya. Ia malah mencintai lebih dalam.”

Cinta dalam Ayah bukanlah cinta yang dielu-elukan lewat kata romantis atau gombalan manis. Ia hadir dalam bentuk kesabaran Sabari yang nyaris suci. Ia jatuh cinta pada Marlena, perempuan yang justru memilih menikah dengan orang lain. Tapi Sabari tetap ada, hadir, bahkan setelah Marlena melahirkan anak dari lelaki lain.

Bukan hanya hadir, Sabari mengambil alih tanggung jawab sebagai ayah tunggal ketika Marlena pergi. Ia membesarkan Zorro dengan penuh cinta, walau tak pernah sekalipun diminta. Cinta dalam novel ini bukanlah tentang kepemilikan, tapi tentang keberanian mencintai tanpa syarat.

Andrea Hirata menarasikan cinta ini dengan sangat halus dan reflektif. Kita diajak memahami bahwa cinta kadang bukan tentang siapa yang bersama, tapi siapa yang bertahan saat yang lain pergi.

2. Ayah yang Lembut, Dunia yang Keras

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun